Kelas Swasunting untuk Penulis Ideologis

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Semarak kelas swasunting untuk para penulis Ideologis, terasa sejak awal narasumber Editor Opini Tinta Media Ida Royanti menyapa di WhatsApp Grup Kelas Swasunting yang diselenggarakan oleh Tinta Media, bertajuk Yuk Belajar Edit Naskah! Rabu (11/6/2025).

Berbagai emotikon berhamburan meramaikan grup tersebut, antusias peserta membuncah ketika narasumber, memberikan kuis sebagai bahan diskusi.

“Sebelum kita lanjut materinya, ada satu kalimat yang ingin saya tunjukkan. Kita perhatikan baik-baik, ya,” tuturnya.

Ia sontak memberikan penggalan kalimat.

“Sampai saat ini, Barat berusaha keras untuk menghambat perjuangan kaum muslimin. Karena mereka tidak ingin kita menjadi negara yang besar. Hanya saja, sebagian besar kaum muslimin tidak menyadari tentang hal itu.”

“Kalau menurut teman-teman, adakah yang janggal dengan kalimat ini? Jangan khawatir, tidak ada jebakan di sini,” ujarnya.

“Subjek kalimat pertama tidak jelas, Barat ini merujuk ke mana? Arah mata angin atau negara? Mungkin lebih tepatnya kafir Barat,” sahut salah satu peserta.

“Mungkin di bagian kata, ‘mereka tidak ingin kita menjadi negara yang besar’ karena harusnya merujuk ke kata islam ya? Bukan kitanya yang besar, begitu kah?” tanya retoris peserta lain.

“Afwan, Cikgu, kalau saya hanya melihat kesalahan pada tanda titik sebelum karena. Untuk yang lain kok gak kelihatan janggal,” sahut peserta lain.

“Saya merasa janggal di kata “kita”. Ah, Cikgu, jadi kayak main tebak-tebakan,” canda salah satu peserta.

Jelasnya, pembahasan kuis akan dimulai dari penggunaan istilah Barat terlebih dulu.

Menurutnya, sudah menjadi hal yang umum menggunakan istilah Barat sebagai pengganti atau sesuatu yang menunjukkan sekumpulan orang dari negara dari wilayah barat. Saat seseorang menulis atau mengucapkan kata Barat, insyaallah pembaca sudah paham kalau yang dimaksud adalah negara dari barat.

“Bedanya dengan arah mata angin apa? Barat yang berarti negara Barat menggunakan huruf kapital di awal kata, tetapi arah barat tidak menggunakan kapital,” ucapnya.

Jadi, tegasnya, penggunaan subyek Barat tidak salah.

Ia menuturkan, sepakat dengan pendapat salah satu peserta, bahwa ‘karena’ adalah sebuah konjungsi, tidak bisa diletakkan di awal kalimat, setelah tanda titik. Harusnya, sebelum karena tidak ada tanda titik.

“Kata ‘karena’ bisa diletakkan di awal jika dipakai sebagai konjungsi subordinat yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Contoh: Karena hujan, aku tidak masuk sekolah. Atau: Aku tidak masuk sekolah karena hujan. Tidak bisa ditulis: Aku tidak masuk sekolah. Karena hujan,” bebernya.

Kemudian, sambungnya, penulisan yang tepat adalah, “Sampai saat ini, Barat berusaha keras untuk menghambat perjuangan kaum muslimin karena mereka tidak ingin kita menjadi negara yang besar. Hanya saja, sebagian besar kaum muslimin tidak menyadari tentang hal itu.”

Menurutnya, kalau dirasa terlalu panjang, bisa saja dipotong, berhenti di kaum muslimin. Namun, harus ada tambahan subyek.

“Subyek ini bisa berupa kata ganti penunjuk, seperti hal ini, hal itu, ini, itu, dll. Sampai saat ini, Barat berusaha keras untuk menghambat perjuangan kaum muslimin. Ini terjadi karena mereka tidak ingin kita menjadi negara yang besar. Hanya saja, sebagian besar kaum muslimin tidak menyadari tentang hal itu,” tandasnya.

Setelah penjelasan dari narasumber selesai, ada pertanyaan dari salah satu peserta.

“Kalau ‘karena’ diganti ‘sebab’ diletakkan setelah titik, boleh?” tanya retoris peserta.

Sebenarnya, jawabnya, kalau menurut aturan tidak boleh, karena kata ‘sebab’ juga merupakan konjungsi subordinatif. Hanya saja, beberapa jurnalis menggunakan hal itu, dengan catatan, bahwasanya penulisan ‘sebab’ yang seperti itu dilakukan jika ada kalimat yang ingin diperjelas sebelumnya,” ungkapnya.

Suasana kelas berubah 180 derajat, dari bercanda menjelma sersan, alias serius tapi santai.

“Jelas Cikgu. Paling kalau disuruh praktik baru kelimpungan,” komentar peserta.

Terakhir, Ida menyampaikan, tidak dimungkiri bagi sebagian orang, swasunting ini memang merupakan salah satu kelas yang agak membosankan. Maka, diperlukan tekad dan semangat sekuat baja biar bisa Istikamah.

Sepanjang pertemuan kedua berlangsung, peserta sangat memanfaatkan kesempatan untuk menimba ilmu dari pakarnya langsung.

Kelas selesai tepat pukul 21.11 WIB. Ditutup dengan doa penutup majelis, diikuti dengan ucapan terima kasih dari para peserta kepada narasumber, dan penyelenggara kelas tersebut.

Kelas Swasunting, akan dibuka kembali pekan depan, Rabu (18/6/25).[] Novita Ratnasari

Views: 31

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA