Tinta Media – Belakangan ini, warganet berbondong-bondong menyerukan tagar #KaburAjaDulu di sejumlah media sosial, termasuk X (Twitter). Bahkan, tagar ini sempat menjadi topik tren unggahan di Indonesia dalam media sosial X pada hari Jumat, 7 februari 2025. (Jakarta, CNN)
Tren #KaburAjaDulu adalah bukti nyata kekecewaan terhadap tanah air. Hal ini memicu spekulasi, antara negara yang gagal atau generasi yang lemah?
#KaburAjaDulu, awalnya tagar ini berfungsi sebagai wadah untuk berbagi informasi tentang memulai kehidupan baru di luar negeri, seperti tips mendapatkan beasiswa, proses mengganti kewarganegaraan, mengelola keuangan, mencari pekerjaan, mengatasi ‘culture shock‘.
Lalu belakangan ini tagar tersebut berubah fungsi sebagai bentuk kekecewaan anak muda terhadap kondisi Indonesia saat ini. Tidak bisa dimungkiri, Indonesia tengah menghadapi berbagai krisis sektor ketenagakerjaan. Di antaranya, tingkat pengangguran tinggi, gaji yang kecil, kesulitan mencari pekerjaan, banyak PHK dalam jumlah besar, dll.
CEO World Magazine merilis negara-negara dengan gaji tertinggi di dunia. Negara Swiss sebagai urutan tertinggi dengan gaji rata-rata Rp125 juta/bulan, sedangkan Indonesia berada di urutan 120 dengan gaji rata-rata Rp5,3 juta/ bulan. Hal ini tidak sebanding dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang sangat melimpah. Tidak heran, generasi muda saat ini ingin “kabur” ke luar negeri karena menawarkan peluang lebih baik dengan gaji yang lebih besar.
Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena ‘Brain Drain’ yang sudah lama terjadi di Indonesia sejak tahun 1960-an. Apa itu ‘Brain Drain’? ‘Brain Drain’ yaitu fenomena bahwasanya generasi muda terdidik dan berbakat memilih untuk menetap di luar negeri.
Fenomena ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara karena kehilangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berpotensi merugikan negara. Isu ini seharusnya menjadi fokus pemerintah karena menggambarkan kegagalan politik ekonomi dalam memberikan kehidupan yang sejahtera. Negeri yang memiliki SDA sangat melimpah ini tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang mencukupi kebutuhan rakyat. Hal ini dikarenakan negeri ini menerapkan sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir orang (oligarki) saja.
Indonesia selalu menjadi negara berkembang yang bahkan kini hampir mendekati negara miskin. Padahal, negara ini begitu luas dengan SDA melimpah dan SDM yang banyak. Sebab, negara kita masih selalu berada di bawah bayang-bayang pengaturan negara adidaya dunia, sehingga tidak mempunyai kedaulatan dalam mengatur negaranya sendiri.
Padahal, kita negara dengan penduduk muslim terbanyak kedua di dunia. Seharusnya kita menerapkan aturan Islam. Islam memandang pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah kebutuhan asasi yang harus dipenuhi oleh negara. Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat, termasuk wajib menyediakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor ketenagakerjaan dengan pengelolaan SDA yang Allah SWT limpahkan kepada kaum muslimin. Islam juga membangun sistem ekonomi berasaskan iman dan takwa yang bertujuan menciptakan keberkahan bagi kaum muslimin. Dengan menegakkan khilafah (sistem kepemimpinan Islam), negeri ini akan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh umat. Wallahu alam bishawab.
Oleh: Febi Ramdayanti
Sahabat Tinta Media
Views: 0