Listen to The Future, Stand up for Palestine Children’s Rights

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Hari Anak Sedunia baru-baru ini telah diperingati. United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) sebagai organisasi yang menginisiasi peringatan ini menyatakan bahwa tujuan dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang kesejahteraan anak, serta mendorong tindakan global untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak. Sesuai dengan tema yang diusung yaitu Listen to the future. “Stand up for children’s rights” atau “Dengarkan masa depan. Dukung Hak-hak Anak (13/11/2024).”

Kenyataannya, tema tersebut sangat berlawanan dengan fakta yang terjadi. Pada saat ini, tidak ada kepastian tentang masa depan dan terpenuhinya hak-hak anak di Palestina. Jangankan masa depan, hak untuk hidup secara aman dan nyaman pun tidak mereka peroleh. Dunia internasional seolah-olah menutup mata terhadap kebiadaban Zionis yang telah melakukan genosida. Padahal, kebanyakan korbannya adalah anak-anak. Bahkan, sampai saat ini Palestina masih membara dan korban terus berjatuhan.

Nyawa anak-anak Palestina setiap saat terancam, bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum pun sulit mereka dapatkan karena keterbatasan dan dipersulitnya bantuan masuk. Sementara, dunia merayakan “Hari Anak Sedunia”.

Sungguh ironis, semuanya hanyalah narasi tanpa arti. Anak-anak Palestina saat ini paling terdampak serangan genosida Zions. Mereka telah kehilangan keluarga, tempat tinggal, bahkan haknya untuk memperoleh pendidikan, rasa aman, kesehatan. Makanan yang layak pun tidak bisa mereka dapatkan. Lantas, apa akar masalah sebenarnya yang menyebabkan semua ini terjadi?

Sistem kapitalisme hanya fokus pada kebebasan individu, kepentingan pemilik modal, dan keuntungan saja. Sehingga, kaum muslimin dunia tak berdaya untuk saling membantu.

Kotak-kotak nasionalisme membuat pemimpin negeri muslim tidak berkutik melihat penderitaan yang dialami oleh anak-anak Palestina. Mereka lebih mementingkan keamanan politik dan ekonomi negaranya daripada harus berkonfrontasi dengan AS dan negara Barat. Rasa empati dan ikatan akidah tidak lagi menjadi prioritas utama untuk menolong saudara sesama muslim yang sedang dijajah.

Lantas, apa yang bisa diharapkan dari peringatan tahunan Hari Anak Sedunia, kalau hanya menjadi sebuah jargon kosong belaka? Sejatinya, solusi yang diberikan sistem kapitalisme sekularisme ini tidak mampu melindungi dan menjamin hak-hak anak di dunia, khususnya di negara-negara konflik.

Anak dalam Pandangan Islam

Islam memandang anak adalah aset berharga bagi negara, yaitu sebagai generasi pembangun peradaban gemilang. Mereka adalah generasi masa depan, calon pemimpin yang harus terjaga keamanan, keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikannya, Oleh sebab itu, Islam sangat memperhatian keberlangsungan hidup anak sebagai generasi penerus.

Negara yang menerapkan sistem Islam (Khilafah) akan memenuhi semua hak dan kebutuhan anak dengan sangat baik. Anak-anak tidak akan dibiarkan terlantar, terancam, terusik, atau hidup dalam tekanan, seperti yang dialami oleh anak-anak Palestina saat ini.

Di Palestina, anak-anak harus hidup serba sulit, bahkan untuk hidup tenang dan nyaman pun tidak bisa. Serangan demi serangan membuat nyawa mereka terancam setiap saat. Jangankan bisa memperoleh pendidikan secara baik, sandang dan papan pun tidak mereka miliki. Tentu saja ini menunjukan tidak terpenuhinya hak-hak dasar mereka sebagai manusia.

Kesejahteraan dan kemakmuran anak akan terpenuhi dalam negara yang menerapkan sistem Islam. Negara akan mengelola SDA untuk kesejahteraan dan keberlangsungan hidup generasi masa depan. Sehingga, tidak akan ada anak-anak yang terlantar dan tidak terpenuhi hak-haknya. Melalui pengelolaan yang baik dan transparan, negara akan mempunyai dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat, termasuk anak-anak sebagai generasi penerus.

Selain itu, Islam akan menjaga jiwa atau hak hidup setiap manusia, termasuk anak-anak.
Penguasa dalam Islam adalah sebagai ra’in dan junnah, yaitu sebagai pemimpin dan perisai/pelindung rakyatnya. Mereka akan menjamin terpenuhinya hak anak dan masa depannya.

Sandang, pangan, papan, rasa aman, dan pendidikan yang berkualitas dipenuhi dengan sistem berbasis syariat. Sehingga, keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT akan menjadi dasar setiap perbuatan. Dengan demikian, akan terbentuk fungsi keluarga, lingkungan, dan masyarakat yang kuat.
Maka, tidak akan ada lagi penindasan, kekerasan terhadap anak, karena negara akan melindunginya.

 

 

 

 

 

Oleh: Rini Rahayu
Aktivis Muslimah

 

Views: 0

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA