Tinta Media – Peristiwa pembunuhan anggota keluarganya yang dilakukan oleh seorang anak laki-laki di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan ramai diberitakan di berbagai platform portal online. Pelaku yang masih berusia 14 tahun menusuk ayah, nenek, dan ibunya dengan sebilah pisau. Akibatnya, ayah dan nenek pelaku meninggal dunia, sedangkan sang ibu mengalami luka parah. Pelaku berhasil diamankan tak lama setelah kejadian dan saat ini sedang menjalani sejumlah pemeriksaaan untuk mengetahui motif di balik pembunuhan (suara.com, 30 November 2024).
Miris memang. Kasus anak membunuh orang tua nyatanya bukan kali ini saja terjadi, namun seolah seperti fenomena yang makin marak merebak. Ironinya, sebagian besar pelaku adalah generasi muda yang seharusnya penuh potensi. Hal ini seakan menjadi bukti adanya permasalahan serius dan sistematis dalam sistem kehidupan saat ini.
Ada banyak faktor penyebab yang saling tumpang tindih dan saling berkaitan. Kehidupan masyarakat dalam sistem sekuler saat ini cukup kompleks dan rumit untuk diurai, mulai dari sistem pendidikan yang mencetak generasi materialistik dan minim akhlak, sistem ekonomi kapitalis yang melahirkan kerusakan di segala lini, seperti kemiskinan struktural yang membawa dampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kesulitan pemenuhan kebutuhan hidup mampu mengubah karakter masyarakat menjadi terbiasa dengan kekerasan, ditambah kurangnya kontrol media oleh negara sehingga tontonan yang merusak makin bebas diakses oleh siapa saja. Sistem hukum yang masih jauh dari kata adil dan tegas juga menjadi salah satu faktor tindak kekerasan dalam masyarakat terus berulang.
Dari kasus pembunuhan di Lebak bulus beredar opini jika tekanan keluarga untuk selalu berprestasi diduga menjadi motif pelaku nekat membunuh keluarganya. Ini juga menjadi bukti jika sistem sekuler ternyata juga telah merusak fungsi keluarga yang seharusnya menjadi support system membangun generasi. Standar kehidupan sekuler kapitalis mengukur segala hal hanya dari pencapaian materi dan sukses memisahkan nilai agama dari kehidupan.
Keluarga dalam sistem sekuler bahkan tak lebih hanya sekadar status, tak ada bonding yang kuat antar anggota keluarga. Fungsi keluarga yang seharusnya menjadi tujuan pulang dan berkasih sayang perlahan luntur dan hilang. Dalam keluarga sekuler, tanggung jawab orang tua seolah hanya dicukupkan dengan pemenuhan materi. Akibatnya, anak tumbuh kurang kasih sayang, padahal keluarga adalah benteng utama dan support system bagi generasi. Jika fungsi keluarga sudah rusak, maka bisa bayangkan generasi seperti apa yang akan terbentuk.
Generasi muda sejatinya adalah agen perubahan yang diharapkan mampu membawa kita pada peradaban yang lebih baik. Namun sayangnya, sistem yang ada saat ini jelas tak mampu melindungi generasinya.
Islam sadar tentang betapa pentingnya generasi bagi sebuah peradaban. Maka dari itu, Islam menjadikan pemimpin sebagai ra ‘iin yang bertanggung jawab terhadap rakyatnya, termasuk membangun generasi. Kepemimpinan Islam mempunyai tanggung jawab melahirkan generasi cemerlang dan berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam.
Kepemimpinan Islam mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang berasas akidah Islam yang mampu mencetak generasi yang beriman, bertakwa dan menguasai IPTEK serta berjiwa pemimpin. Negara juga wajib menciptakan support system yang baik untuk berkembangnya generasi cemerlang.
Sistem ekonomi Islam mampu menjamin setiap keluarga terpenuhi kebutuhannya sehingga diharapkan fungsi keluarga berjalan dengan maksimal. Setiap kepala keluarga dipastikan mampu memberi nafkah yang cukup sehingga fungsi utama seorang ibu sebagai madrasahtul ula tak perlu lagi terbajak.
Negara juga menjamin terbentuknya ekosistem lingkungan yang kondusif dan aman bagi perkembangan generasi. Setiap individu dalam peradaban Islam sadar akan kewajiban mereka untuk beramar makruf nahi mungkar yakni saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Dengan adanya kontrol masyarakat yang disertai penegakan hukum yang tegas sesuai syariat, masyarakat akan lebih terlindungi dari tindak kekerasan.
Kontrol negara terhadap media juga menjadi kewajiban dalam kepemimpinan Islam sebagai bentuk proteksi generasi dari tontonan yang merusak. Nyatanya, penerapan sistem Islam Kaffah telah tercatat dalam sejarah mampu melahirkan banyak tokoh ilmuwan yang menguasai ilmu agama juga optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Bahkan dalam masa kegemilangan peradaban Islam, ilmu pengetahuan berkembang sangat baik dan meninggalkan warisan ilmu yang dipakai hingga saat ini. Jelas sudah, sistem kehidupan sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan generasi khususnya dan umat pada umumnya. Telah nampak jelas pula kerusakan yang diakibatkan oleh sistem buatan manusia saat ini. Sejatinya yang bisa mengatur kehidupan manusia di dunia hanyalah sistem Allah SWT semata. Oleh karena itu, sudah saatnya umat kembali pada sistem Islam kaffah yang terbukti selama 13 abad mampu membentengi generasi dan mencetak generasi emas peradaban.
Wallahualam.
Oleh: Ika Kusuma
Sahabat Tinta Media
Views: 0