Tinta Media – Baru-baru ini, dalam sebuah acara Pembukaan Pelatihan
Pembuatan Kue bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) angkatan IX, Supardi yang
merupakan ketua DPRD Sumbar mengatakan bahwa dirinya sangat berharap perempuan
di Payakumbuh mampu mandiri secara ekonomi. Tujuannya adalah selain untuk
meningkatkan ekonomi keluarga, kaum ibu diharapkan jadi penggerak perekonomian
Kota Payakumbuh.
Dia juga mengatakan, selain sebagai tulang rusuk, para
ibu-ibu kini banyak yang menjadi tulang punggung keluarga. Oleh karena itu,
menurutnya ibu-ibu tersebut harus selalu meningkatkan pengetahuan. Kreativitas
dan kemandirian ekonomi harus dipersiapkan. (www.cakrawala.co
10/05/2024)
Bagian dari Propaganda Kesetaraan Gender
Pernyataan ketua DPRD Sumbar tersebut disadari atau tidak
merupakan bagian dari propaganda kesetaraan gender. Propaganda yang diembuskan
Barat ke tengah-tengah perempuan di seluruh dunia ini telah berhasil membuat
kaum perempuan berpikir bahwa posisi mereka harus sama dengan kaum laki-laki.
Mereka merasa bahwa jika laki-laki bisa, maka mereka pun harus bisa. Mereka
benar-benar ingin setara dengan laki-laki.
Tak heran jika saat ini banyak perempuan berlomba-lomba
mengejar karier dan berusaha keras untuk mendapatkan titel pendidikan yang
prestisius. Bahkan parahnya lagi, banyak perempuan yang enggan menikah dengan
alasan karier.
Lihatlah, betapa propaganda yang diembuskan Barat perlahan,
tetapi pasti berhasil mencuci otak para perempuan agar mereka setara dengan
laki-laki.
Padahal, para perempuan tidak menyadari tujuan yang
sebenarnya di balik propaganda kesetaraan gender. Propaganda tersebut jelas
ingin merusak fitrah kaum perempuan.
Melalui propaganda tersebut, kaum perempuan dibuat lebih
sibuk di luar rumah dan tidak punya waktu untuk mengurus buah hati serta
mengatur rumah suaminya. Mereka menjadi lalai dalam mendidik buah hati, bahkan
lupa tugasnya sebagai seorang istri.
Sejatinya, jika perempuan sudah rusak, otomatis generasi
yang dilahirkannya pasti rusak. Faktanya seperti yang kita lihat dewasa ini,
betapa banyak generasi muda yang terlibat kasus kriminal. Sebab, mereka
cenderung pragmatis dalam menyikapi persoalan.
Akibatnya, dalam menyikapi permasalahan, mereka cenderung
mengedepankan emosi ketimbang berpikir dengan kepala dingin. Atau yang paling
membuat kita miris dan mengurut dada adalah anak-anak remaja perempuan yang
banyak terlibat dalam prostitusi online alias open BO.
Kenakalan remaja yang kian meresahkan tersebut merupakan
akibat dari tidak berfungsinya peran seorang ibu karena kesibukannya di luar.
Mereka yang merasa kurang diperhatikan, akhirnya melakukan perilaku-perilaku
negatif dengan tujuan mendapat perhatian. Sayangnya, mereka tidak memahami
betul bahwa perilakunya tersebut bukan hanya akan merugikan orang lain, tetapi
juga dirinya sendiri.
Selain propaganda kesetaraan gender yang membuat kaum
perempuan lalai akan tugas utamanya, keberadaan sistem kapitalisme sekuler yang
menihilkan peran Tuhan dalam mengatur kehidupan, juga kian memperparah kondisi
yang ada. Umat makin jauh dari agamanya, sehingga akidah mereka semakin lemah.
Tolok ukur hidup mereka tidak lagi halal haram, melainkan asas manfaat. Mereka
merasa bebas melakukan apa saja, tak peduli sekalipun perilaku mereka
bertentangan dengan hukum syara’.
Perempuan dalam Pandangan Islam
Di dalam Islam, perempuan begitu dimuliakan. Tidak ada
kewajiban pada pundaknya untuk mencari nafkah. Secara syariat, Allah memilih
perempuan untuk menjadi pemimpin dalam rumah suaminya dan memimpin
anak-anaknya.
Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Laki-laki adalah pemimpin
atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang perempuan
memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya. Ia akan ditanya tentang
kepemimpinannya.“ (HR Bukhari)
Maka jelas, tugas utama seorang perempuan adalah mendidik
anak-anak dan menjadi penyejuk bagi suaminya. Sebaik-baik perhiasan dunia
adalah istri yang salihah. Sudah sepatutnya para perempuan berlomba-lomba dalam
menyalahkan diri agar dapat menjadi contoh yang baik bagi buah hatinya, bukan
justru sibuk menjadi wanita karier yang lupa akan kewajiban sebagai seorang ibu
dan seorang istri. Wanita yang baik adalah wanita yang selalu sibuk memperbaiki
dirinya dengan semangat belajar yang tinggi.
Sejatinya, generasi yang hebat dilahirkan dari ibu yang
hebat yang senantiasa mau belajar dalam segala hal, terlebih dalam hal agama.
Perempuan yang salihah akan menjadikan akidahnya sebagai landasan dalam
menjalani kehidupan.
Meski Islam membolehkan perempuan untuk bekerja di ranah
publik, tetapi harus tetap dalam batasan dan terikat dengan hukum syara’. Islam
melarang keras perempuan menduduki posisi kekuasaan.
Untuk itu, sudah saatnya kaum perempuan bangkit untuk
memperbaiki keadaan, dengan sibuk memperbaiki diri dan mempelajari ilmu agama,
agar terlahir generasi emas penerus peradaban.
Tidak ada kewajiban bagi perempuan untuk sibuk menjadi
penopang ekonomi sebuah negara, karena semua itu hakikatnya adalah kewajiban
negara bagaimanapun caranya.
Dalam sistem Islam, justru negara akan menciptakan banyak
lapangan pekerjaan untuk para laki-laki, agar kaum laki-laki bisa mencari
nafkah dan bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Dengan demikian, tidak
akan ada perempuan yang harus sibuk membantu mencari nafkah karena negara hadir
untuk mencukupi kebutuhan rakyat. Wallahuallam.
Oleh: Rina Herlina, Sahabat Tinta Media
Views: 0