Tinta Media – Di tengah gemuruh dunia yang berputar,
Ayah beranjak pergi, tanpa suara.
Mengais rezeki di jalan yang kelam,
Namun teladan tak tertinggal di dalam.
Di rumah sunyi, anak menanti sosok,
Pandang matanya mencari, memberi harap.
Namun yang didapat, hanya bayang-bayang,
Di antara kesibukan, habis sudah kehangatan.
Sekularisme merangkak, menyayat halus,
Merongrong jiwa, membunuh yang tulus.
Sistem yang menuntut, mengikis budi pekerti,
Ayah yang seharusnya, jadi pelita hati.
Namun hilang dalam bayangan
Nafkah dicari, harta ditumpuk,
Tetapi nilai-nilai, terasa jauh terpuruk.
Anak kehilangan sosok yang bijak,
Dalam sunyi, merindu teladan yang megah.
Keluarga hanya bertahan dalam badai,
Di mana ayah hanya jadi pengumpul gaji.
Negara sekuler menutup kesempatan,
Untuk mengajarkan makna kehidupan generasi dari sosok ayah
Ayah, kemanakah engkau melangkah?
Ketika anak-anak membutuhkan kasih dan arah.
Jangan sekadar jadi penguasa uang,
Namun hadirlah, ajarkan iman yang terang.
Di sudut malam, aku berdoa,
Semoga engkau kembali menyapa,
Mengulang kisah, mengisi kekosongan,
Dalam setiap bait, senyummu abadi.
Wahai para ayah yang masih berdiri,
Bawalah anakmu ke jalan yang terang,
Jadilah pelita dalam gelap ini,
Kembalilah, tunjukkan jalan yang benar.
Hanya kasih sayang dan iman yang abadi,
Yang mampu menangkis badai kehidupan,
Di tengah dunia yang mencemari,
Sosokmu adalah pelindung dan harapan.
Kembalilah ke rumah, ciptakan masa depan,
Ajari anak mengenal agama yang diutamakan.
Dalam dekapanmu, ajarkan akhlak mulia,
Agar generasi tetap tegar menghadapi dunia.
Mari kita bangun, merangkai mimpi,
Ayah yang mengerti,
menjadi teladan yang berarti dalam indahnya Islam,
bimbinglah anak melangkah,
Agar dalam cahaya-Nya, terukir kisah yang abadi selamanya.
Di negeri yang terapkan Islam,
Engkau dihargai
Engkau dicintai
Engkau pemimpin
Engkau sosok teladan
Syariah Islam membimbingmu
Menjadi ayah idaman, selalu dinanti ketika pulang
Oleh: Alin FM
Praktisi multimedia dan Penulis
Views: 1