Fenomena One Piece dan Suara Rakyat di Negeri Kapitalis

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Dunia maya akhir-akhir ini ramai oleh video aksi pengibaran bendera One Piece yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat. Aksi ini tak ayal memicu banyak perdebatan di kalangan publik. Bagi sebagian masyarakat, pengibaran bendera One Piece ini merupakan bentuk ekspresi kreativitas generasi muda.

Namun, penolakan dari berbagai pihak pun berdatangan. Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo misalnya. Ia menolak aksi pengibaran bendera One Piece tersebut. Ia menilai tindakan ini adalah upaya pembangkangan terhadap negara. Terlebih, hal ini dilakukan menjelang peringatan HUT RI. Ia juga menegaskan bahwa simbol bendera One Piece ini adalah bentuk provokasi dan mengategorikannya sebagai bentuk makar.

Tak ketinggalan Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad yang angkat bicara perihal pengibaran bendera One Piece. Ia mengamati adanya indikasi gerakan sistematis untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Ia juga menduga ada pihak yang tidak menginginkan Indonesia terus maju. Lebih lanjut, ia meminta kepada masyarakat agar waspada terhadap simbol atau gerakan yang sekiranya dapat mengancam keutuhan bangsa.

Namun, beberapa generasi muda justru mengapresiasi dan menyampaikan niatnya untuk ikut mengibarkan bendera One Piece. Ini sebagai bentuk protes mereka terhadap ketidakpuasan kinerja pemerintah yang dinilai tidak pro terhadap rakyat. Mereka kecewa dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang selalu merugikan rakyat sehingga mereka menganggap tidak adanya kemerdekaan yang dirasakan oleh rakyat selama ini.

Sekilas Mengenai One Piece

One Piece merupakan salah satu anime populer di dunia, karya Eiichiro Oda yang berasal dari Jepang. Serial ini menceritakan seorang pemuda bernama Monkey D. Luffy yang dijuluki Bajak Laut Topi Jerami (Straw Hat Pirates). Luffy dan krunya melakukan pelayaran dari satu pulau ke pulau lainnya untuk menyelamatkan orang-orang yang tertindas oleh kekuatan yang disebut Pemerintah Dunia yang menjadi musuh dalam cerita ini.

Digambarkan bahwa Pemerintah Dunia merupakan para penguasa zalim yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperbudak rakyat, hidup mewah di atas penderitaan rakyat, dan berlindung di bawah pasukan Angkatan Laut yang dijadikan alat represif negara. Luffy dan krunya menjelajah kota-kota untuk membebaskan rakyat dari penderitaan dan mengungkap tabir kejahatan yang disembunyikan Pemerintah Dunia di balik kedok hukum dan keamanan.

Dikisahkan, pertanda datangnya perlawanan terhadap penguasa zalim ini adalah ketika bendera bajak laut ini dikibarkan. Namun, bagi mereka yang tertindas, berkibarnya bendera ini menjadi harapan akan datangnya kebebasan dan keadilan bagi suara-suara yang dibungkam.

One Piece Simbol Suara Rakyat

Sebagian besar masyarakat terutama generasi muda menganggap kisah dalam anime One Piece ini relevan dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia. Tak ayal bendera fiksi ini akhirnya direpresentasikan dalam dunia nyata. Ini mewakili protes dan kekecewaan mereka terhadap rezim yang memimpin. Namun, sebagian kalangan elite merasa terusik dengan adanya pengibaran bendera One Piece ini. Entah karena makna bendera tersebut sarat akan kritikan terhadap kondisi sosial dan politik di negeri ini, atau ada persoalan lain yang mungkin terpantik?

Jika kita telusuri lebih dalam, maraknya aksi pengibaran bendera One Piece ini karena sebagian masyarakat telah menyadari bahwa rezim saat ini selalu berbuat semena-mena terhadap rakyat kecil. Para penguasa menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk menindas, memperkaya diri dengan cara korup, bahkan sudah terang-terangan menunjukkan keberpihakan mereka kepada oligarki.

Lebih parahnya lagi, mereka menjadikan aparatur negara sebagai tameng untuk melindungi kepentingan-kepentingan mereka dan juga oligarki. Tak jarang mereka selalu mengatasnamakan keadilan untuk mendapatkan perlindungan di bawah payung hukum. Sementara itu, rakyat terus merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Berbagai macam bentuk ketidakadilan, ketimpangan ekonomi, kesenjangan, perampasan hak-hak rakyat, dan masih banyak sederet penderitaan rakyat karena ulah para penguasa terus menerus mewarnai negeri ini.

Simbol bendera One Piece dianggap sebagai langkah alternatif bagi rakyat untuk menyuarakan kritikan kepada pemerintah. Bukan bentuk makar, apalagi penghinaan. Justru sebaliknya, rakyat ingin menunjukan rasa cinta dan kepeduliannya terhadap negeri ini. Mereka merasa bahwa perlu adanya perubahan untuk menjadikan negeri ini menjadi lebih baik, merdeka dari cengkeraman oligarki dan dari kebijakan yang selama ini menyengsarakan rakyat. Rakyat terutama generasi mudanya menganggap bahwa negeri ini masih jauh dari kata merdeka. Meski Indonesia secara resmi telah menikmati kemerdekaan selama kurun waktu 80 tahun.

Makna Kemerdekaan, Bertentangan dengan Kemerdekaan

Berbicara mengenai kemerdekaan, sejatinya Indonesia sangat jauh dari makna kemerdekaan. Definisi kemerdekaan sendiri secara umum adalah bebas dari segala bentuk penindasan, kekuasaan asing, atau dari belenggu yang membatasi hak dan kedaulatan suatu bangsa atau individu. Dalam konteks negara, kemerdekaan berarti suatu bangsa mempunyai hak mengatur dirinya sendiri tanpa campur tangan pihak asing, memiliki kedaulatan atas wilayah dan sumber daya alamnya.

Namun faktanya, kemerdekaan yang dirasakan sangat berbanding terbalik dengan definisi kemerdekaan yang sesungguhnya. Dengan sistem yang ada saat ini sangat mustahil individu dan negara merasakan kemerdekaan hakiki. Sistem kapitalisme yang melahirkan kebijakan-kebijakan yang menindas rakyat membuat rakyat semakin menderita. Penguasaan politik dan sumber daya alam yang dikelola oligarki menjadikan negara ini semakin terpuruk dan utang semakin menumpuk. Korupsi di kalangan pemerintah pusat dan daerah makin merajalela.

Sementara itu, jika rakyat menyuarakan ketidakadilan serta kebobrokan pemerintah, justru pemerintah membungkam dengan mengeluarkan UU ITE, pembubaran ormas yang dianggap kritis terhadap pemerintahan, dan memanipulasi informasi-informasi publik. Ormas-ormas Islam, mahasiswa atau para aktivis yang menginginkan perubahan dicap radikal dan dianggap sebagai teror bagi negara, bahkan banyak di antaranya yang dikriminalisasi. Aparatur negara dijadikan tameng untuk melindungi pemerintahan. Selain itu, mereka juga memanipulasi sejarah untuk kepentingan para penguasa.

Arah Kesadaran Umat

Sudah seharusnya sebagai Muslim menunjukan identitas umat yang bersumber dari Islam, bukan menunjukkan simbol budaya Barat atau simbol anime Jepang. Islam memiliki bendera berwarna hitam bernama ar-Rayah dengan tulisan kalimat tauhid di dalamnya. Bendera yang menjadi simbol pemersatu umat, pembebasan, dan juga perjuangan melawan sistem kufur saat ini. Inilah bendera yang harus dikibarkan kaum Muslimin yang menginginkan perubahan.

Namun, tidak cukup hanya dengan simbol saja. Kita membutuhkan penerapan sistem Islam secara menyeluruh. Umat harus segera sadar bahwa akar permasalahan yang dihadapi hari ini adalah akibat dari penerapan sistem buatan manusia, yaitu sistem kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari tatanan kehidupan dan juga negara. Sistem ini menyerahkan urusan umat kepada segelintir elite. Akibatnya, lahir berbagai bentuk kezaliman struktural.

Kesadaran umat yang mulai muncul saat ini harus segera diarahkan kepada kesadaran untuk mengganti sistem kufur menjadi sistem Islam di bawah naungan khilafah. Bukan sekedar simbolis saja, melainkan harus menjadi perlawanan yang terarah serta terukur melalui dakwah dan perubahan sistemis.

Sistem Islam Solusi Hakiki

Penerapan sistem Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan merupakan solusi hakiki bagi umat agar terbebas dari segala bentuk penjajahan ala kapitalis. Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah Swt. Islam bukan hanya sekadar agama spiritual, tetapi sebuah ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, pemerintahan, hukum, dan juga hubungan internasional. Tidak hanya itu, dalam Islam negara berfungsi sebagai raa’in (pengurus rakyat), sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam (Khalifah/kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas rakyat yang diurusnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Islam juga menjadikan umatnya sebagai khairu ummah (umat terbaik) yang melakukan amar makruf nahi mungkar, menegakkan keadilan, dan menolak segala bentuk penindasan. Allah Swt. berfirman, Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…“ (QS Ali Imran: 110)

Sebagai kaum Muslimin, tugas besar dan mulia kita adalah dakwah. Dakwah untuk menerapkan sistem Islam secara revolusioner yang akan diwujudkan dalam bingkai Daulah Khilafah. Sistem ini akan membawa kesejahteraan dan kemerdekaan hakiki bagi seluruh umat manusia di seluruh dunia. Wallahualam bissawab.

 

Oleh: Dini A. Supriyatin

Sahabat Tinta Media

Views: 23

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA