Tinta Media – Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyampaikan kesiapan Indonesia menerima seribu warga Gaza memunculkan keprihatinan yang mendalam. Alih-alih menjadi bentuk solidaritas, langkah ini justru berpotensi memperkuat agenda penjajah dalam mengosongkan Palestina dari penduduk aslinya. Ini adalah ironi: pengusiran warga Gaza malah difasilitasi oleh negara-negara yang mengaku mendukung Palestina.
Seruan jihad untuk membela Palestina telah disuarakan oleh banyak pihak sebagai jalan keluar yang paling nyata, mengingat berbagai pendekatan politik dan diplomatik selama puluhan tahun tidak berhasil menghentikan penjajahan maupun genosida. Dalam konteks ini, evakuasi warga Gaza justru menjauhkan umat dari solusi hakiki. Sebab, yang seharusnya terusir dari tanah Palestina adalah penjajah zionis, bukan rakyat yang dizalimi.
Di sisi lain, langkah evakuasi ini juga tidak bisa dilepaskan dari konteks tekanan geopolitik, khususnya dari Amerika Serikat. Kebijakan kenaikan tarif impor AS terhadap Indonesia, bisa saja digunakan sebagai alat negosiasi dan tekanan agar Indonesia mengambil posisi yang menguntungkan kepentingan Barat, termasuk dalam isu Gaza. Situasi ini menunjukkan lemahnya kedaulatan negara yang masih bergantung pada negara lain secara ekonomi dan politik.
Sayangnya, para pemimpin negeri-negeri Muslim justru terkungkung dalam batasan nasionalisme dan prinsip non-intervensi. Padahal, realitas di Gaza adalah tragedi kemanusiaan dan kezaliman yang menimpa umat Islam. Ketika jihad dianggap tabu, dan pertahanan terhadap kaum Muslim diabaikan, maka itu mencerminkan krisis kepemimpinan yang mengkhianati amanah umat.
Sudah saatnya dunia Islam berpikir lebih besar. Dunia membutuhkan kekuatan politik global yang berlandaskan Islam, yang tidak hanya peduli, tetapi juga mampu bertindak. Dalam sejarah Islam, Khilafah merupakan institusi yang menjadi perisai umat, menerapkan syariat Islam, serta melindungi darah dan kehormatan kaum Muslim. Tanpa institusi seperti ini, penderitaan umat, termasuk di Palestina, akan terus berulang.
Umat hari ini harus menolak narasi evakuasi sebagai solusi. Mereka perlu terus menyerukan kepada para pemimpin Muslim agar mengerahkan kekuatan militer untuk membela Palestina. Dalam waktu yang sama, perjuangan untuk menegakkan Khilafah sebagai kepemimpinan Islam global harus terus digelorakan. Sebab hanya dengan jihad dan Khilafah, Palestina dapat benar-benar terbebas dari cengkeraman penjajahan.
Gerakan ini tentu membutuhkan kepemimpinan ideologis dari partai politik Islam yang konsisten dalam perjuangan syar’i, serta mampu mengarahkan umat agar tetap berada di jalur yang benar. Inilah saatnya umat Islam bersatu dalam barisan perjuangan yang kokoh, menuju tegaknya khilafah Islamiyah sebagai perisai yang akan melindungi seluruh kaum Muslimin.
Oleh: Dian Mayasari S.T.
Sahabat Tinta Media
Views: 6