Tinta Media – Saat ini belum memasuki musim kemarau. Namun, sudah ada
daerah di Kabupaten Bandung yang kekurangan air bersih. Prediksi musim kemarau
baru akan terjadi di bulan Juni dan terdapat potensi ancaman kekurangan air
bersih/ kekeringan dan kebakaran. (TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG)
Uka Suska (Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung)
mengungkapkan bahwa perkiraan memasuki musim kemarau adalah mulai bulan Mei
sampai September 2024. Namun, saat ini bisa dikatakan belum musim kemarau
sepenuhnya karena hujan masih turun sewaktu-waktu di beberapa wilayah Kabupaten
Bandung.
Saat ini sudah ada desa yang minta dikirim air bersih untuk
kebutuhan masyarakatnya yaitu Desa Arjasari. Masyarakat diimbau untuk
menghemat penggunaan air bersih, juga tidak membuang dan membakar sampah
sembarangan karena tumpukan sampah bisa menjadi potensi kebakaran di musim
kemarau.
Sebelumnya, di Kabupaten Bandung sudah pernah terjadi
beberapa kali kebakaran yang disebabkan oleh kekeringan. Karena itu,
Masyarakat diminta bijak dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Kalau mau jujur, sebenarnya kekeringan yang berimbas pada
kekurangan air bersih di beberapa wilayah terjadi bukan akibat dari perubahan
iklim semata. Namun, ini adalah imbas dari penerapan sistem kapitalisme
sekuler liberal, buah dari peradaban Barat yang sudah mencengkeram negeri ini.
Liberalisasi sumber daya alam telah merenggut keharmonisan
lingkungan. Akibatnya, kerusakan semakin parah hingga terjadi kekeringan dan
kekurangan air bersih. Jelaslah bahwa ulah manusia juga mempunyai andil
besar terhadap kerusakan alam dan lingkungan disebabkan oleh kebijakan
pemerintah yang hanya mementingkan keuntungan materi semata.
Sistem ekonomi kapitalisme telah memberikan kebebasan kepada
manusia untuk mengeksploitasi kekayaan alam. Pembangunan jor-joran yang
dilakukan pemerintah dengan dalih alih fungsi lahan serta penggundulan hutan
telah mengakibatkan kondisi lingkungan tidak stabil.
Daerah pertanian berubah menjadi gedung-gedung perusahaan
dan pertokoan. Begitu pun dengan hutan yang semakin hari semakin berkurang
karena dialihfungsikan oleh pemerintah atas nama investasi.
Pihak swasta bebas memiliki dan membangun apa pun asalkan
mereka punya uang. Ujung-ujungnya rakyat tetap kalah dan terkena imbasnya.
Lihat saja di daerah pedesaan dan pegunungan, sudah menjamur
perumahan-perumahan. Itu tandanya lahan hijau makin sempit, daerah resapan air
berkurang.
Di perkotaan juga parah. Banyak tumpukan sampah dan
limbah pabrik yang memengaruhi kondisi air. Air resapan menjadi tercemar akibat
ulah oknum yang masih bandel dengan membuang limbah pabrik sembarangan.
Begitulah ketika konsep yang diambil tidak sesuai dengan
standar syariat, pasti banyak mudaratnya. Selain mengakibatkan krisis air,
konsep ini juga mengakibatkan berbagai macam penyakit yang akan menimpa
masyarakat.
Solusi tuntasnya hanya dengan tunduk pada aturan Allah,
yaitu diterapkannya sistem Islam. Dalam Islam, seorang khalifah adalah pemimpin
negara yang wajib memenuhi kebutuhan dasar rakyat, seperti halnya kebutuhan air
bersih. Ini berbeda dengan pemimpin dalam sistem kapitalis seperti saat ini
yang cenderung abai.
Walhasil, Islam bukan sekadar agama, tetapi juga
peraturan, pandangan hidup (ideologi) yang sesuai fitrah, memuaskan akal, dan
menentramkan jiwa. Dengan sistem ekonomi Islam, akan terjaga keharmonisan
lingkungan sehingga tetap seimbang. Tidak ada eksploitasi sumber daya
alam yang berlebihan. Tidak ada ruang untuk pihak asing dan Aseng menguasai
atau mengelolanya sumber daya alam seperti mata air.
Semua pelaksanaan pembangunan dan tata-kelola lahan juga
sangat diperhatikan dalam Islam, agar tidak menimbulkan kerusakan alam. Belum
lagi dengan pengelolaan kepemilikan yang
adil. Ada harta milik umum yang harus dikelola, lalu hasilnya untuk umum. Ada
juga harta milik negara dan milik individu. Masing-masing dikelola sesuai
aturan Islam.
Untuk meminimalisir terjadinya tindakan sewenang-wenang dan
kecurangan, Islam punya sanksi yang tegas dan memberi efek jera. Namun,
semua itu akan terwujud jika khilafah tegak sebagai negara adidaya. Mari ikut
berjuang demi mengembalikan kehidupan Islam, Allahu Akbar.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Dartem, Sahabat Tinta Media
Views: 0