Filisida Maternal: Cermin Sistem Kehidupan yang Sakit

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Berita tentang kasus pembunuhan seakan tidak pernah absen di negeri ini. Salah satunya adalah berita gantung dirinya seorang perempuan EN (34) di kusen pintu kamarnya. Dua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan ditemukan tak bernyawa dengan posisi tidak jauh dari sang ibu. (Bbc.com, 10/09/2025)

Kasus serupa terjadi pada 23 Agustus 2025. Seorang Ibu di kabupaten Sarmi, Papua, membunuh anaknya yang masih berusia 5 bulan. (Kompas.com 27/08/2025)

Masih banyak kasus lain di mana orang tua membunuh anak kandungnya sendiri. KPAI mengategorikan insiden ini sebagai kasus filisida maternal, yakni tindakan sengaja orang tua membunuh anaknya.

Filisida merupakan istilah umum yang menggambarkan pembunuhan anak-anak oleh orang tua, termasuk orang tua tiri. Ini mecakup neonaticide atau pembunuhan bayi sendiri. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menunjukkan, sebanyak 19.626 kasus kekerasan pada anak terjadi di Indonesia pada 2024.

Psikolog Klinis Forensik lulusan Universitas Indonesia, Kasandra Putranto, menjelaskan bahwa kasus bunuh diri dan filisida pada ibu di Indonesia tidak bisa dilihat semata-mata sebagai tindak kriminal. Kasandra menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadnya filisida maternal, di antaranya faktor psikologis, sosial ekonomi, dan minimnya dukungan dari orang-orang terdekat.

Ibu adalah seseorang yang memiliki rasa kasih sayang terbesar untuk anak-anaknya. Ibu akan selalu mencintai dan berusaha melindungi anak-anaknya. Akan tetapi, fenomena banyaknya kasus orang tua, terutama ibu yang menghilangkan nyawa anaknya membuat kita berpikir betapa keji, kejam, dan tidak manusiawinya perbuatan itu. Namun, kita tidak bisa menghakimi bahwa hal tersebut terjadi karena rapuhnya akal dan lemahnya iman semata.

Mengapa filisida makin marak? Kalau ibu membunuh anak, pasti ada yang menyebabkan kejiwaannya terganggu. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebabnya. Pertama, beban berat akibat persoalan ekonomi keluarga, utang menumpuk di mana-mana yang tidak mampu dibayar, tidak adanya pemasukan karena PHK, dll. Kedua, persoalan rumah tangga. Suami yang melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga atau mungkin suami yang kecanduan judi online, dsb.

Orang tua, terutama ibu, yang memilih jalan untuk membunuh anaknya dan kemudian melakukan bunuh diri karena berpikir itu adalah solusi terdekat dan tercepat untuk permasalahan hidupnya. Dia membunuh diri dengan melibatkan anaknya karena tidak ingin anaknya mengalami hal serupa. Dia ingin membebaskan anaknya dari penderitaan dan tentu saja ini adalah pemikiran yang keliru.

Kasus filisida maternal di atas menjadi dampak dari adanya sistem kehidupan sekarang ini yang tidak memberikan pengaturan yang baik. Rakyat yang seharusnya menikmati hasil dari sumber daya alam yang melimpah, tetapi justru mati dalam “lumbung padi”. Rakyat harus mati-matian memenuhi kebutuhan hidupnya dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai warga negara seperti membayar pajak.

Islam Menjaga Akal

Pengaturan Islam menjamin seorang ibu merasa bahagia dalam menjalankan fungsi keibuannya, yakni menjadi seorang pendidik pertama (madrasatul ula) bagi anak-anaknya, pengurus rumah tangga, dan pendukung suami. Karena, dalam Islam seorang ibu tidak dituntut mencari nafkah, bahkan dijamin nafkahnya melalui jalur suami dan para wali. Kemudian, ada keringanan yang diberikan selama hamil dan menyusui, yaitu boleh tidak berpuasa sebagai perlindungan atas kesehatannya dan bayinya.

Penguasa yang dalam hal ini negara, wajib untuk memastikan para ayah dan suami bisa bekerja mencari nafkah. Memberikan pendidikan dan Kesehatan yang gratis karena di dalam Islam pendidikan dan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar masyarakat yang menjadi kewajiban negara sehingga beban kehidupan ibu akan menjadi ringan.

Lalu, ada bantuan finansial melalui mekanisme zakat dan baitulmal. Dengan demikian, naluri keibuannya bisa berkembang sempurna dan ia mampu menjalankan fungsinya secara sempurna dan memberikan kasih sayang yang utuh untuk keluarga. Untuk menjadi ibu yang sempurna, membutuhkan adanya sistem kehidupan yang mendukungnya. Sistem yang seperti ini hanya ada di dalam Islam. Wallahualam bissawab.

 

Oleh: Widya Dwi G., S.Si.,

Sahabat Tinta Media

Views: 13

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA