Tinta Media – Penulis karya sastra Pay Jarot menegaskan bahwa cinta kepada Nabi Muhammad Saw. bukan sekadar ucapan, melainkan perintah yang harus diwujudkan dalam ketaatan syariat, persatuan umat, jihad, dan pembebasan Masjidil Aqsha.
Hal itu ia sampaikan saat membacakan puisi berjudul “Palestina Memanggil” dalam acara Maulid Nabi Muhammad 1447 H bertema Satu Risalah, Satu Umat, Satu Tujuan yang digelar secara daring melalui situs satuju.one, pada Sabtu (27/9/2025).
“Cinta kepada nabi bukanlah hiasan kata, ia adalah perintah yang menuntut ditegakkan: menaati syariatnya dengan sepenuh jiwa, merajut persatuan yang telah tercerai oleh batas buatan, memikul amanah jihad yang sering kita tinggalkan, dan mengingat bahwa cinta itu hanya sah bila sampai pada pembebasan Masjidil Aqsha, di mana nama beliau selalu disebut dengan air mata dan darah yang tertumpah,” ujarnya.
Dalam bait puisinya, Pay Jarot menggambarkan bahwa Palestina adalah cermin yang retak di hadapan umat Islam. Setiap pecahannya memantulkan wajah umat yang tercerai.
“Darah yang mengalir di jalan Gaza bukan milik mereka saja, melainkan darah kita yang sama merah. Tangisan di bawah puing bukan sekadar gema asing, melainkan seruan yang mengetuk hati setiap Muslim,” ucapnya.
Penulis Buku berjudul “Di Puncak-Puncak Rindu” ini pun menyerukan kebangkitan kaum Muslim dengan persatuan dan keteguhan.
“Ooo, umat Muhammad, sampai kapan engkau diam? Bangkitlah, satukan langkahmu, karena persatuanmu adalah doa yang menjelma menjadi tentara,” serunya.
“Sungguh, jalan terbaik kembali pada persaudaraan yang tak kenal batas: persatuan Islam sebagai nafas yang mengangkat kembali kehormatan kita; tegaknya keadilan sebagai bayangan Khilafah yang kita cita-citakan bukan saja sebagai mahkota kuasa, tetapi juga sebagai payung bagi rakyat jelata,” gugahnya.
Bung Pay Jarot juga menutup puisinya dengan pekikan perlawanan, “Palestina memanggil, memanggil, memanggil! Allahu Akbar”. [] Muhar
Views: 19