“Nai, kok seragam kamu beda? Mana celananya? Kenapa pakai rok sih?” Rentetan pertanyaan itu langsung menimpa gendang telingaku tepat di hari pertama tahun ajaran baru, Selasa (16/07/2024). Pertanyaan itu diajukan oleh temanku yang heran mengapa seragam olahraga yang seharusnya memakai celana, namun justru aku menggunakan rok hitam yang disambungkan ke kaos olahraga.
Aku yang baru saja menghela napas karena kelelahan setibanya di kelas, tak diberikan waktu untuk beristirahat sejenak. Aku pun akhirnya menjawab, “Bukankah kita sebagai manusia tugasnya beribadah, Bil?”
Ia menganggukkan kepala tanda setuju. Kemudian aku melanjutkan, “Nah, beribadah itu gak cuma tentang sholat, puasa, dan zakat aja, Bil. Namun juga gimana usaha kita agar segala yang kita lakukan itu berbuah rida Allah Swt.”
Nabila, teman akrabku sejak kelas sepuluh pun terdiam. Keningnya sedikit berkerut mendengar jawabanku yang baginya mungkin terkesan absurd (gak masuk akal). Aku pun menanti pertanyaan selanjutnya meski sejujurnya aku gemetaran.
Benar saja, Nabila pun kembali melancarkan pertanyaannya kepadaku.
“Tapi, kan tetap aja, kalau kamu pakai rok yang disambung begitu menyalahi aturan yang udah dibuat sekolah, Nai!” Ujarnya tegas memperingatkan.
“Bil, aku–,” ucapanku dipotong oleh perkataannya.
“Tunggu dulu!” Ucapnya tak kalah tegas.
“Aku tahu kalau perempuan itu harusnya memakai rok, tapi ini kan aturan sekolah. Aku gak berani untuk membantahnya. Ntar kalau dimarahin gimana?” Tanyanya kepadaku. Kali ini dengan sedikit nada khawatir.
Aku tersenyum berusaha untuk menguatkan kembali niat di dalam hati. Kemudian menjawab pertanyaan khawatir Nabila.
“Betul, kemungkinan besar akan banyak rintangannya, tapi perintah Allah yang utama, Bil.” Ucapku.
***
Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi. Aku segera melangkah ke lapangan untuk berbaris. Hari Selasa memang rutin dilakukan senam pagi. Aku yang baru saja mendapat pertanyaan dari Nabila seperti kehilangan tenaga.
Terlebih saat Pak Jova, salah satu guru Waka kesiswaan mendekat ke arahku untuk memberikan arahan. Aku sangat deg-degan.
“Nak, ayo segera dirapikan barisannya,” ujarnya seraya berlalu dari hadapanku. Aku menghembuskan nafas lega.
Setelah senam bersama itu usai, aku segera melangkah menuju kelas. Ternyata, yang selama ini aku takutkan tidak terjadi. Walaupun sebenarnya banyak pertanyaan dari teman-teman yang penasaran. Namun, bagiku pertanyaan itu adalah suatu hal yang tidak terlalu sulit untuk dijelaskan.
***
Bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Batam memiliki banyak tantangan dan rintangannya tersendiri. Hal itu sudah kusadari sejak pertama kali memutuskan untuk bersekolah di sekolah yang bukan berbasis pondok seperti masa SMP. Namun, tak banyak sebenarnya yang sulit untuk kukerjakan. Selain permasalahan seragam dan pergaulan yang terkadang melewati batas.
Ketentuan menggunakan seragam di MAN sebenarnya tidak menyulitkan, karena ketentuan berseragam para siswi adalah dikeluarkan bajunya alias tidak dimasukkan ke dalam rok. Alhasil, tak akan terlihat saat aku menyambung seragam. Namun, saat menyambung seragam olahraga yang bercelana sedikit menguji prinsipku.
Bagiku yang telah memegang prinsip sebagaimana syariat yang telah Allah tetapkan dalam surah Al Ahzab ayat 59 yakni memakai jilbab (gamis) bagi perempuan yang telah baligh, maka tidak ada kompromi dalam hal ini.
Maka, tantanganku pun dimulai ketika memakai baju olahraga yang disambung dengan rok hitam. Pandangan sinis yang tertuju kepadaku, cibiran kakak kelas yang mengatakan aku sok alim, dan lain sebagainya.
Namun, prinsipku serta nasehat dari ayah, bunda, dan musyrifahku (guru mengaji intensifku), menguatkan tekad untuk memulai sebuah langkah awal suatu perubahan. Awalnya memang berat, namun kini aku menikmatinya. Meskipun masih banyak yang akan bertanya tentang hal ini. Termasuk Nabila, teman yang tadi bertanya padaku.
Selain Nabila, ada juga seorang teman bernama Tata bertanya, “Kenapa harus pakai rok yang menyalahi aturan sekolah?”
Kemudian aku pun menjawab, “Simpel aja, Ta. Karena Allah nyuruh itu. Jadi, aku cuma menjalankan perintah-Nya aja,” jawabku sembari berpamitan padanya untuk melaksanakan salat zuhur di Masjid Al-Ghoffar MAN 1 Kota Batam.
***
Tak terasa, enam purnama telah terlewati. Aku yang awalnya merasa gugup dan berdebar-debar setiap hari Selasa datang, kini sudah bisa tenang dan menguasai keadaan. Meskipun tatapan mengintimidasi itu masih sering kudapatkan, namun hanya ku anggap sebagai angin lalu.
Awal tahun 2025 aku sudah merasa tenang, sayangnya di hari Selasa (14/01/2025) beberapa pekan yang lalu, seorang anggota OSIM (Organisasi Intra Madrasah) yang bernama Nilam bertanya padaku di gerbang depan madrasah.
“Kak, itu di dalam roknya ada celana olahraga MAN kan?” Tanyanya dengan wajah yang kurang bersahabat.
Aku menganggukkan kepala seraya berlalu dari hadapannya. Sesampainya di kelas, aku segera duduk di kursi milikku dan menghembuskan napas lega.
Alhamdulillah, ternyata tidak ada masalah yang serius. Bahkan hingga kini di bulan Februari, tak ada masalah yang berarti. Hal ini semakin menguatkan ku bahwa selama kita menaati perintah-Nya, maka perlindungan dan kemudahan akan selalu menyertai kita. []
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
Siswi MAN 1 Kota Batam
Views: 17