Peringatan Hari Anak Sedunia Hanya Sekadar Narasi

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia atau World Children Day. Peringatan ini diawali ketika Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak-Hak Anak pada tahun 1959. Pada tanggal yang sama di tahun 1989, Majelis PBB mengadopsi Konvensi Hak-hak Anak (Convention on The Right of The Child atau CRC). Konvensasi ini merupakan kesepakatan internasional pertama yang secara komprehensif melindungi hak-hak anak.

Perlindungan anak ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari hak untuk bertahan hidup, berkembang, hingga perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi. Hak anak merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat ditawar lagi dan bersifat universal.

Realitas di dunia menunjukkan bahwa hak anak-anak di berbagai wilayah diabaikan, diingkari, dan diserang. Peringatan hari anak sedunia nyatanya hanya sekadar narasi untuk menutupi ketidakpedulian mereka, yang menggambarkan standar ganda barat soal anak-anak, yang diinisiasi oleh lembaga internasional PBB.

Fakta menunjukkan bahwa masih banyak anak yang belum terpenuhi hak-haknya. Mayoritas dari sekitar dua miliyar anak usia 0-15 tahun di seluruh dunia, terabaikan.

Sebagai manusia kecil yang lemah, anak-anak rentan menjadi korban tindakan kekerasan fisik, kekerasan seksual, eksploitasi, pelecehan, juga tak mendapatkan penghidupan yang layak, seperti kelaparan, tidak punya rumah, tidak mengenyam pendidikan, juga sulit mendapatkan pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya.

Kondisi terparah yang menimpa anak-anak adalah yang sedang terjadi secara masif setahun terakhir ini, yaitu yang menimpa anak-anak Palestina. Lebih dari 17.000 anak Palestina (dan mungkin akan terus bertambah), menjadi korban genosida oleh penjajah Zionis dan korban pengkhianatan dari seluruh penguasa dunia, termasuk penguasa negeri-negeri Islam.

Hak-hak mereka telah dirampas. Bukan hanya untuk mendapatkan penghidupan yang layak berupa makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan dari kekerasan, tetapi juga hak untuk hidup yang aman, yang tidak ada jaminan sama sekali. Setiap saat mereka harus siap menjadi korban serangan bom, misil, tank atau sniper Zionis.

Ironisnya, ketika Zionis dibantu oleh banyak negara Barat, para penguasa di negeri-negeri Islam, hanya diam tidak membantu muslim Palestina. Yang mereka lakukan hanya sekadar mengecam tanpa memberikan solusi yang nyata atas genosida yang terjadi, yaitu mengusir penjajah Zionis dari tanah Palestina dengan kekuatan militer.

Nyatanya, keselamatan anak-anak kalah penting dengan agenda dan tujuan negara yang hari ini tegak di atas asas sekulariame kapitalisme dan nasionalisme. Kepentingan ekonomi negara dan jabatan, jauh lebih menjadi prioritas daripada nasib anak-anak  di berbagai wilayah konflik lainnya, termasuk di Gaza Palestina.

Institusi internasional ala Barat seperti UNICEF  yang dibanggakan akan bisa melindungi hak anak-anak terbukti gagal saat menghadapi kekejian entitas penjajah Yahudi, semuanya menjadi tumpul tak bertaji.

Ini semakin membuktikan bahwa institusi internasional hanyalah alat Barat untuk mengendalikan dunia demi kepentingan mereka. Karena itu sungguh bodoh para penguasa negeri-negeri Islam yang masih berharap  pada PBB untuk menyelesaikan masalah ini. Buktinya, setahun telah berlalu genosida terjadi, dengan total korban hampir 48.000 jiwa, PBB tidak melakukan tindakan nyata.

Kekuasaan kapitalisme global di bawah kepemimpinan Amerika telah menunjukkan keberpihakannya secara nyata kepada zionis, mulai dari dana, senjata militer juga alutista, dan sebagainya. Mereka menafikan suara rakyat Amerika sendiri yang menentang keberpihakan pemerintahnya terhadap entitas zionis.

Namun pemerintah Amerika tidak bergeming. Amerika bukan hanya menunjukkan sikap sebuah negara, tetapi juga sikap ideologi kapitalisme yang kekuasaannya atas dunia adalah demi kepentingan Zionis dalam menjajah dunia.

Maka, seorang muslim sudah seharusnya melepaskan diri dan kehidupannya dari sistem kufur ini jika ingin menuntaskan segala permasalahan, termasuk masalah anak-anak di seluruh dunia, terkhusus anak-anak kaum muslimin di Palestina.

Sistem kapitalisme buatan manusia telah jelas-jelas menjadikan hawa nafsu manusia sebagai asas dan standar hukum untuk kepentingan para kapitalis. Kerakusan mereka dalam mencapai  kekuasaan, jabatan, uang adalah dengan menghalalkan segala cara, sekalipun harus menghancurkan suatu komunitas masyarakat.

Kaum muslimin harus kembali kepada Islam, yang standarnya adalah akidah dan syariat Islam yang sempurna, yang datang dari Allah SWT untuk  meraih rida-Nya.

Dalam sistem Islam, aturan agama tidak boleh dipisahkan dari kekuasaan yang standarnya adalah halal- haram, bukan hawa nafsu para kapitalis.

Terkait anak-anak, Islam memandang bahwa hak mereka harus dipenuhi, bahkan sebelum terlahir ke dunia. Mulai dari hak untuk hidup, hak untuk dipenuhi segala kebutuhan primer, sandang, pangan, dan papan, juga kebutuhan dasarnya, seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan.

Anak sebagai generasi penerus suatu bangsa atau umat akan menentukan tinggi rendahnya kualitas suatu bangsa. Agar berkualitas, maka anak harus dipenuhi hak-hak asasinya secara maksimal. Hal tersebut dilakukan oleh institusi negara.

Negara Islam akan menyelenggarakan pendidikan berkualitas dengan segala fasilitasnya, dengan berbasis akidah Islam yang akan mencetak anak menjadi muslim yang berkepribadian Islam, berkompetensi, generasi unggul  penerus peradaban yang mulia.

Anak pun mendapat jaminan  kesehatan dan keamanan dari negara. Semuanya diselenggarakan oleh negara untuk warganya secara cuma-cuma. Negara juga akan memastikan bahwa setiap orang tua mampu memenuhi kebutuhan primer anak-anaknya, yaitu dengan memastikan terpenuhinya lapangan pekerjaan bagi para laki-laki dewasa, agar mampu menafkahi anak dan istrinya secara maksimal.

Dalam pembiayaan semua kebutuhan rakyat tersebut, negara dalam sistem Islam atau khilafah memiliki 3 pos pemasukan, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan negara, dan kepemilikan umum.

Pengelolaan sumber daya alam (SDA) sebagai harta milik umum adalah pemasukan terbesar  yang akan dipergunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin (rakyat), sehingga menjamin kesejahteraan dan keselamatan rakyat, termasuk anak-anak.

Demikianlah politik ekonomi Islam dijalankan oleh khilafah, sehingga dapat mewujudkan penjagaan terhadap rakyat, yaitu menjaga jiwa, akal, kehormatan, wilayah, nasab, dan sebagainya.

Anak-anak pun dapat maksimal dalam penjagaan khilafah, termasuk anak yang kondisi negerinya dalam penyerangan atau penjajahan seperti di Palestina. Khilafah akan membebaskan wilayah terjajah tersebut dengan mengusir penjajah Zionis darinya melalui jihad, hingga dapat memerdekakan negeri dan penduduknya ke dalam naungan khilafah.

Ini sebagaimana pernah dilakukan oleh Shalahudin Al-Ayyubi ketika merebut kembali Yerusalem dari jajahan tentara Salib. Demikianlah, keberadaan khilafah dan khalifah akan menjadi Junnah (pelindung) hakiki bagi kaum muslimin, sebagaimana sabda Beliau SAW,

“AlImam (pemimpin) laksana _Junnah_ (perisai), yang manusia berlindung di belakangnya dan berperang bersamanya.”

Perlindungan terhadap nyawa di dalam Islam sangatlah penting, karena nyawa seorang muslim sangat berharga. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
_“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.”_ (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani)

Hanya Islam yang mampu menjamin pemenuhan hak anak secara hakiki melalui penerapan Islam secara kaffah dalam institusi khilafah, yang memperkuat fungsi keluarga, lingkungan masyarakat, dan negara (khilafah) dan hadir sebagai pelindung dan penjaga, serta pengurus urusan umat. Wallahu alam bis shawab.

 

 

 

 

 

Oleh: Elah Hayani
Sahabat Tinta Media

Views: 0

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA