Harapan Umat terhadap Rezim Baru, antara Optimis dan Pesimis

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads
Harapan Umat terhadap Rezim Baru, antara Optimis dan Pesimis

Tinta Media – Pengamat Politik Dr. Suswanta, M.Si. menyebutkan bahwa
harapan umat antara optimis dan pesimis terhadap rezim baru. “Harapan
umat terhadap rezim baru dapat dibedakan menjadi dua, optimis dan
pesimis,” tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (25/10/2024).

Menurutnya, umat optimis karena berharap bahwa Indonesia
akan menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang disegani secara internasional.
Indonesia sekarang dipimpin oleh presiden yang tegas, berkompeten dan serius
memberantas korupsi.  “Pembangunan infrastruktur jalan tol secara
masif, KA cepat dan IKN telah membuat Indonesia sejajar dengan negara
maju,” ujarnya.

Namun, lanjutnya, ada pesimisme umat bahwa rezim baru hanya
bagian kecil dari puzzle sistem kapitalis sekuler. Rezim baru tidak bisa lepas
dari cengkeraman para bohir dan bandar, baik dari dalam atau luar negeri yang
turut memenangkannya dalam pilpres.

“Rezim baru tetap akan menjadi pelayan pemilik modal,
kebijakan yang dibuat tetap akan merugikan rakyat dan menguntungkan pemilik
modal, karena sumber daya alam yang melimpah telah dikuasai asing atau aseng,” tukasnya.

Ia menilai pesimisme terhadap rezim baru lebih sesuai dengan
fakta yang ada. Temuan Clifford Geertz bahwa Indonesia adalah negara teater
(panggung sandiwara) yang pejabatnya pamer seremonial megah, memproduksi simbol
kemewahan tanpa membawa manfaat untuk rakyat menemukan buktinya. “Akan
tetapi anehnya, rakyat suka cita dengan kepalsuan tersebut, padahal hanya
dijadikan penonton dan obyek eksploitasi semata,” bebernya.

Ia mengungkapkan bahwa rezim baru ini mewarisi hutang luar
negeri, kriminalisasi ulama dan aktivis, proyek IKN yang diperkirakan mangkrak.
Maka cara rezim baru ini menyelesaikan problem tersebut tentu dengan mengambil
kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kapitalis sekuler.

“Sebagai contoh SMI atau Sri Mulyani Indrawati sebagai
menteri keuangan akan mengambil kebijakan peningkatan nilai APBN melalui
peningkatan pajak dan utang luar negeri. Mengingat rezim baru hanyalah puzzle
dari sistem kapitalis sekuler,” terangnya.

Ia juga menyatakan bahwa yang harus dilakukan rezim baru
agar Indonesia menjadi lebih baik itu dengan menerapkan sistem ekonomi Islam.
Mengingat negeri ini adalah negeri muslim yang besar. Sistem ekonomi Islam
menjadikan kesejahteraan individu rakyat sebagai indikator keberhasilan
ekonomi, mengakui kepemilikan individu, umum dan negara.

“Tidak menjadikan pajak dan utang sebagai sumber
pendapatan. Tetapi pengelolaan sumber daya alam yang melimpah secara
profesional oleh pejabat yang amanah untuk kemakmuran rakyat,”
pungkasnya.[] Ajira

Views: 0

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA