
Untaian Kalbu
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba Cahaya mentari perlahan berlalu Menghantar kelam di malam kelabu Galau menghampiri sebuah kalbu
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba Cahaya mentari perlahan berlalu Menghantar kelam di malam kelabu Galau menghampiri sebuah kalbu
Karya : Miatha Rahim dan Rahmah, bukanlah nama sepasang sahabat Bukan pula dua orang saudara kandung Apalagi dua orang anak
Tinta Media – Telah seabad aku porak poranda Tanpa pemimpin terbaik di dunia fana ini Syariat direnggut, asa terburai sia-sia
Tinta Media – Sejuta rasa berkecambuk dalam hati Namun tak boleh didekapi Sejauh mana alurnya tersembunyi Tetap saja menyisakan irama
Tinta Media – Jemarimu yang lembut kecil Tiada henti-hentinya kupegang Tubuhmu yang dulu mungil Terus dibuai sampai tubuh berkembang Tiada kata
Tinta Media – Bumi, bumi… Rumah kita Rumah satu-satunya Tiada tempat ku bernaung tanpanya Bumiku yang ku cinta Luluh lantak tak
Tinta Media – Bagi banyak manusia 3 Maret adalah hari-hari biasa Seperti hari-hari lainnya Padahal itu hari malapetaka dunia bukan
Tinta Media – Ibu, Dulu kami bersama, Hidup berdampingan dengan bahagia Dulu kami aman dan nyaman, Bersatu padu di bawah
Tinta Media – Seratus hari tanah itu terus membara Angka itu terus bertambah naik Anak-anak, lansia, dan perempuan Menjadi syahid di
Tinta Media: Ketika sinar rembulan redup Sunyi sepi mengusik kalbu Sepitas bibir yang bergelumat Sajaknya membuat getaran di hati Beriringan