Tinta Media – Meskipun Hamas dan Israel telah mengumumkan kesepakatan gencatan senjata, tetapi zionis masih saja menjatuhkan serangan hingga menewaskan rakyat di Gaza. Gagalnya gencatan senjata Hamas dan Israel disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya perbedaan pendapat antara Hamas dan Israel tentang syarat dan ketentuan gencatan senjata. Selain itu perbedaan pendapat tentang status Gaza juga menjadi faktor penyebab kegagalan gencatan senjata. Palestina menuntut agar warga Gaza diizinkan kembali ke rumah mereka di Gaza, namun Israel menolak tuntutan tersebut, sampai Hamas membebaskan warga sipil Israel, Arbel Yehud.
Arbel Yehud adalah seorang aktivis politik Israel yang seharusnya dibebaskan pada Sabtu (25/1/2025), namun namanya tidak termasuk yang dibebaskan Hamas. Seorang sumber senior dalam gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), kelompok lain di Jalur Gaza mengatakan, mereka telah menahan Yehud hingga Israel menyepakati ketentuan pertukaran sandera-tahanan.
Penjajahan yang dilakukan oleh zionis Israel terhadap rakyat Palestina dan di Jalur Gaza sampai detik ini belum juga berakhir. Berbagai upaya terus dilakukan umat, mulai dari kecaman hingga pemboikotan produk yang terafiliasi langsung dengan Israel. Bahkan, setelah membuat kesepakatan untuk gencatan senjata, zionis masih melakukan serangan dan menewaskan rakyat Palestina.
Berbagai upaya termasuk gencatan senjata kenyataannya tidak mampu menghentikan penderitaan rakyat Palestina dari kebengisan zionis. Bukan hanya tentara Palestina yang jatuh dalam serangan brutal zionis, tetapi rakyat sipil, anak-anak, wanita, bahkan petugas medis, dan reporter juga turut menjadi korban dari serangan yang membabi buta.
Umat harus menyadari bahwa serangan yang dilakukan zionis bukanlah semata dikarenakan konflik perebutan tanah, melainkan penjajahan dan bagian dari penghangusan kaum Muslim dunia. Penderitaan ini berawal dari terpecahnya negara kaum Muslim menjadi negeri-negeri kecil yang lemah. Kondisi yang demikian inilah yang memudahkan penjajah untuk melumpuhkan negeri Muslim dengan adanya sekat negara berupa nasionalisme. Sudah saatnya kita sadar solusi hakiki bagi Palestina. Kesadaran bahwa Muslim Palestina dan kaum Muslim seluruh dunia harus kembali menjadi satu dalam naungan institusi negara Islam yakni Khilafah Islamiah.
Sampai saat ini yang bisa dilakukan pemimpin negeri Muslim hanya sekedar memberikan kecaman. Boikot yang pernah diteriakkan kian hari, bahkan mulai menghilang. Persatuan Bangsa-Bangsa dan negara Muslim dunia hanya menjadikan solusi dua negara sebagai penyelesaian atas penderitaan Palestina. Gencatan senjata sekalipun tidak menjamin rakyat Palestina bisa bernapas lega selamanya. Solusi di atas hanya mampu mengurangi atau sedikit meredam kebengisan zionis. Namun hal tersebut tidak akan mampu membebaskan Palestina secara nyata dan hakiki dari taring zionis penjajah kafir.
Palestina hanyalah sebuah negara kecil dengan penduduk mayoritas Muslim. Namun kekuatan akidah yang mereka miliki mampu membuat zionis harus bekerja ekstra menaklukkan negeri suci yang dimuliakan Allah SWT tersebut. Zionis Israel bisa bertahan sejauh ini tentu karena ada dukungan dari pihak asing yang memiliki misi sama yakni membumi hanguskan kaum muslim dan menguasai tanah mereka.
Satu-satunya solusi untuk membebaskan Palestina hanyalah dengan menyatukan kaum muslim dan melepas batu sandungan berupa sekat antar negara. Jika umat Islam bersatu, maka tidak ada musuh yang mampu mengalahkan kekuatan kaum muslimin. Persatuan tersebut tentunya membutuhkan pula seorang pemimpin pemberani yang akan memimpin kaum muslim mengerahkan seluruh kekuatan tentaranya melumpuhkan kebengisan zionis Israel. Kekuatan fisik hanya akan menang jika dilawan dengan kekuatan fisik. Pemimpin tersebut ialah seorang Khalifah yang akan mengerahkan seluruh tentara muslim untuk melakukan jihad. Tidak ada kekuatan yang bisa menandingi tentara kaum muslim sebab kekuatan akidah yang ada pada pasukan yakni keyakinan bahwa kemenangan dari Allah pasti berpihak pada yang hak.
Allah Swt berfirman yang artinya :
“Dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang.” (TQS. As-Saffat : 173).
Rakyat Palestina adalah saudara muslim bagi seluruh umat di dunia. Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk bersatu bersama-sama bergerak menuju kemerdekaan hakiki Palestina.
Perlu diingat bahwa gencatan senjata dan solusi dua negara hanyalah bersifat sementara. Hanya dengan jihadlah kemerdekaan hakiki Palestina bisa benar-benar terwujud. Dengan adanya sekat nasionalisme umat muslim tidak akan mampu bersatu maka tegaknya sebuah sistem dengan kepemimpinan Islam yang satu menjadi sebuah kebutuhan yang harus segera diwujudkan.
Menegakkan Khilafah adalah kewajiban kaum muslim karena hanya dengan Khilafah umat akan mampu menyatukan kekuatan dan menjadi tangguh tak terkalahkan. Khalifah akan menjadi pemimpin umat yang mengerahkan seluruh tentara muslim untuk berjihad menaklukan zionis Israel sampai tuntas. Kebutuhan terhadap tegaknya Khilafah bukan hanya untuk pembebasan Palestina. Menegakkan Khilafah yang menerapkan hukum-hukum Allah adalah perintah dari Sang Khaliq.
Allah Swt berfirman yang artinya : “Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (TQS. Al- Maidah : 48).
“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, Rasulullah dan Ulil Amri di antara kalian.”
(TQS. An-Nisa : 59).
Ayat tersebut menegaskan kewajiban umat untuk menerapkan seluruh syariat dan hukum Allah dan mentaati pemimpin yang menerapkan aturan Islam (Khalifah). Kewajiban tersebut tidak akan mungkin bisa dilaksanakan dalam sistem kufur yang menjauhkan aturan Allah seperti kapitalisme sekuler saat ini.
Wallahualam bissawab
Views: 0