Keluarga Hebat Tak Terlahir dari Sistem Sekuler

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Sebutan “rumah”  yang
kini populer diartikan bagi mereka yang memiliki  keluarga yang harmonis dan bahagia. Rumah yang
digambarkan adalah rumah yang memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan
kenyamanan. Sebagai tempat kembali ternyaman kala letih, penat menghampiri.
Sehingga ia bisa berperan dengan sempurna sebagaimana dikatakannya sebuah
keluarga yang sehat.

Setiap tanggal 29 Juni diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional
(Harganas). Dan pada tahun 2024 peringatan ini memasuki tahun ke-31. Harganas
merupakan momen penting untuk mengingatkan kita akan peran keluarga dalam
menciptakan generasi emas.

Keluarga berperan dalam mewariskan nilai-nilai luhur kehidupan kepada
generasi muda penentu pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana kata pak
presiden bahwasanya untuk membangun negara maka harus dimulai dari keluarga.
keluarga merupakan penentu dan kunci dari kemajuan suatu negara.

Oleh
sebab itu, katanya, pemerintah saat ini tengah bekerja keras untuk menyiapkan
keluarga Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing. Dilansir dari
Liputan6.com, Jakarta.

Intervensi untuk menyiapkan keluarga yang berkualitas juga dilakukan
dengan menyiapkan fasilitas pemantauan kesehatan , gizi ibu, dan bayi yang
terstandar di Posyandu dan Puskesmas mulai dari alat timbang terstandar, alat
ukur antropometri, dan juga penyuluhan gizi dengan kader-kader yang terlatih.

Dan
menekankan agar BKKBN dapat terus mengawal keluarga Indonesia terkait upaya
pemerintah dalam rangka percepatan penurunan stunting sesuai target Presiden
Jokowi. Dan harapannya 2024 ini angka stunting bisa di bawah 20% sebagaimana
ketentuan SDGs.

Menilik solusi yang diberikan oleh pemerintah setiap tahunnya dalam
memperingati Harganas untuk mewujudkan peran keluarga sehingga tercetak
generasi emas hanyalah solusi yang seremonial, tidak menyentuh akar daripada
permasalahan itu sendiri. stunting yang terjadi setiap tahunnya menunjukkan
adanya kemiskinan yang  struktural, sebab
solusi yang diberikan selalu tidak sampai pada akar masalah dari problematika
itu sendiri.

Kemiskinan
yang berkepanjangan tak terselesaikan menyebabkan peran sebagai ibu tidak
terealisasikan dengan sempurna dalam sebuah keluarga. Sosok ibu terpaksa terjun
ke lapangan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga tercinta, sehingga waktu
yang harusnya diberikan penuh kepada sang anak berkurang.

Inilah yang mengakibatkan anak kurang perhatian, kasih sayang dari segi
keluarga. Terciptalah anak yang membuat onar atau tawuran dengan dalih tidak
dapat perhatian dari kedua orang tuanya. Ada juga anak yang putus sekolah dari
SMA bahkan SD demi bekerja untuk membantu menopang ekonomi keluarganya yang
susah. Sehingga tercetak generasi yang minim pendidikan, bukan generasi yang
berkualitas dalam meneruskan peradaban di masa yang mendatang.

Kemiskinan juga menyebabkan tingginya angka perceraian, faktor ekonomi
salah satu faktor terbesar terjadinya perceraian. Hal ini mengakibatkan banyak
dari anak-anak mereka kehilangan hak nya sebagai seorang anak, sebab hilangnya
peran ayah atau peran ibu.

Sekularisme 

Penyebab daripada semua problematika yang terjadi tidak lain adalah sekularisme
yang diterapkan di negeri ini. Adanya sekularisasi aturan dalam tatanan negara
menyebabkan negara tidak memahami dengan jelas pentingnya peran kedua orang tua
terutama ibu dalam islam. Islam memerintahkan seorang ibu untuk mengurus rumah
tangganya, mendidik anak-anaknya dengan suaminya, melayani suami serta taat
padanya.

Islam tidak mewajibkan seorang perempuan untuk bekerja, tetapi Islam
hanya mewajibkan seorang suami mencari nafkah untuk mencukupi keluarganya.
Negara Islam akan memberikan modal atau lapangan pekerjaan bagi tiap kepala
keluarga yang tidak mampu.

Atau bagi kepala keluarga yang tidak mampu bekerja sebab fisik yang
cacat Negara Islam akan menanggung kebutuhan keluarga tersebut. Sehingga tidak
ada masyarakat yang terdampak stunting karena faktor kemiskinan yang tidak
dapat memenuhi gizi dengan layak. Sebab Negara Islam sendiri yang akan
memastikan setiap rakyatnya terpenuhi gizi dan kebutuhannya.

Negara Islam pun menerapkan Islam sebagai sistem yang mengatur secara
totalitas. Sehingga wajib bagi negara membentuk masyarakat yang berakidah Islam.
Maka dari itu terbentuklah masyarakat berakidah Islam yang kuat dan
bersyakhsiyah islami dengan pola pikir dan cara pandang sesuai dengan Islam.

Sehingga suami dan istri memahami betul bagaimana peran dan kewajiban
mereka. Maka lahirlah ibu yang hebat yang dapat mencetak generasi yang hebat
pula. Semua ini akan terjadi bila negara mengganti sistem sekuler-kapitalis
dengan sistem Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Wallahu A’lam bi As-Showwab.

Oleh : Hilya Qurrata, Aktivis Dakwah

Views: 1

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA