Tinta Media – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan pihaknya kini sedang mengkaji Kurikulum Cinta. Dia menyebut kurikulum yang rencananya bakal diterapkan di lingkungan pendidikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan toleransi dan memperkuat solidaritas antar umat beragama.
Satu lagi program pemerintah yang sepertinya tidak melalui survei terlebih dahulu di lapangan. Jika dilihat tidak ada masalah toleransi di Indonesia.
Andai ada masalah itu, pastilah sudah di bakar gereja-gereja itu, pastilah sudah perang atas nama agama, dan pastilah tidak ada war takjil nonmuslim di Indonesia.
Kurikulum cinta sejatinya adalah proses sekularisme sempurna melalui pendekatan pendidikan. Agar hasilnya merata seluruh negeri dan berkelanjutan. Apa itu sekularisme? Sekularisme adalah pelemahan pemikiran-pemikiran agama untuk dipakai dalam kehidupan sehari hari. Sekularisme adalah upaya untuk menormalisasikan kemaksiatan atas nama pemikiran moderat dan upaya memisahkah agama yang berasal dari wahyu Allah yang mutlak dengan agama buatan manusia yang nisbi dan sarat kepentingan.
Kurikulum cinta bagus dari sisi nama tetapi sesungguhnya racun yang akan mematikan ghirah keagamaan bagi umatnya, khususnya umat Islam. Fokus dari program kurikulum cinta ini adalah umat Islam, karena dianggap sebagai umat yang intoleran, agamanya dianggap sebagai agama yang mengajarkan terorisme. Sebagai contoh kecil, ketika viral di media sosial seorang anak kecil bernama Ara dalam tayangan televisi yang mengingatkan salah seorang artis yang Muslimah tetapi memakai baju yang tidak menutup aurat. Ara pun dibully netizen sebagai anak tidak punya attitude, sok alim, tidak bermoral dan segala macam cacian lainnya. Tetapi anehnya, hal yang sama tidak ditetapkan untuk pemikiran dan kasus agama lainnya.
Stereotip seperti ini, dikembangkan dari pemikiran politik barat terhadap umat Islam sejak 2001 lalu pasca peristiwa hancurnya WTC. Ketika Barat membagi dunia menjadi dua yakni bersama dunia Barat atau bersama terorisme. ‘Either you with us or with the terrorist’ begitu ungkapan George W. Bush Presiden AS kala itu.
Kurikulum cinta sejatinya adalah upaya deislamisasi pemikiran-pemikiran Islam yang lurus agar sesuai prinsip moderat ala Barat. Merujuk kepada pemikiran Tony Blair pada 2005 ketika dia mengomentari bahwa Islam itu adalah ideologi setan, di antara ciri-cirinya adalah tidak sejalan dengan ide moderat Barat.
Jadi, kurikulum cinta yang akan diterapkan oleh pemerintah ini tidak lain hanya meneruskan kebijakan Barat yang ingin mengerdilkan Islam seperti agama-agama lainnya. Kurikulum cinta ini wajib ditolak oleh umat Islam bukan karena namanya tetapi karena isinya mengandung bahaya bagi pemikiran Islam.
Oleh: Muhammad Ayyubi
Mufakkirun Siyasiyyun Community
Views: 8