Tinta Media – “Kenapa kita harus tetap melakukan perlawanan di tengah gencatan senjata yang sedang berlangsung?” tanya salah seorang teman beberapa hari yang lalu. Ini menjadi sebuah tema yang sangat menarik untuk dibahas.
Setelah terjadinya peristiwa Thvvfan Al-Aqsha pada Oktober 2023 lalu, Israel mengumumkan gencatan senjata terhadap para pejuang di P4l3stina beberapa pekan yang lalu. Hal ini menjadi kabar yang sangat membahagiakan bagi masyarakat P4l3stina khususnya dan kaum muslimin pada umumnya.
Namun, di saat yang sama mengapa penyerangan itu tetap dilancarkan kepada saudara kita di P4l3stina? Bukankah jika gencatan senjata, maka tak ada lagi genosida? Hal ini sangat membingungkan untuk dimengerti.
Mari kita bahas alasan mereka melakukannya. Salah satu di antaranya adalah hal tersebut sudah menjadi tabiat mereka. Bahkan, di zaman para nabi pun mereka menghabisinya. Apalagi kita, tentu sangat mudah bagi mereka untuk membumihanguskannya.
Bagi mereka, adanya kaum Muslimin di P4l3stina menghalangi tujuan yang ingin mereka capai. Oleh karenanya, mereka pasti akan terus melancarkan genosida meski di tengah gencatan senjata.
Berbagai solusi sudah coba diterapkan, namun pada kenyataannya tidak ada yang mampu menyelesaikan akar permasalahannya. Karena memang, permasalahannya bukan sekadar perebutan wilayah, melainkan pembersihan etnis atas dasar doktrin yang mereka terima dan tidak adanya institusi yang melindungi tanah kaum muslimin tersebut.
PBB telah mengemukakan solusi yang ditawarkan yakni berupa solusi dua negara. Namun pada akhirnya hal itu juga tak menghentikan para zionis Yahudi itu untuk membantai kaum Muslimin di sana, atau pun solusi gencatan senjata. Memang, terlihat menyenangkan, namun sejatinya, itu bukanlah solusi yang hakiki.
Analoginya adalah seperti rumah yang terkena pencurian. Apa yang harus kita lakukan? Dengan membagi rumah tersebut, atau dengan mengusirnya dari rumah kita? Tentu kita akan mengambil pilihan yang kedua. Karena mau bagaimanapun, pencuri tetaplah pencuri. Ia tidak akan pernah jera jika hukum yang ditimpakan kepadanya tidak sesuai.
Pun sama halnya dengan yang terjadi di P4l3stina. Zionis Yahudi itu adalah perebut tanah milik kaum Muslimin sedunia. Maka, solusi nyatanya bukan dengan membagi wilayah menjadi dua negara, atau pun gencatan senjata. Melainkan kirimkan tentara di bawah persatuan umat Islam sedunia.
Sayangnya, kini persatuan hanyalah sebuah khayalan dalam benak kepala. Para pemimpin negeri-negeri Muslim memilih bungkam tak berbuat apa-apa. Mereka tunduk tak berdaya di bawah bayang-bayang musuh. Padahal, di saat yang sama P4l3stina sedang berjuang mempertahankan kehormatan Masjidil Aqsha.
Inikah yang disebut oleh Rasulullah bahwa umat akhir zaman hanya seperti buih di dalam lautan? Banyak, namun tak memiliki kekuatan bahkan untuk sekadar memanggul senjata melawan para penjajah di tanah suci, P4l3stina.
Padahal, di dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, bahwa umat muslim satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh, yang bila salah satu anggota tubuhnya merasakan sakit, maka yang lainnya akan merasakan kesakitan yang sama. Atau bisa dianalogikan dengan sebuah bangunan. Bila salah satunya rapuh, maka tak perlu menunggu waktu lama, bangunan itu akan hancur dengan sendirinya.
Umat Muslim itu harus bersatu di bawah komando dan di bawah pemerintahan yang sama. Mirisnya, sekat nasionalisme telah membuat kaum muslimin terkotak-kotak. Hanya fokus pada masalah yang terjadi di dalam negeri masing-masing. Sehingga untuk bersatu mereka enggan dengan alasan masih banyak problematika yang belum terselesaikan di dalam negeri sendiri.
Ide nasionalisme inilah yang kerapkali disuarakan oleh para antek-antek barat agar kaum Muslimin tidak segera bersatu. Mereka berkata seolah nasionalisme adalah solusi atas permalasahan negeri. Padahal, itu adalah sumber masalah yang membuat negeri-negeri muslim yang sedang dizalimi tak kunjung mendapatkan bantuan.
Oleh karena itu, agar permalasahan genosida di P4l3stina maupun di wilayah lainnya dapat segera terselesaikan, kita butuh persatuan. Persatuan ini dapat diperoleh dengan cara terus menuntut ilmu dan berjuang menyebarkan kebenaran. Agar kesadaran itu hadir kepada banyak orang bahwa hanya dengan syariat Islam yang sempurna diterapkan, P4l3stina bisa terbebaskan dari segala ancaman dan kezaliman.
Wallahu a’lam bish showwab.
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
Siswi MAN 1 Kota Batam
Views: 0