Tinta Media – Allah SWT menciptakan siklus musim tahunan di berbagai wilayah dengan tujuan dan juga hikmah yang bisa dipetik manusia. Bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit sesuai dengan keperluan untuk menghidup-suburkan tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Allah menurunkan hujan tidak lebih dari yang diperlukan, sehingga tidak melimpah ruah melampaui batas dan akhirnya menjadi bencana. Kalaupun terjadi bencana, sebuah peringatan manusia akan kesalahan konsep kehidupan.
Wilayah khatulistiwa di beberapa bulan ini dilanda musim hujan. Bulan Januari 2025, hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi masih terus mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi cuaca ini menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir dan tanah longsor.
Di Pulau Jawa, beberapa daerah mengalami bencana banjir, longsor, dan angin kencang. Di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, bahkan terjadi banjir bandang dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Banjir bandang juga menerjang Bondowoso. Kedatangan air bercampur lumpur disertai ranting kayu meluap hingga ke ruas jalan raya dan sejumlah permukiman warga. Selain itu, tampak ternak warga terjebak di tengah derasnya terjangan arus banjir.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di Pulau Sumatera, Sumatera Selatan, daerah yang terdampak cukup parah. Hujan intensitas tinggi merendam 470 rumah dan banjir akibat luapan Sungai Benakat dan Sungai Lematang berdampak pada 361 rumah (CNNIndonesia, 11/01/2025).
Banjir bandang yang dikarenakan pengaruh pasang surut air laut dan hujan intensitas tinggi terjadi di Sungai Siak Provinsi Riau. Sungai Way Laay Kabupaten Pesisir Laut Lampung sama-sama meluap dan menggenangi 50 rumah warga dengan ketinggian 40 sentimeter. Bencana banjir bandang terjadi pula di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, tepatnya terjadi di kawasan industri pertambangan nikel milik PT Surya Amindo Perkasa. Dilaporkan, satu warga meninggal dunia dan tiga orang luka—luka (CNN Indonesia, 04/01/2025).
Dorongan yang ada justru menganjurkan warga untuk mitigasi secara mandiri. Sejatinya, warga memerlukan motivasi dan bantuan real dari negara. Ketidakmaksimalan negara dalam penanganan dan pencegahan bencana atau mitigasi disebabkan negara menerapkan konsep keliru, yakni peraturan kapitalisme buatan manusia.
Sistem kapitalisme, melalui negara, mengedepankan segelintir kelompok bermodal atau oligarki dalam pengelolaan sumber daya alam dan tambang. Negara hanya akan mendapatkan royalti dari beberapa komoditas mineral, sedangkan dampak lingkungan dari eksploitasi itu sering diabaikan sehingga terjadi bencana yang merenggut nyawa tatkala musim hujan tiba.
Mitigasi di sistem Islam sangat sigap dalam menghadapi semua bencana karena mengedepankan keselamatan dan kebutuhan warga. Khalifah sebagai kepala negara akan menciptakan program mitigasi yang dapat dilakukan melalui pembangunan secara fisik maupun peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi dilakukan dengan membuat kebijakan lingkungan dan sosial, serta membentuk kesadaran publik akan dampak buruk bencana. Mitigasi dilakukan untuk menghindari kerugian akibat bahaya yang timbul dengan cara melakukan pembangunan secara fisik. Pembangunan berkaitan dengan teknik konstruksi infrastruktur yang memiliki daya tahan dalam memberikan perlindungan terhadap bahaya.
Hak pembelanjaan kebutuhan mitigasi bencana langsung dipenuhi kas Baitul Mal, bahkan tidak ditentukan berdasarkan adanya harta Baitul Mal. Artinya, apabila hartanya ada maka harta itu wajib disalurkan seketika itu. Apabila hartanya tidak ada, maka Khalifah mewajibkan kaum muslimin memikul harta untuk disalurkan ke Baitul Mal yang kemudian diberikan kepada yang berhak.
Sumber daya alam dan bahan tambang tetap dimiliki negara. Negara hanya membolehkan individu atau kelompok untuk memanfaatkan sumber daya alam dan bahan tambang dengan batas yang telah ditentukan Khalifah sehingga bisa meminimalisir bencana terjadi. Sistem Islam ini hanyalah akan terealisasi di naungan Khilafah Islamiyyah.
Rasulullah saw. Bersabda,
“Siapa yang diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemudian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka Allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Wallaahu’alaam bish shawaab.
Oleh: Lulu Sajiah, S.Pi.
Pemerhati Agromaritim
Views: 3