Banjir Dayeuhkolot, Banjir Siklus Tahunan

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Badan penanggulangan bencana Daerah (BPBD) kabupaten Bandung mencatat ribuan rumah terdampak banjir di Desa Dayeuhkolot dan Desa Citeureup kecamatan Dayeuhkolot Rabu (26/02/2025). Hal tersebut disebabkan hujan yang intensitas tinggi dan debit sungai Citarum meluap (Bandung.com, 27/2/2025).

Kepala pelaksana BPBD kabupaten Bandung mengatakan saat ini ada dua desa yang rumahnya terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 60cm hingga 150cm. Di Desa Dayeuhkolot ada sekitar 1369 rumah terdampak dan desa Citeureup sekitar 1659 rumah, totalnya 3028 rumah terendam. Ada 50 orang yang mengungsi di desa Dayeuhkolot terdiri dari 7 orang lansia, 3 balita, 2 penyandang disabilitas, sisanya dewasa dan anak-anak.

BPBD mengaku memprioritaskan warga yang rumahnya terdampak banjir berat. Warga-warga tersebut langsung dievakuasi dan diminta mengungsi. Kepala pelaksana BPBD menyebutkan sejumlah bantuan logistik makanan disiapkan untuk para pengungsi dan berbagai upaya pengurangan banjir dilakukan seperti penyedot air dan perahu karet untuk proses evakuasi.

Jika dipikir-pikir masalah banjir di Dayeuhkolot menjadi siklus tahunan dan selalu dipandang karena curah hujan dengan intensitas tinggi. Padahal terjadinya banjir di wilayah tersebut tidak lain dan tidak bukan dikarenakan tata ruang yang tidak dikelola dengan baik seperti penyalahgunaan lahan dan lain-lain, sehingga debit air terus meluap.

Upaya tindakan pencegahan (preventif) belum dioptimalkan oleh pemerintah/penguasa setempat seperti pembuatan kolam retensi cieunteung dan kolam retensi Andir yang disebut-sebut untuk pengendalian banjir tetapi pada kenyataannya banjir tetap saja terjadi sehingga solusi tersebut tidak optimal bahkan banjir makin besar.

Adapun solusi tuntas untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan khususnya banjir yaitu dengan mengembalikan aturan umat kembali kepada Islam karena hanya Islam satu satunya sistem yang menjadikan landasan tata ruang kota dibangun atas asas kemaslahatan umat.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya :

Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman pada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Malaikat berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman “Sungguh, Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (TQS Al-Baqarah: 30)

Maksud Penjelasan ayat tersebut, manusia adalah khalifah (penjaga) di bumi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan  dan perlindungan lingkungan. Dikatakan juga bahwa manusia diberi amanah untuk menjaga bumi.

Di sinilah pentingnya peran pemimpin/penguasa yang optimal menjalankan perannya sebagai ra’in dan junnah untuk umat sehingga pemimpin/penguasa tersebut bisa mengarahkan umatnya untuk tidak berbuat kerusakan sesuai hukum syara. Jadi jelas tampak perbedaan antara sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga umatnya berbuat kerusakan tanpa memikirkan dampaknya, beda dengan sistem Islam yang menjunjung kemaslahatan umat dalam berbagai segi kehidupan.

Wallahu’alam bishshawab.

Oleh: Risna SP
Sahabat Tinta Media

Views: 6

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA