Tinta Media – Hari ini kita dihadapkan pada kenyataan pahit, yaitu jutaan remaja mengalami gangguan mental. Menurut survei terakhir yang diselenggarakan oleh Indonesia National Adolecent Mental Health Survey (I-NAMHS), satu dari tiga remaja (34,9%) atau setara dengan 15,5 juta remaja Indonesia memiliki masalah mental dalam 12 bulan terakhir. Dengan jumlah seperti itu, harapan untuk mewujudkan generasi emas 2045 akan semakin sulit, bahkan nyaris mustahil jika terus dibiarkan. Apakah ini sekadar fenomena biasa atau tanda dari kegagalan besar dalam mendidik generasi? Atau siapa yang bertanggung jawab?
Tidak dapat dimungkiri bahwa sistem yang diterapkan hari ini telah gagal. Sistem kapitalisme sekuler telah merusak cara pandang generasi muda dengan membentuk mereka menjadi pribadi yang rapuh, menjauhkan mereka dari agama, dan menanamkan pola pikir liberal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan saat ini gagal memberikan pemahaman hidup yang benar, membuat generasi muda mudah tersesat dalam berbagai permasalahan hidup. Mereka tidak dapat menyelesaikan masalah mereka dengan benar, sehingga rentan mengalami penyakit mental. Adapun media sosial, gaya hidup hedonis, dan jauhnya dari nilai-nilai Islam semakin memperburuk kondisi mereka.
Akibatnya, banyak dari generasi muda yang kehilangan arah dan makna hidup. Mereka mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang semu dan mengambil keputusan yang keliru, hingga semakin terperosok dalam kegelisahan, karena tidak menemukan jawaban yang benar. Jadi, masalah kesehatan mental yang mereka hadapi ini bukan hanya masalah individu saja, namun juga merupakan dampak dari sistem yang diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan. Bagaimana mau mewujudkan generasi emas 2045, padahal sistem kehidupan yang diterapkan justru tidak mendukungnya?
Lalu, bagaimana peran kepemimpinan Islam? Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang mendukung lahirnya generasi cemerlang dan berkualitas, baik dari aspek individu, keluarga, maupun masyarakat. Hal ini tidak lain dilakukan melalui penerapan sistem kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam. Mengapa demikian? Karena Islam tidak hanya menawarkan solusi individu saja, namun juga sistem yang menyeluruh dalam ekonomi, sosial, hukum, serta pendidikan. Islam mewajibkan negara untuk membangun sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga menanamkan kepribadian Islam dalam diri generasi muda. Dengan demikian, akan lahir individu yang berakhlak mulia, beriman kuat, dan memiliki mental yang kuat.
Sejarah telah membuktikan bahwa ketika Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan, maka generasi yang bermental kuat akan lahir. Kita bisa melihat bagaimana para sahabat Nabi, seperti Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud memiliki mental yang luar biasa dalam menghadapi tantangan hidup pada masa itu. Mereka adalah contoh representasi nyata dari generasi muda yang unggul di bawah kepemimpinan Islam.
Selain menciptakan lingkungan yang kondusif, negara seharusnya juga menjaga pola pikir generasi muda. Dalam sistem Islam, negara wajib menetapkan kebijakan yang melindungi generasi muda dari pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Contohnya adalah pembatasan media sosial yang sering kali menjadi sarana penyebaran ide-ide sekuler, liberalisme, hedonisme, dan berbagai pemikiran yang merusak pola pikir.
Oleh karena itu, jika kita ingin menyelamatkan generasi muda dan mewujudkan Generasi Emas 2045, maka harus menerapkan sistem yang dapat melahirkan kembali figur-figur luar biasa, yaitu individu-individu yang memiliki pola pikir yang sehat, pemahaman hidup yang benar, dan jauh dari krisis mental.
Wallahualam bissawab.
Oleh: Shafa
Aktivis Remaja DIY
Views: 3