Tinta Media – Maraknya perceraian yang terjadi saat ini, cukup memprihatinkan orang tua ketika hendak menikahkan anaknya. Perasaan khawatir mencuat tatkala menyaksikan problematika pernikahan pasangan muda. Entahlah, adakah sistem yang mampu memberikan solusi atas kegalauan para emak yang merindukan generasi islami berkelanjutan?
Pergaulan bebas telah memerdekakan generasi dalam mengeksplor hasrat birahinya. Paparan media sosial semakin mendewakan hawa nafsunya. Tak ayal fenomena rudapaksa, aborsi, pelecehan marak terdengar. Inilah gambaran kehidupan yang terwujud akibat hilangnya nilai agama dalam kehidupan. Nilai sekularisme merusak fitrah kaum muda-mudi.
Harapan orang tua kepada buah hatinya adalah mendapatkan pasangan salih atau salihah. Karena dari pernikahan tersebut akan melahirkan generasi penerus kejayaan Islam. Tidak hanya bahagia di dunia tapi berlanjut dikehidupan akhirat. Namun, permasalahan muncul tatkala dalam pemilihan jodoh. Siapakah yang berhak menentukan jodoh? Orang tua ataukah pilihan anak sendiri?
Terkadang para orang tua tak berdaya dihadapkan pilihan anak-anaknya. Mereka akan berdalih pasti lebih cocok jika mencari jodoh sendiri. Sekarang bukan jamannya perjodohan Siti Nurbaya. Di sinilah kekuatan dan pemahaman para orang tua diuji. Lebih menuruti keinginan anak dan pasrah dengan pilihannya atau mencotoh tauladan nabi dalam mencari jodoh.
Perjodohan Islami
Rasulullah SAW adalah sebaik-baik contoh dalam berperilaku. Termasuk dalam urusan memilih jodoh. Beliau adalah seorang Nabi, bertindak sebagai pembina para sahabat. Beliau tauladan terbaik dalam proses memilih istri. Nabi menjadikan putri sahabatnya untuk dijadikan istri. Beliau adalah pelaku sekaligus perencana perjodohan islami.
Jadi hubungan Rasulullah tidak hanya sebagai guru dan umat, tapi juga menantu dan mertua. Sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah mertua Nabi. Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah menantu beliau. Selain itu Rasulullah juga sebagai sutradara perjodohan. Beliau langsung mengeksekusi perjodohan para sahabat. Bagaimana ketika beliau mencarikan Bilal bin Rabah seorang istri, yaitu Halah bin Auf. Mantan budak hitam bersanding dengan adik saudagar kaya raya. Rasulullah menekankan apakah berkenan menikah dengan calon penghuni surga? Sungguh keimanan prioritas utama dalam perjodohan.
Contoh lain, Sahabat yang miskin kemudian dijodohkan dengan putri cantik seorang yang terpandang di Madinah. Seketika orang tersebut menolak, namun tatkala disampaikan kepada putrinya bahwa Nabi mengirim calon suami untuknya. Seketika dia menerimanya. Lagi-lagi keimanan mengalahkan ego diri. Namun, karena Allah lebih mencintai pemuda tersebut ia mati syahid dalam peperangan sebelum pernikahannya. Calon istrinya pun takjub dan berharap kelak menjadi istrinya di surga.
Masih banyak kisah perjodohan lainnya. Hikmah dari tauladan Nabi adalah mereka saling menikahkan anak mereka dengan keluarga yang sudah dikenal karena satu majelis pembinaan. Kebersamaan dalam ikatan persahabatan ketika mengkaji islam antar mereka.
Islam solusi segala problematika kehidupan, bahkan urusan perjodohan. Inilah solusi paripurna bagi orang tua yang bingung mencari mantu. Sekaligus solusi dalam mengembalikan peran orang tua dalam mencari jodoh anaknya. Agar suasana keimanan senantiasa mengelilingi kita.
Mari kita perhatikan ketika duduk dalam satu majelis. Siapakah gerangan teman kita yang semangat dakwahnya tinggi. Rajin mengupgrade diri dengan terus menambah tsaqofah Islam. Sudah lama kita kenal kebaikan, pengorbanan, dan keistiqomahannya dalam membina keluarga Islami. Kalau di keluarga teman kita ada calon yang tepat untuk anak kita, maka sampaikan ikhtiar perjodohannya. Yuk, Besanan.
Perjodohan ini adalah usaha orang tua agar kelanggengan dakwah terus terwujud sampai keturunan kita. Jodoh sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Semoga perjodohan tersebut berlanjut sampai jenjang pernikahan seperti yang diharapkan para orang tua. Aamiin aamiin aamiin ya rabbal aalamiin.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Irma Hidayati, S.Pd
(Pegiat Dakwah)
Views: 0