Tinta Media – Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah program dari pemerintah yang memberikan makanan sehat dan bergizi untuk masyarakat terutama pelajar. Akan tetapi, akhir-akhir ini terjadi keracunan usai mereka mengonsumsi MBG.
Ada ratusan siswa di SMP Negeri 3 Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Khamidah Yuliati, mencatat bahwa ada 135 siswa dan 2 guru yang mengalami gejala diare. (Tirto.id, 27/08/2025)
Puluhan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Islah, Kabupaten Lampung Timur, dilarikan ke rumah sakit. Mereka keracunan usai mengonsumsi MBG. Kasat Reskrim Polres Lampung Timur, AKP Stefanus Boyoh, menyatakan bahwa ada santri yang keracunan mengeluh mual dan pusing. Pihaknya menyelidiki keracunan ini dengan mengambil sampel dari makanan yang disantap santri. (Kompas.com, 29/08/2025)
Program MBG ini dilaksanakan karena janji dari kampanye pemerintah untuk mengatasi masalah stunting, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. MBG memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pemenuhan gizi seimbang sehingga mendukung terciptanya generasi yang sehat, cerdas, dan produktif. Selain itu, MBG juga berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal yang melibatkan petani, peternak, dan pelaku UMKM dalam penyediaan bahan pangan sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kasus keracunan yang terjadi secara berulang bukanlah sekadar insiden biasa, melainkan sebuah tanda bahwa negara belum sepenuhnya serius dalam menjalankan tanggung jawabnya. Ketidakjelasan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta lemahnya pengawasan terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memperlihatkan adanya kelalaian dalam program MBG
Jika SOP tidak disusun dengan matang dan pengawasan tidak dilakukan secara ketat, maka risiko kesalahan akan terus berulang. Dampaknya pun sangat serius, kesehatan siswa terganggu, bahkan nyawa mereka bisa terancam. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar, apakah pemerintah lebih mementingkan keberlangsungan program secara administratif atau betul-betul mengutamakan keselamatan anak-anak sebagai penerima manfaat? Keracunan berulang terus-menerus karena sistem kapitalisme yang sedang diterapkan di negeri ini tidak akan bisa menjalankan tanggung jawabnya sebagai pengurus rakyat karena kepentingan pemilik modal.
MBG kerap diklaim sebagai jawaban untuk menyelesaikan masalah gizi pada anak sekolah dan ibu hamil, bahkan dianggap mampu mencegah stunting. Namun, dalam kenyataannya program ini hanya bersifat sesaat dan tidak menyentuh akar permasalahan. Stunting muncul karena masalah yang jauh lebih kompleks, misalnya kemiskinan, rendahnya pengetahuan gizi, keterbatasan akses pelayanan kesehatan, dan distribusi pangan yang tidak merata. Program ini merupakan buah penerapan sistem kapitalisme yang hanya mencari keuntungan. Selama sistem kapitalisme tetap dipertahankan, maka rakyat yang terus menanggung risikonya. Sementara itu, solusi hakiki untuk memastikan pemenuhan gizi, kesehatan, dan kesejahteraan generasi tidak pernah benar-benar terwujud.
Persoalan gizi buruk, stunting dan kasus keracunan massal akibat program MBG sejatinya hanya akan selesai dengan sistem Islam. Sebab, dalam Islam negara diwajibkan untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya secara menyeluruh, termasuk pemenuhan kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…“(HR. Al-Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829)
Ini berarti bahwa keberadaan pemimpin dalam negara bukan sekadar simbol politik, melainkan sebagai instrumen yang secara langsung memastikan serta bertanggung jawab memenuhi kebutuhan rakyatnya yang kelak amanah itu dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dengan demikian, solusi hakiki atas persoalan gizi, kesehatan, dan kesejahteraan dapat terwujud dengan kembalinya Khilafah yang menerapkan syariat Islam secara kafah. Sudah saatnya kita kembali kepada syariat Islam yang terbukti membawa kemaslahatan bagi umat. Hanya dengan Khilafah, umat terbebas dari jeratan kapitalisme dan meraih keberkahan Allah Swt. Wallahualam bissawab.
Oleh: Nur Aisyah
Muslimah Peduli Generasi
Views: 37