Al-Qur’an Itu Sempurna Tanpa Cacat

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Mubalighah Kota Depok, Santi Fawrita menuturkan bahwa Al-Qur’an itu sempurna tidak ada cacat.

“Allah sudah menjamin bahwasanya tidak bisa masuk kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan. Artinya Al-Qur’an itu sempurna tidak ada cacat,” ujarnya dalam Forum Komunitas Keluarga Sakinah, Ramadhan Bulan Al-Qur’an, Amalkan Seluruhnya, Ahad (15/3/2025) di Depok.

Menurutnya, tidak ada jalan satu pun, dari arah mana pun, dari segala arah. Baik itu dari depan, belakang, atas, bawah dan dari samping yang bisa masuk kebathilan. Sehingga Al-Qur’an itu bisa ditambah, diganti bahkan ketika ada yang ingin menghancurkan Al-Qur’an.

Kesempurnaan Al-Qur’an tersebut, katanya, disebutkan dalam surah Fushilat ayat 42 yang artinya, “Tidak ada kebathilan yang mendatanginya, baik itu dari depan maupun dari belakang, (Al-Qur’an itu adalah) kitab yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”

“Hal ini menegaskan bahwasanya Al-Qur’an itu dari Allah, Kalamullah, dan Al-Qur’an dikatakan sebagai wahyu Allah dan menjadi kitab yang mulia,” terangnya di hadapan puluhan peserta.

Selain itu, Al-Qur’an dikatakan kitab yang agung, terangnya, karena diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, manusia yang paling mulia yang Allah turunkan di muka bumi ini. Jadi tujuan diturunkannya kitab agar menjadi sesuatu yang dapat mengeluarkan dari berbagi kegelapan kepada cahaya yang terang benderang.

“Apakah Al-Qur’an itu diturunkan untuk umat tertentu? Ketika Rasulullah wafat apakah berhenti?” tanyanya.

“Tentu tidak. Kita sekarang bisa membaca Al-Qur’an. Artinya Al-Qur’an bukan hanya ditujukan untuk satu umat tertentu, satu golongan tertentu, satu masyarakat tertentu atau satu negara tertentu. Tidak, tapi untuk seluruh manusia baik yang berbangsa Arab maupun berbangsa selain Arab,” jawabnya.

Ia pun menegaskan, setiap yang dekat, bersatu dengan Al-Qur’an itu pasti menjadi mulia. Bulan Ramadhan dikatakan mulia karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Rasulullah yang membawa Al-Qur’an, Makkah-Madinah sebagai tempat diturunkannya Al-Qur’an mulia.

“Sebagaimana kita ketahui Kota Madinah disebut sebagai Madinah Al Munawwarah, kota yang penuh dengan cahaya. Disebut demikian karena Madinah adalah kota diterapkannya Al-Qur’an seluruhnya,” jelasnya.

Jadi, lanjutnya, sesuatu yang melekat di dalam Al-Qur’an menjadi mulia. “Jikalau kita ingin menjadi orang yang mulia harus dekat dengan Al-Qur’an, harus menempel Al-Qur’an dalam diri kita dalam pikiran kita. Insya Allah,” pungkasnya.[] Sari Liswantini

Views: 4

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA