Penyamaan antara Pacaran dengan Ta’aruf, Bagian dari Proses Sekularisasi

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Menyikapi beredarnya video dari seorang tokoh yang dianggap merepresentasikan Islam membuat persamaan antara taaruf dengan pacaran, Influencer Dakwah Doni Riw menilai hal ini sebagai bagian dari proses sekularisasi hubungan pria dan wanita.

“Penyamaan antara pacaran dengan taaruf, ini merupakan bagian dari proses sekularisasi hubungan pria dan wanita yang menghalalkan apa yang Allah haramkan,” tuturnya dalam video Pacaran Itu Positif atau Negatif, Berikut Penjelasannya! Sabtu (3/5/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Menurutnya, hubungan pria dan wanita di luar institusi pernikahan merupakan budaya yang relatif baru. Sebelumnya ketika seorang laki-laki ingin memiliki hubungan dengan seorang wanita yang dia sukai, maka akan menemui orang tua atau wali si wanita meminta izin kemudian mereka berdua akan melalui sebuah institusi pernikahan. “Apa pun agamanya,” ujarnya.

“Bahkan di dalam peradaban Barat sekalipun, membudayanya relasi pria wanita di luar pernikahan ini sejatinya bagian atau rentetan dari proses sekularisasi masyarakat dunia oleh pihak-pihak tertentu,” tambahnya.

Ia memandang bahwa hal ini semacam pemberontakan atas apa yang dianggap intervensi agama terhadap relasi pria dan wanita. Budaya itu sendiri lahir seiring dengan berkembangnya industri baru yaitu industri rekam musik. “Maka kemudian produk musik ini menjadi kendara yang empuk bagi naturalisasi hubungan haram ini,” ungkapnya.

“Di Indonesia sendiri hubungan itu kemudian disebut dengan pacaran,” imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa terminologi pacaran sendiri berawal dari tradisi Melayu yang lebih tua dari Indonesia yang merujuk kepada khitbah di dalam Islam. “Jadi ketika seorang laki-laki mengkhitbah wanita artinya melamar disetujui dengan orang tuanya maka akan diberi pacar atau inai di kuku mereka berdua,” jelasnya.

“Kemudian, umur khitbah itu seumur warna pacar di kuku tadi. Ketika sampai akhirnya hilang warna inai tadi, pacar tadi dan tetapi laki-laki tadi tidak segera menikahi wanita maka khitbahnya berakhir dan bisa dikhitbah oleh lelaki lain,” paparnya.

Ia menyebutkan bahwa sekularisasi Indonesia di bidang kenegaraan dimulai sejak politik balas budi dengan kelahiran para pemuda didikan penjajah yang menyerukan nasionalisme dan demokrasi. Sedangkan sekularisasi pacaran lahir lebih belakangan seiring kelahiran berbagai macam grup band seperti The Mercy’s, Span, BST, D’Lloyd, Koes plus.

“Industri musik ini menaturalisasi pacaran dalam konteks sekuler di Indonesia, salah satu lirik The loid misalnya berbunyi sepanjang lorong yang gelap kita berkasih mesra benar-benar menunjukkan kampanye terhadap hubungan libido laki-laki wanita di luar institusi pernikahan,” ungkapnya.

“Jadi, persoalannya bukan lagi persamaan atau perbedaan antara pacaran dengan khitbah tetapi fakta atas keduanya,” tukasnya.

Ia membeberkan bahwa pacaran yang bermula dari semacam khitbah di dalam Islam, kemudian disekularisasi. Inilah yang kemudian menjadi amal yang diharamkan Allah yaitu mendekati zina. “Maka begitu pun dengan ta’aruf, jika pada kata ta’aruf ini dilakukan sebuah rekayasa sosial yang itu menuju pada sekularisasi hubungan pria dan wanita maka taaruf juga bisa menjadi sekuler,” sebutnya.

Ia menyimpulkan bahwa kalau pacaran dalam konteks sekarang, konteks yang sudah tersekularisasi, tentu berbeda dengan ta’aruf. Namun kalau ta’aruf nanti juga disekularisasi maka tidak ada bedanya dengan pacaran. “Maka yang paling berbahaya adalah proses sekularisasi ini,” tandasnya.[] Ajira

Views: 8

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA