Tinta Media – Melihat di layar TV atau handphone (telepon genggam), banyak pejabat pemerintah, artis, atau pengusaha tajir bila meninggal dunia tidak dikubur di pemakaman umum biasa. Mereka dikubur di pemakaman mewah yang suasana dan pemandangannya indah seperti di taman bunga, bahkan ada pemakaman yang dilengkapi restoran dan hotel berbintang. Pemakaman tidak lagi menyeramkan atau angker.
Di sekitar Jakarta ada beberapa tempat pemakaman mewah, di antaranya: San Diego Hills Memorial Park di Karawang, Al-Azhar Memorial Garden di Karawang, dan Heaven Memorial Park di Bogor.
Harga makam per lubang bervariasi. Di San Diego Hills untuk single harga Rp86,6 juta–Rp146 juta, tergantung tipenya. Bahkan, harga bisa mencapai Rp2 miliar untuk tipe pemakaman paviliun. (sandiegohills.com).
Tentu harga berbeda jauh dengan pemakaman umum biasa. Kalau bukan dari anggota suatu yayasan, pemakaman dikenakan biaya lebih mahal dibanding anggota. Saat ini berkisar Rp2 juta-Rp10 juta per lubang.
Seorang Muslim menyiapkan bakal calon tempat pemakaman diperbolehkan, asal tidak berlebihan. Tujuannya tentu agar tidak merepotkan keluarga yang ditinggalkan atau ahli warisnya.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa semua makhluk yang bernyawa, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan akan mengalami mati. Sebab, kematian hanya saat ajalnya telah tiba. Yang disangkakan orang pada umumnya sebab kematian adalah sakit, ditusuk, terbakar, atau kecelakaan tidaklah tepat. Yang tepat karena tiba ajalnya manusia. Betapa banyak kasus sakit parah seseorang divonis oleh dokter sudah tidak bisa disembuhkan dan dokter angkat tangan. Tinggal menunggu mati, tetapi faktanya sembuh dari sakitnya, bahkan panjang umurnya.
Siapa pun tidak mampu memajukan atau memundurkan ajal seseorang sekalipun oleh dokter ahli yang telah berpengalaman. Hal ini ditegaskan Allah Swt. dalam firman-Nya: “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” (QS al-A’raf: 34)
Menurut Imam Al-Ghazali, kematian adalah paling dekat dengan kehidupan manusia. Singkatnya, dalam kondisi apa saja, ketika ajal tiba manusia akan mati, terputus semua amal termasuk rezekinya. Agar manusia tidak menyesal nanti di akhirat, telah diingatkan oleh Rasulullah saw. agar manusia menjadi orang yang cerdas, yakni senantiasa muhasabah diri dan beramal untuk bekal setelah mati.
Jadi, cerdas bukan orang yang jago matematika, fisika, kimia, atau ilmu-ilmu yang lain. Bukan berarti ilmu-ilmu tersebut tidak penting, tetapi ilmu itu diupayakan berguna untuk memberikan kontribusi bekal menghadapi kematian.
Sudah selayaknya sehari-hari aktivitasnya dapat menambah bekal kematian, bukan malah sebaliknya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menambah bekal akhirat: pertama, selalu memperbarui iman dalam diri kita, dengan ucapan dan keyakinan dalam hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw. utusan Allah (syahadat). Yang berhak disembah hanya Allah Swt. saja, tidak ada yang lain. Muhammad saw. sebagai teladan bagi manusia, bagaimana cara berhubungan dengan khalik-Nya. Kedua, mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. sebagai takwa.
Manifestasi dari kedua poin di atas, maka aturan dan undang-undang dalam kehidupan sehari-hari harus bersumber dari Al-Qur’an, Sunah, ijmak sahabat, dan qiyas. Hal ini berlaku, baik dalam urusan pribadi, keluarga, kelompok ataupun negara.
Dengan mengingat mati, sebagai pengendali hawa nafsu. Tidak akan ada lagi yang berani melakukan korupsi hingga triliunan rupiah dengan cara menyalahgunakan jabatan, menyelewengkan aturan, mark up anggaran, atau tindakan yang merugikan orang lain. Mengingat mati juga akan menyelamatkan kerusakan hutan dan lingkungan dari eksploitasi tambang oleh perusahaan tambang yang nakal.
Dengan demikian, mempersiapkan bakal calon makam mewah dengan harga fantastik tidak akan memberikan kebaikan bagi penghuninya sedikit pun dalam alam kubur. Karena, tidak ada hubungannya sama sekali dengan alam setelah kematian. Lebih baik dana yang puluhan juta sampai miliaran rupiah bakal calon makamnya, disumbangkan di jalan Allah Swt. agar memberikan cahaya terang alam kuburnya dan juga lapang.
Hidup di dunia memang singkat, hanya beberapa menit bila dibandingkan dengan ukuran waktu di akhirat. Maka, harus cerdas menyikapinya. Empat belas abad yang lalu, Rasul saw. sudah mengingatkan agar selamat di akhirat dengan memperbanyak mengingat pemutus kelezatan dunia, yaitu mati. Wallahualam bissawab.
Oleh: Imam Wahyono
Kurir Ideologis, Lulusan API III 2025
Views: 32