Tinta Media – Demonstrasi besar-besaran beberapa waktu lalu, yaitu yang terjadi sejak Senin (25/08) di berbagai daerah di Indonesia, merespons sikap para anggota dewan (DPR) yang tidak menunjukkan sikap empati dan mencederai rasa keadilan rakyat. Ini terkait dengan besarnya tunjangan perumahan anggota DPR yang mencapai Rp50 juta per bulan. Kini telah sampai pada tuntutan 17+8: antioligarki, antikorupsi, penghapusan outsourcing, dll.
Ajakan aksi demo yang semula muncul lewat pesan berantai dari grup percakapan Whatsapp dan media sosial lainnya ini pun, tak ayal berubah menjadi kerusuhan antara masyarakat dengan pihak kepolisian di berbagai lokasi di Indonesia. Hal ini karena banyaknya peserta demo yang notabene Gen Z, bahkan pelajar di bawah usia 18 tahun, ditahan pihak kepolisian hingga mencapai 370 orang, dan 200 orangnya di bawah umur.
Aksi demonstrasi, unjuk rasa, hingga berbagai aspirasi yang ramai disuarakan oleh masyarakat di media sosial belakangan, mencerminkan cara generasi Z (Gen Z) merespons tekanan. Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi. menilai alih-alih melakukan tindakan destruktif, Gen Z memilih berbicara dengan cara khas mereka, yakni menggunakan media sosial, meme, poster kreatif, hingga estetika visual. Mereka berbicara tanpa harus membakar fasilitas. Pendapat lain, Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, berpandangan adanya fenomena kenaikan jumlah peserta aksi demonstrasi yang merupakan kalangan anak di bawah umur. Bahkan ia berpendapat, jika aksi demo memang bisa dijadikan ajang belajar menyampaikan pendapat, namun tak bisa dimungkiri jika remaja sangat rentan terprovokasi karena mereka belum memiliki kontrol diri yang matang.
Keterlibatan Gen Z dalam demonstrasi tersebut sebenarnya hal yang sangat naluriah sebagai manusia untuk mengekspresikan eksistensi dirinya sebagai bagian dari rakyat dalam membela ketidakadilan. Gen Z digambarkan berdasarkan ilmu psikologi (sekular-kapitalisme) sebagai generasi yang telah hilang kesadaran politik, serta lebih fokus pada pendekatan spesifik cara mempertahankan nilai dan identitas mereka sekaligus meminimalkan eskalasi konflik.
Dalam penerapan sistem demokrasi-kapitalisme saat ini, Gen Z diarahkan kepada kesadaran politik dan perubahan melalui sistem demokrasi saja. Gen Z akhirnya hanya terbawa arus tanpa menyadari akar persoalan yang menyebabkan beragam persoalan dan keterpurukan itu muncul.
Gen Z hakikatnya sebagai manusia sejak awal penciptaannya memiliki naluri, di antaranya adalah naluri mempertahankan diri (baqa). Salah satu bentuk ekspresinya adalah keinginan menolak kezaliman dan mencari solusi untuk menghilangkan kezaliman tersebut. Kezaliman yang dimaknai sebagai tindakan yang merampas atau mencederai hak-hak manusia yang lain dan mengarahkan manusia untuk kembali kepada aturan Al-Khalik untuk meraih keadilan.
Islam memandang fitrah manusia yang memiliki khasiatul-insan untuk mendapatkan pemenuhan hak-hak manusia sesuai tuntunan Al-Khalik (syarak).Oleh karena itu, ketika terjadi kezaliman, Islam mengarahkan manusia untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, salah satunya adalah melakukan muhasabah lil hukkam (mengoreksi kepada penguasa) dengan mekanisme yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika menjadi penguasa Daulah Islam di Madinah. Bahkan beliau bersabda, “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah (bin Abdul Muthalib), dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 4884, dinilai sahih oleh al-Albani)
Potensi pemuda sejak masa Rasulullah saw. adalah sebagai garda terdepan dalam melakukan perubahan secara hakiki (taghyir) sehingga Allah Taala menyematkan label umat terbaik atau khairu ummah pada diri kaum muslimin. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya Gen Z memahami peran politiknya secara utuh, yaitu dalam kerangka Islam. Memiliki cita-cita untuk menjadi umat terbaik, penjaga Islam tepercaya, dan garda terdepan perjuangan Islam kafah, serta terlibat menjadi bagian solusi dalam mencetak generasi peradaban Islam yang cemerlang sebagaimana janji Allah Taala dan kabar gembira dari Rasulullah saw.
Allah SWT berfirman, “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.“ (QS an-Nahl: 125). Wallahualam bissawab.
Oleh: Thaqiyunna Dewi, S.I.Kom.,
Sahabat Tinta Media
Views: 9