Tinta Media – Gen Z tengah “Gegana” atau gelisah galau merana, hidup di era digital native, menjadikan warganet bereaksi proaktif terhadap maraknya tren konservatif dominan negatif. Wauw tren pemicu kontradiktif…
Baru-baru ini, tren merriage is scary menjamur di kalangan
jomblo dan mereka yang belum menikah. Berangkat dari spekulasi terhadap
maraknya perselingkuhan dan KDRT.
Sangat menguras emosional, video amatir yang beredar di
platfrom Instagram, menunjukkan selebgram Intan mengalami KDRT oleh suami
sendiri. Mirisnya, di lokasi terdapat bayi merah, yang hampir ketendang ayahnya
sendiri. Bagaimana tidak memicu atensi warganet terhadap kehidupan pernikahan?
(Insert.live, 14/08/24)
Maraknya case ini, menimbulkan culture shock warganet,
mayoritas dari mereka memiliki khawatir berlebihan, bahkan perasaan takut
menikah. Banyak dijumpai komentar netizen, “wanita spek bidadari, masih
juga diselingkuhi,” atau “perempuan secantik dan sebaik itu masih di
KDRT juga,” akhirnya ramai komentar, “Yura aku nggak kuat, aku nggak
percaya lagi sama laki-laki,” makin ke sana, makin kemari respons
warganet, semoga sahabat smart bukan bagian dari mereka ya.. Hihii…
Kesalahan satu laki-laki menjadikan barometer kebenaran.
Semua laki-laki, dinilai sama di mata perempuan. Begitulah maindset brutal
liberal, apalagi ketika salah dalam memilih publik figur, idola, atau role
model sebagai rujukan dan motivasi.
Ironis, barometer seseorang menjadikan role model terbaik,
versi mereka dengan alasan klasik. Misal, dia baik, dia ganteng, dia glowing,
dia tajir, atau dia memiliki language love acts of service. Pokoknya idaman
perempuan banget deh, relate banget nggak sih besti?
Menjadikan manusia rawan kecewa karena menyandarkan banyak
harapan kepada manusia. Sehingga wajar tren-tren aneh bermunculan dan nggak
make sense terhadap solusi.
Berharap kepada manusia merupakan seni melukai hati paling
dalam, kenapa? Mau sebanyak apa pun jumlah manusia yang ingin menyenangkan hati
kamu, itu semua tidak akan terjadi tanpa seizin Allah. Maka libatkan Allah
dalam setiap urusan kehidupan kita, sandarkan semua aturan kehidupan kepada
syariat Islam.
Kebayang kan ya, beli handphone Iphone tipe terbaru, harus
melihat buku panduan dari pabrik Iphone, nggak mungkin kan beli Iphone, buku
panduannya Samsung? Fitur sama speknya aja beda, itu baru selevel
mengaplikasikan barang, bagaimana dengan kehidupan ini yang sangat kompleks?
Handphone saja ada penciptanya, ada buku panduannya, lantas
kita mau mengingkari keberadaan Sang Pencipta dengan membuat aturan kehidupan
sendiri? Merasa aku paling berhak atas tubuhku, aku paling tau diriku seperti
apa? Giliran diberi ujian, musibah, cobaan, mengklaim Allah nggak adil,
“merasa hidup ku paling kacau, kenapa harus aku ya Allah?”
Seharusnya kita lebih bisa memahami secara mendalam lagi,
bagaimana alam semesta, manusia, dan kehidupan ini? Bagaimana ketiganya saling
berkaitan? Tidakkah, dari ketiga unsur tersebut kita akan menemukan adanya
penciptaan? Kebayang nggak sih, setiap lukisan ada pelukisnya. Misalnya Pablo
Picasso, pelukis tersohor pada abad ke-20. Bagaimana dengan penciptaan alam
semesta, manusia, dan kehidupan? Bikin mikir nggak tuh sahabat smart…
Meluruskan lagi mindset
kita, adalah langkah awal menguraikan setiap problem kehidupan ini. Menyoal mindset
hakikat hidup adalah ujian, dan mindset bagaimana kita merespons setiap
informasi serta ujian yang ada di dalam hidup kita.
Memahami bahwasanya kehidupan ini adalah tempat bersenda gurau
dan tempat bermain. Layaknya game, ketika kita tidak bisa cara mainnya,
permainan akan menguasai kita, hingga berakhir game over. Namun, ketika kita
bisa mengembalikan keadaan, kita bisa memahami cara mainnya, kita bisa
mengendalikan permainan dan kita bisa mencapai rekor sebagai the winner.
Tentunya menjadi pemenang butuh skill, butuh ilmu, butuh belajar, dan tentunya
taat terhadap aturan permainan.
Bayangkan dalam dunia game kita copy paste dalam kehidupan
sehari-hari. Mencari ilmu dan terus belajar untuk mengetahui seluruh panduan
dan aturan yang Allah berikan kepada manusia, agar kita tidak tersesat besti.
Hihi
“Sejatinya, dunia itu hanyalah permainan serta tempat
bersenda gurau, maka sebaik-baiknya tempat adalah akhirat (surga) untuk
orang-orang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti? (TQS. al-An’aam:32)
Tren “Merriage Is Scary” bisa kita lewati hanya
dengan mengubah mindset liberal dengan Islam, dan tentunya mempelajari lagi
ajaran Islam itu seperti apa. Tentunya kita butuh circle temen hijrah yang akan
menjari support sistem terbaik kita. Tapi perlu diingat bahwasanya pacaran
bukan ajaran Islam, dan ta’aruf prosedur Islam ketika seseorang siap menikah.
Yuk belajar Islam bareng Smart With Islam… Icikkiwir…
Oleh: Novita Ratnasari, S. Ak., Penulis Ideologis, Pemerhati Remaja
Views: 0