Tinta Media – Indonesia memiliki sumber hayati sangat kaya, dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, baik di darat maupun di laut. Laut Indonesia memiliki 8.500 spesies ikan (info.unida.co.id) dan terumbu karang terluas di dunia, mencapai 51.020 km2 (Bappenas). Indonesia bahkan memiliki kesediaan sumber daya alam laut yang belum sepenuhnya dijelajahi.
Pemanfaatan sumber daya laut secara bijaksana dan berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Namun, berita yang dirilis Kompas.com, 08/05/2025 menyebutkan bahwa pada kuartal I 2025, ikan hidup dari Maluku diekspor ke delapan negara haluan.
Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Maluku, Abdur Rohman, menyebutkan bahwa ekspor ikan mengalami kenaikan cepat dan besar sejak Januari hingga Maret 2025 bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024. Tahun 2025 sejumlah 167.711 ekor ikan ekspor, terjadi peningkatan meroket hingga 50,5 %. Pada periode yang sama tahun 2024 sebesar 111.446 ekor.
Peningkatan ekspor ini ditunjang dengan tingginya permintaan dari delapan negara pengimpor komoditas perikanan laut dari Maluku, yakni China, Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Vietnam, Saudi Arabia, Malaysia, dan Singapura. Padahal, volume dengan periode yang sama tahun 2024 sebesar 2.914.628 kilogram, terjadi penurunan sebesar 22,4 persen di tahun 2025. Data tersebut bisa didapatkan nilai ekspor komoditas perikanan Maluku pada periode Januari-Maret tahun 2025 sebesar 13.248.036 dollar AS, sedangkan periode sama tahun 2024 sebesar 14.741.653 dollar AS. Maka, terjadi pengurangan nilai ekspor sebesar 10,1%. Secara pasti, peningkatan ekspor komoditas perikanan di Maluku juga terlihat dari Badan Mutu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Maluku.
Pemerintah terus melakukan diversifikasi dan penguatan ekspor melalui berbagai perundingan perdagangan global (Kontan.co.id,11/04/2025). Pemerintah mengejar dan memprioritaskan pemenuhan panggilan ke negara luar negeri ketimbang pemenuhan gizi protein rakyatnya.
Kegiatan ekspor perikanan terjadi pula di Sumatera Utara dengan 413 kali ekspor mencapai 4.540.893 kilogram.(Tempo.co, 10/04/2025). Sejak empat tahun terakhir, volume ekspor perikanan dari provinsi Sulawesi Utara terus meningkat merambah 42 negara. Sedangkan kalau terkait komoditas ekspornya mencakup 34 item, dan yang menjadi unggulan adalah tuna, cakalang, tongkol, kerapu, layang, ikan asap, goby, rumput laut dan marlin (InfoPublik,16/04/2025).
Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Komunikasi Publik, Doni Ismanto Darwin mengatakan bahwa KKP bertarget peningkatan ekspor dari segi jumlah dan mutu dengan didukung peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya melalui program prioritas, seperti Penangkapan Ikan Terukur dan Pembangunan Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor produk perikanan masih berpotensi menjadi komoditas skala prioritas negara haluan, ketimbang pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal.
Menurut Prof. Epi Taufik, pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), ada lebih dari 80 % anak dan remaja Indonesia yang mengalami kekurangan protein hewani. Protein hewani berperan penting untuk menjaga fungsi kekebalan tubuh, struktur sel, dan proses tumbuh kembang anak. Epi juga memaparkan bahwa protein jenis ini punya komposisi asam amino esensial lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Pemasukan protein ke tubuh seharusnya 62 gram per kapita per hari. Gambaran secara keseluruhan, dari total konsumsi protein ikan, daging, telur, dan susu cukup rendah dibandingkan total konsumsi. Padahal, golongan daging, ikan, telur, susu itu merupakan golongan protein yang berkaitan dengan pencegahan stunting (Samudera.com,02/02/2025).
Berdasarkan laporan tematik Survei Kesehatan Indonesia (SKI), stunting pada tahun 2022, 21,6 %. Sedangkan tahun 2024, 19,8 % sekitar 4.482.340 balita yang mengalami stunting. Angka tersebut menunjukkan bahwa penanganan pencegahan balita stunting terkategori gawat, meskipun ada penurunan persen stunting. Kondisi itu disebabkan oleh banyak faktor, seperti keterbatasan ekonomi, pengetahuan, ketersediaan dan keterjangkauan serta opsi individu.
Negara ini bersistem Kapitalisme. Pemerintah memprioritaskan pemenuhan permintaan prasar global yang dikendalikan negara adidaya. Target peningkatan kas negara tertatap tajam salah satu sumbernya dari ekspor, sedangkan mengejar kebutuhan untuk pemenuhan gizi protein rakyat terabaikan. Tuntutan pasar global sering kali mendorong negara-negara untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan juga.
Negeri-Negeri Bergantung kepada Negara Kapitalis Penjajah, Hukumnya Haram
Stunting identik dengan kemiskinan. Sistem Islam memiliki penyelesaian efektif dalam mengukur kemiskinan, yaitu bukan hanya sekadar nominal, tetapi terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar primer seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan per individu. Itu merupakan ukuran yang nyata dan akurat. Ketika terpenuhi kebutuhan dasar tersebut, maka layak dikatakan tidak miskin.
Sistem ekonomi Islam merupakan solusi tuntas untuk mengentaskan kemiskinan. Sementara, kebutuhan pokok setiap individu merupakan tanggung jawab negara, bukan diserahkan pada mekanisme pasar atau korporasi. Semua itu akan terwujud secara nyata jika diterapkan sistem Islam dalam semua aspek kehidupan.
Pengembalian sistem Islam harus menjadi agenda politik global umat Islam. Selain akan menjadi negara adidaya baru, sistem Islam inilah yang akan membawa kembali kaum muslimin meraih kemerdekaan hakiki dari penjajahan asing, kesejahteraan terpenuhi sekaligus mencapai martabat mulia dengan tidak tunduk pada Amerika, Cina, dan Uni Eropa.
Wallaahu’alaam bishshawaab
Oleh: Lulu Sajiah, S.Pi
Pemerhati Agromaritim
Views: 11