Tinta Media – Kabar gembira berembus di bumi Baitul Maqdis, sejak diberlakukannya gencatan senjata mulai pada Minggu (19/1/2025) lalu. Dengan adanya kesepakatan ini agaknya umat terkhusus warga Palestina bisa menarik napas sejenak dari riuhnya serangan-serangan tak bermoral dan keji dari Zionis dan sekutunya. Hingga hari ke-4 gencatan senjata ini, lebih dari 3.200 truk bantuan telah memasuki Gaza. Truk-truk itu membawa bantuan makanan, pasokan medis dan kebutuhan pokok untuk warga Gaza (Kompas, 23/1/2025).
Melalui sosial media pun kita mudah mendapati informasi akan warga Palestina yang memutuskan kembali dari pelarian menuju rumah masing-masing. Walau kondisi rumah mereka telah hancur berpuing-puing, atau bahkan dalam kondisi keluarga sudah tidak utuh lagi. Raut kebahagiaan itu tak terbendung di wajah mereka, saat beberapa dari mereka bisa berkumpul dan kembali ke rumah. Sesuatu yang kemudian memberikan kehangatan dan keharuan yang luar biasa bagi dunia yang memperhatikan dan peduli akan bumi Palestina.
Namun, apakah ini pertanda bahwa kemenangan atau kemerdekaan warga Palestina sudah dekat di hadapan mata? Tentu kita perlu meneliti lebih dalam persoalan politik yang terjadi antara para Zionis serta sekutunya. Adapun ketika sebelum gencatan senjata diberlakukan zionis justru dengan biadabnya melakukan serangan terhadap pemukiman Palestina. Tak hanya itu mereka juga turut menyerang wilayah Jenin di saat kesepakatan gencatan senjata telah berlaku.
Kemenangan atas Palestina sesungguhnya tak akan bisa terwujud bila persatuan umat Islam belum terjadi. Sebab saat ini kekuatan kaum muslimin sedang terpecah-pecah oleh sekat nasionalisme. Sungguh perjuangan ini akan terasa semakin panjang bila persatuan umat dalam kepemimpinan yang satu belum juga terwujud. Sebab upaya Barat untuk memisahkan kaum muslimin menjadi negara-negara yang banyak ialah perjuangan agar kepemimpinan kaum muslimin akan peradaban dunia tak akan terjadi lagi. Dendam dan kebencian mereka terhadap Islam dan kaum muslimin telah sebegitu mengakarnya sejak dulu sehingga mereka tak akan memberikan celah bagi kaum muslimin untuk kembali bersatu, apalagi sampai menerapkan kepemimpinan Islam.
Maka solusi gencatan senjata ini sejatinya hanyalah jeda sesaat yang tak boleh membuat kita lengah untuk meneruskan perjuangan. Bagi warga Palestina saja ini masih bagian dari perjuangan yang tak henti, apalagi dengan kita. Upaya demi upaya yang mampu dilakukan untuk meneruskan langkah perjuangan ini tak boleh sampai terhenti. Pengopinian akan solusi Islam Kaffah sebagai penyelesaian atas masalah Palestina ini harus terus diumumkan kepada umat yang masih belum tahu ataupun awam. Gerak dakwah pun harus kian digencarkan dalam aspek kehidupan.
Umat hari ini harus sadar bahwa yang mampu menyelamatkan Palestina hanyalah dengan kembalinya kepemimpinan di tangan kaum muslimin. Di mana Islam berdiri kokoh sebagai sebuah negara mandiri tanpa bantuan Barat penjajah dengan aturan kufur mereka. Islam memiliki aturan yang luar biasa terkait pemerintahan serta bagaimana menyelesaikan persoalan Palestina dengan solutif. Ketika Islam telah tegak maka hal pertama yang dilakukan ialah dengan mengirikan pasukan untuk berjihad ke medan pertarungan. Untuk menumpas musuh-musuh Islam yang telah menghancurkan kehormatan dan kemuliaan Islam.
Sesungguhnya tugas para pengemban dakwah mabda Islam ini masihlah belum usai. Perjuangan serta pengopinian umum terkait Islam Kaffah harus semakin sering digaungkan. Agar umat kian merasa akrab, merasa akan kebutuhan yang sangat atas kembalinya Islam sebagai aturan dalam kehidupan. Hingga menumbuhkan rasa rindu serta semangat perjuangan agar Khilafah Islamiyah tegak di bumi Allah Ta’ala.
Wallahu’alam bisshowab.
Views: 0
