Ganti Menteri Ganti Kurikulum, Mampukah Memberikan Perubahan?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti membeberkan, potensi adanya transformasi kurikulum merdeka munuju deep learning di kanal YouTube Sahabat Pembelajar bertajuk Bocorkan Kurikulum Baru Pengganti Kurikulum Merdeka, pada Jumat (8/11/24).

Sedikit mengulas, Abdul Mu’ti memiliki paradigma deep learning mampu mewujudkan pendekatan belajar lebih bermakna serta menyenangkan dengan mencakup tiga elemen, yaitu mindfull learning, artinya pembelajaran penuh kesadaran, bahwa dalam dunia pendidikan karakter murid beragam.

Kemudian elemen meaningfull learning, artinya pembelajaran yang bermakna, sehingga mendorong siswa untuk berpikir kritis, serta joyfull learning, atau pembelajaran dengan gembira, diharapkan siswa mampu memahami pembelajaran secara mendalam tanpa tertekan.

Memang sudah melekat di benak dan hati masyarakat, bahwa sejalan dengan ganti menteri, disinyalir ganti kurikulum. Berdasarkan riset, Indonesia pernah berganti 30 menteri dengan pergantian sebelas kali kurikulum.

Ditandai dengan pergantian kurikulum, menunjukkan bahwa ternyata setiap kurikulum tidak mampu bersaing dengan perkembangan zaman. Terlebih detik ini, para generasi berada di era digital native, teknologi semakin canggih, dan semakin mudah pula akses berita ter-update mancanegara. Ketika kurikulum dipandang tidak relevan lagi, dan tidak memberikan impact yang signifikan dalam kegiatan belajar mengajar, akan sangat masuk akal ganti kurikulum.

Ironis, berbagai problem yang kian menggurita dalam dekapan dunia pendidikan, ditandai dengan maraknya generasi dalam pusaran dunia pergaulan kian liar dan banyak konflik, terimpit ekonomi sehingga judol dan pinjol yang problematik menjadi solusi licik, menghalalkan segala cara, padahal musyrik.

Apakah selaras dengan pergantian kurikulum, seluruh problematik dalam dunia pendidikan lenyap?

Ketika Kemendikdasmen menyampaikan salah satu program prioritasnya yaitu penguatan pendidikan karakter. Sedangkan, hal serupa pernah disampaikan oleh wapres terpilih K.H. Ma’ruf Amin, bahwasanya untuk mewujudkan visi pemerintahan SDM Unggul Indonesia Maju selaras membangun SDM yang berkompeten, berkarakter, dan memiliki komitmen kebangsaan.

Realitasnya, tidak melahirkan SDM pendidik yang berkompeten, tidak melahirkan aturan yang menghormati dan memuliakan pendidik, pelajar krisis moralitas, maraknya bullying, pelajar minta dispensasi nikah karena hamil di luar nikah, judol meracuni para pelajar, pinjol mampu membuat pelaku bunuh diri, tawuran, dan segudang masalah lainnya, yang belum ada solusi pasti dan penanganan tepat.

Kegagalan dunia pendidikan bukan hanya tidak mampu melahirkan output generasi berprestasi, bukan hanya siswa tak mampu berinovasi, dan berkreasi, namun ada yang lebih mendalam dari pada itu, yaitu aturan yang mengikat manusia untuk melakukan amal perbuatan.

Ketika semua orang menyadari, bahwa setiap perbuatan yang dilakukan secara sadar, tentunya memerlukan komponen akal untuk bekerja. Menyadari bahwa setiap perbuatan manusia selalu terikat dengan aturan, baik aturan seorang ayah dalam circle keluarga, aturan lurah dalam circle masyarakat, maupun aturan dalam ranah lebih luas lagi yaitu negara.

Gambaran sederhana, ketika dalam sebuah sekolahan menerapkan aturan perempuan Muslim wajib mengenakan seragam longgar dan kerudung, perempuan non Muslim wajib mengenakan seragam sopan, dan seluruh siswa dilarang membawa alat make-up ke lingkungan sekolah, apabila melanggar akan dijatuhi sanksi tegas. Setidaknya ketika ada aturan berlaku, akan mengikat seluruh orang yang berada di dalamnya untuk tunduk dan patuh terhadap aturan.

Apalagi ketika ingin mewujudkan pendidikan berkarakter tentu membutuhkan peran agama dalam seluruh kancah kehidupan. Bukan sekedar retorika belaka, namun terwujud dalam setiap individu seluruh elemen. Dibutuhkan aturan yang sama dari keluarga, masyarakat, dan negara, karena manusia hakikatnya manusia sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keberadaan seseorang di mana tempat membutuhkan aturan yang sesuai agama dan mencerminkan agama.

Aturan itu harus satu agar dalam satu komando  aturan yang memang lahir dari Sang Pencipta.

Islam adalah agama sekaligus mabda. Mabda merupakan pemikiran mendalam dan menyeluruh terkait manusia, alam semesta, dan kehidupan yang memancarkan aturan kehidupan.

Dalam negara Islam, ketika Islam diterapkan sebagai mabda, menyoal pendidikan sangat diperhatikan dan direalisasi menggunakan aturan Islam yang selalu relevan dalam perkembangan zaman.

Islam memandang pendidikan adalah kebutuhan setiap warga negara Islam yang harus dipenuhi, sehingga untuk mendapatkan pendidikan secara cuma-cuma atau gratis seluruhnya dengan prasarana terbaik.

Penunjang keberhasilan pendidikan tentunya dengan menerapkan kurikulum berbasis Islam. Tujuan utama dalam menerapkan kurikulum ini adalah melahirkan generasi dengan kepribadian Islam, bermoralitas, berbudi luhur, dan bertakwa. Sehingga misi utama kurikulum Islam adalah memastikan seluruh siswa melibatkan peran agama dalam seluruh perbuatan, dengan asas ridha Sang Pencipta.

Dana anggaran negara digunakan untuk pemberian upah yang layak untuk para pendidik, karena pendidik adalah tokok paling penting dalam sebuah peradaban, sehingga pendidik atau guru sangat dimuliakan. Kurikulum Islam tentu mampu melahirkan pendidik dengan SDM yang berkompeten.

Islam juga memiliki hukum pidana yang bersifat jawazir (preventif) dan jawabir (tujuan utama untuk tercapainya kemaslahatan). Termasuk memberikan sanksi tegas kepada siapa pun yang korupsi, baik korupsi dana pendidikan atau penyelewengan dalam bentuk apa pun. Sehingga arus dana digunakan sebagaimana mestinya.

Ketika Islam diterapkan, bukan hanya mampu membina setiap individu yang mencerminkan nilai dan norma agama, mampu mencetak generasi perubahan peradaban yang gemilang, dan sebagai seluruh solusi dalam setiap problematika kehidupan.

Berikut adalah nama beberapa tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia Islam. Bukti nyata dengan Islam mampu mencetak karya-karya yang bermanfaat untuk umat, ialah al-Khawarizmi, Ibnu Sina, al-Zahra, Ibn al Haytham, Ar Razi, Khadijah binti Khuwailid, Asma’ binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Ummu al-Darda’ Hujaima binti Uyayy al-Sughra, Lubna dari Kordoba, Fatimah binti Muhammad bin Ahmad al-Samarqand, Muhammad al-Fatih, dan masih banyak lagi.

Wallahu’alam Bisowwab. []

Oleh: Novita Ratnasari, S. Ak.
Penulis Ideologis

Views: 4

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA