Banyak Muncul Bencana, Saatnya Muhasabah Bersama

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Akhir tahun ini dihiasi dengan hujan yang sering mengguyur, serta tingginya curah hujan mengakibatkan banyaknya bencana alam di berbagai wilayah Indonesia.

Musibah banjir dan tanah longsor adalah yang paling banyak terjadi saat musim hujan. Indonesia adalah negara beriklim tropis dengan 2 musim, yaitu panas dan hujan, dengan perubahan cuaca yang sangat ekstrem.

Dalam laman jawapos.com (07/12/2024) disebutkan, terjadi banjir bandang dan tanah longsor di Sukabumi, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memastikan penyebabnya adalah pendangkalan sungai, sebanyak 12 alat berat dikerahkan untuk mengeruk pasir sungai.

Menurut Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti pengerukan sungai penting untuk memastikan bahwa air tidak akan meluap ke pemukiman penduduk. Sedangkan tanah longsor diduga terjadi akibat hutan gundul dan intensitas hujan yang tinggi.

Bencana alam ini tentu akan berdampak pada kehidupan masyarakat, adanya korban terluka hingga korban jiwa, kerusakan bangunan, fasilitas pendidikan, kesehatan, tempat ibadah mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial yang besar.

Penanganan Terlambat dan Sekuleristik

Biasanya saat terjadi bencana alam bantuan dari pemerintah kalah cepat dibandingkan dengan, organisasi masyarakat, partai politik, hingga masyarakat biasa. Tidak jarang pemerintah bersikap abai dan memilih kunjungan ke daerah lain dibandingkan mengunjungi korban bencana, jikapun mereka datang terkadang hanya untuk pencitraan sosial saja, tak heran jika bantuan selalu terlambat datang, dengan alasan transportasi ke lokasi yang sulit dijangkau.

Makin banyaknya terjadi bencana, dan semakin banyaknya korban menunjukkan bahwa penanganan yang dilakukan belum maksimal, beberapa masyarakat kini memenuhi kebutuhan bencana alam mereka secara bersama-sama, sulit jika menaruh harapan besar pada pemerintah yang selalu saja kekurangan dana, wajar saja kan jika masyarakat saat ini tidak percaya kepada negara.

Bahkan sering kita lihat kebijakan pemerintahlah yang menjadi penyebab datangnya bencana baru, seperti penggundulan hutan dan alih fungsi lahan, serta pembangunan proyek-proyek industri lainnya yang merusak alam, meskipun diprotes atau dikritik masyarakat kebijakan tetap terus berjalan.

Banyaknya pelaku usaha ilegal kelas kakap yang berani menjalankan usahanya walaupun tanpa izin mereka bisa lolos dari hukum berkat kerja sama dengan orang dalam dari penguasa. Asalkan ada uang semua senang begitu ibaratnya perjalanan bisnis mereka.

Soal penanganan bencana biasanya masyarakatlah yang paling sering disudutkan masyarakat disalahkan karena tidak mau direlokasi, pengetahuan yang minim, dan sebagainya.

Masyarakat memang perlu dicerdaskan, tapi yang paling penting masyarakat butuh difasilitasi dan diberikan jaminan kesejahteraan. Sangat masuk akal jika mereka khawatir akan nasib mereka ketika meninggalkan kampung halamannya, bagaimana mereka hidup, tinggal di mana, dan pekerjaannya apa. Penguasa hanya menuntut rakyat untuk tunduk dan patuh tanpa memikirkan solusi hidup mereka selanjutnya.

Islam Menanggulangi Bencana

Dalam Islam pemimpin bertugas mengurusi urusan umat dan menjaga mereka. Oleh karena itu penguasa harus mendahulukan kepentingan umat dibandingkan dirinya sendiri, dan menggunakan daya upayanya demi kesejahteraan umat.

Dalam hal regulasi bencana, pemerintah wajib menerapkan aturan untuk menjaga dan tidak merusak alam, pembangunan infrastruktur dan layanan masyarakat tidak boleh sampai merusak keseimbangan ekosistem yang ada.

Dasarnya adalah perintah Allah dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 11, yang artinya: “ Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘janganlah berbuat kerusakan di bumi!, Mereka menjawab ‘Sesungguhnya kami justru melakukan perbaikan.”

Tolak ukur setiap kebijakan pemerintah adalah hukum syara’ yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-sunah, bukan keinginan atau kepentingan semata, Islam juga telah mengatur seluruh aspek kehidupan, manusia tinggal menerapkannya saja.

Khatimah

Bencana alam memang bisa terjadi kapan saja sebab itu merupakan kehendak Allah SWT, namun manusia perlu berikhtiar sebelum datangnya bencana, dan tidak melakukan hal-hal yang mengundang murkanya sang pencipta.

Kalaupun sudah terjadi, manusia masih harus melakukan ikhtiar untuk menyelamatkan dan membangun kembali kerusakan yang ada, serta menjadi pelajaran agar bisa lebih waspada akan bencana yang bisa datang selanjutnya.

Islam memberikan tuntunan cara menghindari terjadinya bencana, melalui tangan pemerintah yang harus menerapkan hukum syara’, serta memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggar aturan yang mungkin saja akan menyebabkan terjadinya bencana.

Negara harus lebih memperhatikan tempat-tempat yang rawan bencana serta mengedukasi masyarakat sekitarnya, mitigasi bisa dilakukan dengan terstruktur dan terencana, hal ini pasti membutuhkan biaya yang besar, namun dengan sistem pengelolaan SDA secara mandiri oleh negara Islam, dan adanya Baitul mal akan sangat bisa membiayainya.

Seluruh hal ini akan sangat sulit diterapkan pada sistem sekarang, yang hanya menguntungkan pemodal dan penguasa, sehingga rakyat menjadi sangat menderita. Hanya kepemimpinan Islam saja yang bisa diharapkan untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan tuntas.

Oleh karena itu umat harus sadar bahwa sistem sekuler ini hanya akan merugikan mereka, mari beralih kepada sistem Islam yang berasal dari sang pencipta yakni Allah SWT.
Wallahu ‘alam bishowab.

Oleh: Audina Putri
Aktivis Dakwah Muslimah

Views: 0

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA