Tinta Media – Pengamat Ekonomi Dr. Arim Nasim, S.E., M.Si., Ak., CA. Menilai, pergantian Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI) dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa bukanlah sinyal positif bagi perekonomian nasional selama kebijakan yang diambil dalam menetapkan APBN masih berbasis pajak dan utang.
“Kalau menteri yang baru ini masih tetap mengambil kebijakan yang sama dengan Sri Mulyani ya, di mana APBN itu berbasis pajak dan berbasis utang gitu kan, maka menurut saya ini bukan sinyal positif. Saya melihatnya tidak akan ada perubahan yang signifikan,” ujarnya dalam program Kabar Petang: Selepas Sri Mulyani Pergi, yang tayang di kanal YouTube Khilafah News, Jumat (12/9/2025).
Lebih lanjut, Arim menjelaskan bahwa akar persoalan terletak pada paradigma kapitalisme yang membuat APBN terus bergantung pada pajak dan utang. Menurutnya, pergantian menteri maupun reshuffle kabinet tidak akan menyelesaikan masalah fundamental ini.
“Bahkan akan semakin kita ini terjerumus kepada jurang krisis yang semakin dalam kalau tidak segera kita hentikan paradigma kapitalis dalam mengelola APBN di negara ini,” tegasnya.
Ia menyinggung utang negara RI, yang kini telah menyentuh angka sembilan ribu triliun rupiah. Sebagai solusi, Arim menekankan perlunya adanya perubahan sistem alternatif, bukan sekadar pergantian figur.
“Kalau ingin menyelesaikan masalah dengan tuntas ya akarnya harus diselesaikan bukan hanya diganti orangnya, yaitu kita hentikan sistem ekonomi kapitalis ya, ganti dengan sistem ekonomi Islam dengan paradigma utamanya APBN bertumpu kepada selain pajak dan utang,” jelasnya.
Ia juga menerangkan, dalam perspektif ekonomi Islam, APBN ditopang oleh pengelolaan sumber daya alam serta mekanisme pungutan lain yang tidak membebani rakyat.
“Dengan kata lain, APBN tidak mengandalkan pajak dan utang (berbasis riba/berbunga) pungkasnya.[] Harli
Views: 37
