Mutilasi Sadis: Wajah Jahiliah Modern dalam Sistem Sekuler

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Kasus mutilasi Tiara Angelina Saraswati oleh kekasihnya, Alvi Maulana, yang memotong tubuh korban menjadi 554 bagian, bukan sekadar kejahatan individual, melainkan potret gelap masyarakat hari ini. Betapa rapuhnya nilai kemanusiaan dalam kehidupan yang kian jauh dari tuntunan Islam.

Ironisnya, kasus mutilasi yang terjadi pada Minggu dini hari (31/08/2025)
di Surabaya ini, bukanlah yang pertama di Jawa Timur. Pada Januari 2025, Rochmat Tri Hartanto diketahui membunuh dan memutilasi teman perempuannya di Kediri. Sebulan setelahnya, Februari 2025, Agus Sholeh ditemukan mengenaskan, dimutilasi oleh rekan kerjanya di Jombang. Rangkaian peristiwa sadis ini menunjukkan adanya tren kejahatan ekstrem yang kian sering terjadi. Nyawa manusia seolah tak lagi memiliki harga.

Lebih jauh, kasus pembunuhan disertai mutilasi juga tercatat terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Tragedi serupa bukanlah berita asing yang kerap kali mengejutkan masyarakat. Fakta ini menegaskan bahwa mutilasi bukan sekadar kasus lokal di Jawa Timur, melainkan fenomena yang merefleksikan kerusakan sosial berskala nasional.

Dengan mencermati maraknya kasus mutilasi yang terus berulang ini, maka bisa kita simpulkan bahwa kebiadaban ini sesungguhnya adalah buah pahit dari sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sekularisme melahirkan manusia yang mengejar kepuasan sesaat tanpa pedoman halal haram. Pacaran yang menjadi awal kasus Tiara adalah salah satu contoh praktik haram yang dilegalkan budaya sekuler hingga berujung tragedi.

Sebagai agama mulia, Islam telah menghapus praktik jahiliah semacam ini sejak 14 abad lalu. Rasulullah ﷺ menegakkan hukum Allah, memuliakan perempuan, dan menjadikan penjagaan jiwa (hifzh an-nafs) sebagai salah satu tujuan utama syariat. Islam juga menetapkan hukum kisas sebagai solusi adil sekaligus pencegah karena dalam kisas terdapat kehidupan bagi masyarakat.

Maraknya kasus mutilasi yang terus berulang ini sudah seharusnya dijadikan pelajaran dan peringatan keras bagi penduduk negeri ini. Selama sistem sekuler terus dijalankan, tragedi kemanusiaan akan terus berulang. Hanya dengan kembali pada Islam kafah melalui tegaknya Khilafah, nyawa manusia benar-benar dihormati, martabat dijaga, dan keadilan ditegakkan secara hakiki. Wallahualam bissawab.

 

Oleh: Muhar

Sahabat Tinta Media

Views: 20

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA