Tinta Media – Sangat memprihatinkan, kelas menengah Indonesia ternyata susah untuk menjadi kaya dan sangat rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan. Padahal, kelas menengah merupakan penyumbang perekonomian yang cukup besar. Sungguh ironis! Kelas menengah itu justru minim intervensi kebijakkan dari pemerintah.
Kondisi perekonomian kelas menengah di Indonesia hingga memasuki pertengahan tahun ini, masih pontang-panting. Daya beli mereka tergerus, masih lesu, dan cenderung habis untuk sekadar sandang dan operasional harian. (tirto.id, 07/08/2025)
Dalam momentum perayaan kemerdekaan ke-80 tahun ini, meski sudah merdeka dari penjajahan secara fisik, namun kenyataannya Indonesia masih sangat memprihatinkan. Persoalan merata terjadi di berbagai sektor terutama pada sektor industri. Industri tekstil dan garmen banyak yang gulung tikar dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di mana-mana. Mencari pekerjaan pun saat ini kian sulit.
Tak pelak lagi, tindakan kriminal akan meningkat, seperti pencurian, pembegalan, pemerkosaan, pembunuhan yang disebabkan kemiskinan atau faktor ekonomi, dsb. Bagi mereka yang kurang fondasi keimanannya, tentu akan menghalalkan segala cara agar tetap bertahan hidup. Rakyat kecil semakin terpinggirkan sehingga ketimpangan semakin lebar. Mereka yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin tertindas.
Pengeluaran makin besar dan harga barang-barang kian melambung tinggi. Berbagai pungutan diambil oleh negara. Dampaknya, rakyat terpaksa mencari utang ke sana ke mari. Sebagai solusi instan, mereka pun menggunakan pinjaman online (pinjol) untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, utang pun menumpuk dan gagal bayar sehingga banyak dari mereka stres dan nekat bunuh diri.
Ini semua jelas akibat dari sistem yang diterapkan saat ini, yakni kapitalisme sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Sehingga, umat Islam makin jauh dari pemikiran Islam. Ideologi kapitalisme itu juga telah menjajah umat Islam hari ini sehingga tidak bisa berpikir yang benar. Maka, itu bukti bahwa kita belum merdeka secara hakiki.
Kemerdekaan yang hakiki itu ketika negara tidak tunduk terhadap dominasi negara lain dan rakyatnya hidup sejahtera tanpa beban, seperti saat ini. Dan mereka paham betul terkait konsep kebenaran yang hakiki sekalipun tidak ada perayaan, perlombaan ataupun acara seremonial yang melalaikan dan menjerumuskan dalam kemaksiatan.
Dalam Islam, negara akan mengelola kepemilikan umum dan mendistribusikan hasilnya untuk kesejahteraan seluruh rakyat. Negara Islam juga menjamin kebutuhan pokok setiap individu warga negaranya dengan memenuhi sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Negara akan membuka lapangan pekerjaan sehingga rakyat bisa menjalankan fungsinya mencari nafkah dengan upah yang layak. Tidak hanya kebutuhan primer, tetapi juga kebutuhan sekunder dan tersier dapat terpenuhi. Dengan demikian, kesejahteraan hakiki tidak lagi sekadar mimpi. Wallahualam bissawab.
Oleh: Ummu Sigit
Sahabat Tinta Media
Views: 10