Tinta Media – Miris dengan fakta yang terjadi ketika rakyat ingin menyuarakan kebijakan yang dianggap menguntungkan penguasa dan merugikan rakyat, justru dianggap suatu kerusuhan yang berdampak kepada anak-anak yang dijadikan tersangka. Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen Syahar Diantono, mengungkapkan, sebanyak 295 anak terlibat dalam kerusuhan yang terjadi pada 25-31 Agustus 2025. (Kompas.com, 24/09/2025)
Komisioner KPAI, Aris Adi Laksono, menyatakan bahwa ada pelanggaran HAM dalam penetapan anak sebagai tersangka karena proses penyelidikan sarat dengan ancaman dan intimidasi.
Saat ini begitu banyak kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat, di mana penguasa lebih mementingkan kepentingan suatu golongan. Wakil rakyat pun tidak memihak kepada rakyat. Padahal, seharusnya mereka yang menerima dan mendengar aspirasi rakyat. Di tengah karut-marut dan rusaknya segala aspek kehidupan, membuat generasi saat ini, khususnya Gen Z, mulai menyadari pentingnya berpolitik untuk dapat menuntut perubahan atas ketidakadilan yang terjadi.
Rakyat dituntut untuk membayar pajak sedangkan lowongan pekerjaan pun sulit. Di tengah impitan hidup yang makin meningkat, para wakil rakyat seakan tak punya empati. Rakyat dimiskinkan secara sistemis oleh sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini. Inilah yang mengakibatkan ketimpangan dan kesenjangan makin nyata.
Namun, kesadaran politik saat ini justru dibungkam dan dikriminalisasi dengan label kerusuhan ataupun anarkisme. Aparat menggunakan kekerasan untuk membungkam agar generasi muda takut dan tidak kritis terhadap kebijakan-kebijakan penguasa yang merugikan rakyat. Bahkan, mereka ada yang diperlakukan tidak manusiawi. Padahal, mereka bukan penjahat, hanya seorang mahasiswa, pelajar, bahkan buruh dan lapisan masyarakat lainnya yang ingin memperjuangkan hak-haknya sebagai warga negara. Akan tetapi, aspirasi mereka tidak didengar. Penguasa hanya mementingkan para elite. Negara dalam sistem ini hanya menjadi regulator untuk para oligarki serta tidak peduli dengan nasib dan kesejahteraan rakyatnya.
Demokrasi menjamin adanya kebebasan berpendapat. Nyatanya, suara itu justru dibungkam jika bertentangan dan tidak sejalan dengan kebijakan yang menguntungkan bagi penguasa. Generasi yang kritis akan diancam, dijegal, dikriminalisasi, bahkan diperlakukan tidak manusiawi. Jadi, demokrasi hanya memberi ruang berpendapat pada saat pemilu saja. Intinya, demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun, kita patut bertanya, rakyat yang mana?
Inilah dampak buruk dari penerapan sistem kapitalisme. Demokrasi hanya dijadikan tameng untuk mencapai tujuan yang menguntungkan bagi segelintir orang dengan menghalalkan segala cara. Ini dikarenakan dalam sistem kapitalisme tolak ukur kebahagiaannya adalah terpenuhinya kebutuhan jasadiah. Maka, kolusi, korupsi, dan nepotisme akan terus meningkat.
Sikap individualisme menafikan adanya peran masyarakat dalam beramar makruf dan juga tidak adanya peran negara sebagai pengurus rakyat. Hukum dapat diperjualbelikan serta tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
Dalam Islam, pemuda mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai penerus peradaban. Dalam sejarah dakwah Islam, dibuktikan bahwa kebangkitan umat itu ditopang oleh para pemuda. Pemuda Islam mempunyai karakter dan sifat yang mulia, berkepribadian islami, keberanian yang tinggi, bertakwa kepada Allah Swt., mempunyai keteguhan hati serta pola pikir dan pola sikap yang islami.
Islam mengharuskan generasi sadar politik. Generasi harus punya keberanian untuk mengkritik penguasa. Kesadaran politik ini harus terarah, bukan dengan jalan demo yang disertai kemarahan atau anarkisme yang justru akan merugikan semua pihak. Dalam Islam, setiap aspirasi rakyat akan diterima dan diarahkan pada jalan yang sudah ditetapkan Allah Swt., yaitu jalan perubahan hakiki menuju Islam kafah.
Begitu pun Islam mewajibkan untuk beramar makruf nahi mungkar, baik itu dalam keluarga, masyarakat, maupun kepada penguasa ketika penguasa itu berbuat zalim. Suara kritis inilah yang akan menjadi kontrol penguasa agar senantiasa berpegang pada syariat Allah. Maka, tugas generasi saat ini bukan hanya melakukan demo yang anarkis untuk mengubah kebijakan saja. Namun, mampu mengerahkan segala kemampuan untuk dapat menyadarkan umat agar kembali pada aturan Islam, yaitu aturan yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, dan menenteramkan jiwa.
Tentunya semua ini akan terwujud dengan tegaknya Khilafah. Khilafah akan membentuk pemuda dengan berbagai mekanisme dalam sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sehingga, mampu melahirkan generasi yang berkepribadian islami dan mempunyai kesadaran politik. Pemuda Islam juga mempunyai visi misi yang jelas, yaitu menggapai rida Allah Swt. Dengan demikian, akan terwujud kehidupan yang tenteram, damai, aman, dan terjaminnya kesejahteraan. Wallahualam bissawab.
Oleh: Iske
Sahabat Tinta Media
Views: 5

















