Membangun Generasi Emas melalui Pendidikan Islam

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – PGRI Kabupaten Bandung melantik empat anak lembaga pada 25 Agustus 2025 di Gedung PGRI, Kabupaten Bandung. Ketua PGRI, Yusuf Salim, memimpin langsung jalannya pelantikan dan menekankan pentingnya acara ini sebagai strategi untuk menguatkan organisasi guru di Kabupaten Bandung. Ia mengajak guru untuk terus bekerja dengan dedikasi dan profesionalitas, serta menyiapkan diri untuk menjaga kepentingan bangsa dalam rangka mencapai target Indonesia emas 2045.

Dalam kesempatan ini, para ketua anak lembaga juga menyampaikan tekad dan komitmen mereka untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Mereka berencana untuk meningkatkan profesionalitas guru, memberikan pendampingan dan pembinaan hukum, serta memperkuat kompetensi IT dan karakter guru. Dengan pelantikan ini, PGRI Kabupaten Bandung bertekad untuk meningkatkan mutu pendidikan dan melahirkan generasi emas yang siap bersaing di tingkat global. (BandungRaya, 26/08/2025)

Meningkatkan mutu guru, membentuk karakter yang luhur dan berintegritas, serta menjamin pemenuhan hak-hak guru secara komprehensif adalah kewajiban utama negara, bukan organisasi nonpemerintah seperti PGRI. Namun, dalam sistem sekularisme kapitalis saat ini, pemerintah tampaknya bergantung pada lembaga lain di luar pemerintah untuk membantu mencapai tujuan tersebut, terutama dalam menyongsong Indonesia emas 2045 yang ambisius. Pemerintah mendorong PGRI untuk meningkatkan kualitas guru melalui peningkatan kemampuan teknologi informasi dan pembentukan karakter yang tangguh, serta memberikan perlindungan hukum kepada guru dalam menjalankan tugasnya.

Tugas ini sebenarnya merupakan pekerjaan yang sangat berat dan memerlukan kapasitas negara untuk menjalankannya secara efektif dan efisien. Penyerahan tugas ini kepada lembaga nonpemerintah dapat dianggap sebagai bentuk pengabaian negara terhadap hak-hak guru yang sangat krusial. Guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga pembentuk karakter, inspirator, dan penjaga nilai-nilai moral. Mereka adalah penerang yang membimbing generasi muda menuju masa depan yang cerah.

Di Indonesia, sejarah mencatat bahwa guru adalah pilar penting dalam membangun masyarakat, tetapi tantangan di era modern seperti ini semakin kompleks. Perkembangan teknologi, derasnya arus informasi, dan dinamika sosial menuntut guru untuk beradaptasi dan bahkan bertransformasi. Guru juga harus memiliki kompetensi dalam bidang akademik. Guru bukan hanya slogan, melainkan visi yang mewujudkan bangsa yang kuat dengan generasi muda yang berkarakter dan berpikir kritis.

Guru harus mampu bekerja sama dengan orang tua siswa dan berkolaborasi dengan baik. Di tengah derasnya tantangan zaman, guru harus menjaga nilai moral. Namun, sekarang tidak sedikit siswa yang belum bisa membaca di jenjang SMA dan SMP. Banyak didapati siswa yang melakukan tindakan tidak terpuji, seperti seks bebas, tawuran, dan kurang adab terhadap lingkungannya. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan, guru atau siswa?

Penerapan pendidikan sekuler di negeri ini terbukti telah gagal melahirkan generasi yang beriman, bertakwa, dan beradab. Semua ini terjadi karena kurangnya pendidikan agama di sekolah, keluarga, dan lingkungan. Pemerintah telah gagal melindungi remaja dan anak-anak dari ancaman kriminal. Dalam pendidikan sekuler, fungsi agama diabaikan sehingga siswa terjauhkan dari fitrahnya.

Jika sistem pendidikan sekuler yang diemban, maka akan lahir generasi amoral yang mengabaikan perintah dan larangan Allah Swt. Sistem pendidikan sekuler yang menihilkan agama tercermin pada visi misi, kurikulum, dan program metodologi pengajaran hingga indikator input dan output sekolah. Keseluruhan komponen itu dikaitkan dengan orientasi kehidupan duniawi semata.

Berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang memiliki karakteristik yang didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam. Tujuan utamanya adalah membentuk kepribadian Islam pada siswa. Dalam pandangan Islam, guru bukanlah sekadar media transfer ilmu pengetahuan, tetapi merupakan alat pembentuk kepribadian Islam dan pola pikir Islam. Peran orang tua di tengah keluarga wajib menjalankan fungsi pendidik Islam kepada anak mereka.

Sinergisitas antara keluarga, guru, dan masyarakat harus ditopang oleh negara dalam melaksanakan pendidikan Islam. Islam telah terbukti mampu melahirkan generasi emas sepanjang peradaban dunia, dimulai pada masa kepemimpinan Rasulullah saw. Pendidikan Islam di negeri Islam mengintegrasikan ilmu agama (akidah, fikih, dan akhlak) dengan ilmu duniawi (sains, matematika, teknologi) dengan tujuan untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam urusan dunia, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan. Wallahualam bissawab.

Oleh: Rukmini
Sahabat Tinta Media

Views: 20

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA