Sekolah Rakyat, Harapan Semu Mengentaskan Kemiskinan

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Kemiskinan menjadi masalah yang tidak kunjung terselesaikan di negeri ini. Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Sosial tengah mengadakan program sekolah rakyat yang ditujukan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah, rakyat miskin, atau miskin ekstrem. (Kompas.com, 21/07/2025)

Keberadaan sekolah rakyat diharapkan dapat memutuskan rantai kemiskinan yang menjadi sumber berbagai masalah kehidupan di negeri ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dalam pidatonya di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 17 Surakarta pada Ahad, 20 Juli 2025 yang lalu, bahwa salah satu faktor ketidaksuksesan seseorang adalah karena tidak adanya disiplin dalam diri anak. Sekolah rakyat dirancang dengan sistem asrama, di sini anak-anak ataupun para siswa diharuskan untuk bisa hidup disipilin, tidak malas, dan taat pada aturan. Dengan demikian, bisa membawa mereka pada kesuksesan dan bangkit dari kemiskinan.

Keberadaan sekolah rakyat juga tengah dirasakan sebagai angin segar bagi siswa 18 tahun bernama Muhammad Faiz. Ketiadaan biaya dan sulitnya kondisi ekonomi yang menimpa keluarganya, membuat Faiz sempat putus sekolah. Namun, hadirnya sekolah rakyat memberinya harapan baru untuk mewujudkan mimpinya. (Detik News, 21/07/2025)

Sekilas nampak bahwa sekolah rakyat adalah solusi yang menjanjikan untuk menuntaskan kemiskinan. Namun, akankan solusi ini nyata atau harapan semu semata?

Kemiskinan Struktural

Hadirnya sekolah rakyat hanyalah harapan semu dalam mengentaskan kemiskinan. Sayangnya, kemiskinan yang melanda negeri ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Apalah artinya banyak sekolah gratis ataupun sekolah mahal berkualitas, namun angka pengangguran tinggi, lapangan kerja sulit bahkan tidak tersedia? Sebagaimana terjadi di Cianjur terdapat 1.000 orang antri bersaing hanya untuk memperebutkan 50 lowongan kerja (CNN Indonesia, 05/07/2025)

Solusi dalam mengatasi kemiskinan tidak cukup hanya dengan mengoptimalkan program di bidang pendidikan saja. Namun, perlu perbaikan di bidang lainnya, seperti kebijakan politik, ekonomi, kesehatan, dan sosial.

Nampak jelas bahwa kebijakan seperti ini hanya akan menjadikan output pendidikan sebagai beban baru bagi negara dan meningkatkan pengangguran yang dapat memicu angka kejahatan di tengah masyarakat. Tercatat angka pengangguran di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, mencapai 7,28 juta. Angka pengangguran tertinggi menurut Kemnaker adalah lulusan SMK berjumlah 1,63 juta orang dan lulusan perguruan tinggi universitas sebanyak 1,01 juta orang. (Detik.com, 21/07/2025)

Kemiskinan lebih disebabkan karena tata pengaturan kehidupan yang salah akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler hari ini. Dalam negara kapitalis, negara tidak memiliki peranan dalam menjamin kebutuhan rakyat. Negara hanya difungsikan sebagai pengatur, bukan pelaku ekonomi. Pandangan ini disampaikan oleh pencetus ideologi kapitalisme Adam Smith dalam bukunya yang berjudul “The Wealth of Nation” yang diterbitkan pada tahun 1776.

Dampak dari pandangan ini lahirlah kebijakan pasar bebas yang meniscayakan persaingan tanpa batas. Siapa yang kuat, maka dia yang berkuasa. Semua sektor yang dibutuhkan masyarakat dijadikan ladang bisnis, termasuk kesehatan dan pendidikan. Inilah yang menyebabkan pendidikan mahal, kesejahteraan tidak merata, dan terciptanya jurang pemisah yang sangat besar antara yang kaya dan miskin. Pada akhirnya, hanya orang-orang kaya yang akan tetap menjadi kaya, dan si miskin tetap pada kemiskinannya.

Islam Solusi Kemiskinan

Islam sebagai sebuah agama yang paripurna dan sempurna memberikan tatanan kehidupan yang sangat lengkap, baik di ranah pribadi, bermasyarakat, dan juga bernegara. Pada level individu, setiap orang didorong untuk menuntut ilmu, tidak bermalas-malasan, dan bekerja keras. Semua dilakukan dengan penuh kesadaran karena bagian dari perintah Allah.

Allah Swt berfirman, “Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS az-Zumar: 9)

Kemudian dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 105 yang artinya, “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.”

Rasulullah saw. senantiasa berdoa agar dijauhkan dari rasa malas. Beliau bersabda, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat dan hadis di atas menjadi motivasi bagi setiap orang yang beriman untuk senantiasa menekankan betapa pentingnya ilmu, kerja keras, dan bahaya kemalasan yang dapat berimbas pada kebodohan dan kemiskinan dalam kehidupan.

Dalam lingkup negara, Islam memberikan banyak pengaturan terkait ekonomi, pendidikan, maupun politik.

Di bidang ekonomi, Islam memandang terjadinya kemiskinan disebabkan tidak adanya distribusi kekayaan yang merata di tengah masyarakat. Islam tidak membolehkan kekayaan hanya menumpuk pada segolongan orang tertentu. Islam tidak membolehkan individu membeli pulau, tambang, hutan, ataupun jalan tol yang statusnya merupakan kepemilikan umum, sekaya apa pun orang tersebut. Hal ini dijelaskan dalam hadis tentang kepemilikan.

Rasulullah saw. bersabda, “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: dalam padang rumput (gembalaan), air, dan api.” (HR. Abu Dawud no. 3477, Ibnu Majah no. 2472 — hadis shahih)

Di dalam Islam juga ada mekanisme zakat yang akan selalu diambil dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya, di antaranya seperti fakir, miskin, gharim, dan ibnu sabil.

Dalam bidang pendidikan, Islam menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dasar yang berhak diterima oleh semua warga negara tanpa terkecuali. Semua berhak atas pendidikan dan diberikan secara gratis oleh negara.

Di bidang politik, negara hadir sebagai pengurus yang memastikan semua warganya mendapatkan kebutuhan dasar, termasuk pendidikan. Islam menetapkan seorang pemimpin laksana penggembala yang akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang digembalakan.

Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya…” (HR. Bukhari no. 893, Muslim no. 1829)

Hadis ini menekankan bahwa kepemimpinan dalam Islam adalah amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Oleh karena itu, pemimpin dalam Islam akan selalu bersikap amanah dan hati-hati dalam setiap kebijakan. Mereka tidak bersikap pragmatis dan bukan karena kepentingan pribadi.

Khatimah

Sekolah rakyat dalam sistem kapitalisme tidak akan pernah mampu mengatasi masalah kemiskinan. Ini hanyalah solusi semu. Hanya dengan sistem Islam (Khilafah), kesejahteraan dapat merata, kemiskinan bisa dihilangkan, dan pendidikan gratis bisa diwujudkan. Saatnya umat Islam kembali kepada penerapan Islam kaffah dalam naungan Khilafah. Wallahualam bissawab.

Views: 16

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA