Tinta Media – Imbas serangan brutal Zionis Israel sejak Oktober 2023, lebih dari 60 ribu warga di Palestina meninggal dunia, ratusan ribu rumah hancur, dan jutaan orang terpaksa menjadi pengungsi. Lebih dari 65% dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak, wanita, dan orang tua.
Genosida Zionis Israel ini telah membunuh lebih dari 18.000 anak-anak, lebih dari 12.400 wanita, dan telah membantai lebih dari 2.180 keluarga, memusnahkan ayah, ibu, dan semua anggota keluarga sepenuhnya. Serangan Israel juga telah memusnahkan lebih dari 5.070 keluarga Palestina lainnya, hanya menyisakan satu yang selamat dari masing-masing keluarga.
Tidak hanya warga sipil yang jadi korban, serangan ini juga menewaskan lebih dari 1.400 dokter dan pekerja kesehatan dan 113 personel pertahanan sipil saat mereka menjalankan tugas kemanusiaan mereka. Begitupula telah membunuh 212 jurnalis dengan kejam dalam upaya berulang kali untuk membungkam suara kebenaran dan menyembunyikan kejahatannya.
Selama 534 hari pengeboman ini juga menewaskan lebih dari 13.000 pelajar, lebih dari 800 guru dan staf pendidikan, serta lebih dari 150 cendekiawan, akademisi, profesor universitas, dan peneliti,ribuan karyawan dan pekerja di sektor sipil vital di seluruh Jalur Gaza. Angka-angka ini tidak termasuk jumlah korban yang tidak diketahui yang masih terperangkap di bawah reruntuhan dan hanya mencerminkan mereka yang jenazahnya telah sampai di rumah sakit.
Dari sejumlah fakta di atas, sungguh luar biasa kekejaman dan kesadisan zionis Israel. Ini sengaja dipertontonkan oleh mereka ke dunia. Seluruh dunia berfokus pada persoalan Palestina. Semua kalangan protes dan juga mengecam atas tindakan brutal dan sadis yang di lakukan Israel. Dunia bersedih ketika melihat kondisi penduduk Palestina yang kehilangan nyawa, harta, dan juga keluarga mereka. Namun semangat perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan akidah dan wilayah tempat mereka tinggal selama ini patut dijadikan contoh oleh kaum Muslim di seluruh dunia.
Sebuah pertanyan muncul, akankah cukup dengan kecaman semata lantas penjajahan akan berhenti di sana? Banyak aksi yang dilakukan di berbagai penjuru dunia dalam rangka untuk membela Palestina tidaklah cukup. Sejatinya umat juga harus memahami bahwa solusi terhadap persoalan Palestina membutuhkan aksi nyata dan juga persatuan dari seluruh kaum Muslim di dunia. Jika umat masih terpecah-pecah dalam sekat nasionalisme, maka jangan berharap dapat menolong Palestina.
Adapun aksi nyata yang dapat dilakukan umat Islam adalah menyeru kepada para penguasa negeri-negeri Muslim yang ada di dunia, agar menjadikan Islam yaitu jihad dan Khilafah. Jihad dan khilafah adalah solusi fundamental bagi krisis yang sedang terjadi di negeri-negeri Muslim yang tidak hanya melanda Palestina namun juga Suriah, Uighur di Xinjiang, Rohingya di Myanmar, Kashmir, Yaman, Afganistan dan masih banyak negeri Muslim lainnya jadi bulan-bulanan musuh-musuh Islam.
Sementara itu umat harus memahami bahwa dasar bagi berdirinya Islam mencakup dua hal yaitu: adanya fikrah (ide dasar) maupun thariqah (metode pelaksanaan bagi fikrah) yaitu merujuk pada akidah Islam. Sebagai contoh sholat merupakan bagian dari fikrah Islam, dan thariqah pelaksanaannya melalui negara. Oleh karena itu, negara tidak boleh menjadikan pendidikan dan pengarahan sebagai satu-satunya thariqah agar manusia menjalankan sholat. Akan tetapi negara wajib menjatuhkan hukuman kepada orang yang meninggalkan sholat, berupa hukuman fisik seperti kurungan/penjara; walaupun negara tetap melakukan pendidikan dan pengarahan. Karena thariqah merupakan perbuatan yang bersifat nyata, yang akan menghasilkan sesuatu yang bersifat fisik dan berbeda dengan perbuatan-perbuatan lain.
Begitu pun terhadap penjajahan di Palestina, umat tidak hanya cukup membuat aksi solidaritas untuk mengecam ataupun mengutuk Israel, namun yang harus di lakukan adalah dengan jihad. Namun jihad membutuhkan komando atau pemimpin juga pasukan. Maka sudah barang tentu mewujudkan seorang pemimpin yang akan menerapkan Islam kaffah inilah yang mesti dilakukan oleh seluruh umat di dunia. Agar dapat menghilangkan penjajahan, karena untuk menghilangkan penjajahan ataupun hambatan fisik tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca kitab atau pun sekedar berdoa, namun dibutuhkan aktivitas nyata yaitu jihad.
Oleh karena itu umat harus bersatu dan bergerak bersama untuk mewujudkan keberadaan seorang Khalifah, karena begitu pentingnya hal ini hingga para sahabat juga telah bersepakat mengenai kewajiban mengangkat seorang Khalifah (pengganti) Rasulullah Saw setelah beliau wafat. Mereka telah menunda penguburan jenazah Nabi Saw. Setelah wafatnya selama dua malam. Pada saat yang sama, mereka sibuk untuk mengangkat seorang Khalifah (pengganti) Rasulullah Saw, padahal menguburkan jenazah beliau setelah wafatnya adalah fardhu. Haram bagi mereka yang terkena kewajiban mengurus penguburannya untuk menyibukkan diri dari aktivitas lain sampai proses penguburannya sempurna.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Khilafah merupakan salah satu asas sekaligus pilar dalam ajaran Islam. Masihkah umat berharap pada ideologi kapitalisme yang merupakan penyebab derita umat Islam di seluruh dunia? Tidakkah umat rindu untuk menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan yang diterapkan oleh umat Islam di seluruh dunia?
Waulahu a’lam bisshawwab.
Oleh: Ummu Fath
Sahabat Tinta Media
Views: 95