Pemberdayaan Ekonomi Ibu dan Hilangnya Peran Pendidik Generasi

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads
Pemberdayaan Ekonomi Ibu dan Hilangnya Peran Pendidik Generasi

Tinta Media – Peringatan Hari Ibu yang ke-94 pada 22 Desember lalu mengangkat tema utama Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Selain tema utama, ada juga beberapa sub tema yang ditetapkan sebagai pendukung tema utama berdasarkan tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya yaitu sub tema pertama Kewirausahaan Perempuan, Mempercepat Kesetaraan Gender, Mempercepat Pemulihan. Sub tema kedua Perempuan dan Digital Ekonomi. Sub tema ketiga Perempuan dan Kepemimpinan. Dan sub tema keempat Peringatan Hari Ibu 2022 Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya.

Dari seluruh
sub tema tersebut sangat jelas mengarahkan perempuan pada pemberdayaan ekonomi.
Sub tema pertama misalnya disebutkan bahwa tujuannya adalah untuk mendorong
kewirausahaan perempuan dengan mendorong adanya kebijakan publik untuk mengatasi
unpaid care work, mendorong
peningkatan kemampuan wirausaha perempuan dalam pemanfaatan teknologi dalam
berusaha, serta mendorong kemampuan berwirausaha bagi perempuan penyintas
kekerasan.

Dukungan
pemerintah yang begitu besar terhadap pemberdayaan perempuan dalam ekonomi
tidak lepas dari pandangan bahwa ini adalah solusi mengatasi kemiskinan keluarga.
Pasalnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik per maret 2022, kemiskinan di
negeri ini masih cukup tinggi yakni 26,16 juta jiwa. Selain itu pemberdayaan
ini juga akan mendukung tercapainya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, sehingga
perempuan tidak lagi dipandang rendah dan tidak mudah menjadi korban kekerasan.

Padahal pemberdayaan
ekonomi perempuan melalui arus ide kesetaraan gender ini hanyalah menghancurkan
perempuan dan keluarga. Lihat saja bagaimana generasi muda saat ini rusak terseret
dalam kehidupan liberal dan materialistik. Dan dibalik kerusakan tersebut ada
peran ibu sebagai pendidik generasi yang hilang. Jika pemberdayaan perempuan
ini terus dipaksakan, maka kerusakan generasi akan semakin parah.

Sayangnya,
pemerintah seakan tidak peduli dan menolak mengatakan bahwa kerusakan generasi
terjadi akibat hilangnya peran ibu di rumah tangga. Pemerintah justru
memfasilitasi kaum ibu agar tetap berdaya di tempat kerja, seperti membuat kebijakan
tentang daycare, full day school, memperpanjang cuti hamil dan melahirkan dan
sebagainya. Negara hanya mengambil keuntungkan dengan pemberdayaan ibu ini.

Lenny Rosalin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak pernah mengatakan bahwa Indonesia harus mengejar ketertinggalan memberikan
kesempatan kerja pada perempuan. “Kalau kita bisa memberdayakan perempuan
sebetulnya produk domestik bruto atau PDB kita bisa naik. Studinya McKinsey
Global
menyebutkan kalau kita bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja
perempuan 3 persen saja, PDB Indonesia bisa naik USD 135 miliar di 2025” ungkap
Lenny dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) Kementerian pada bulan Agustus lalu.

Pemberdayaan
ekonomi kaum ibu yang selalu didorong untuk meningkatkan perekonomian keluarga
dan juga negara sejatinya adalah bentuk dari eksploitasi. Pemberdayaan ibu
seharusnya dikembalikan kepada peran utama ibu sebagai pendidik generasi
sebagai calon pemimpin masa depan. Pemberdayaan sebagai ibu generasi ini tentu butuh
sistem pendukung yang dibangun oleh negara dalam semua sistem kehidupan. Dengan
sistem ini ibu bisa fokus dalam mengemban tugasnya dan tidak dibebani dengan
kewajiban mencari nafkah. Sistem pendukung tersebut adalah sistem kehidupan
Islam yang berasal dari Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur kehidupan.

Sistem
kehidupan Islam ini akan terwujud dalam negara yang menerapkan politik ekonomi
Islam yaitu Khilafah Islamiyah. Politik ekonomi Islam menjamin pemenuhan kebutuhan
dasar bagi setiap individu dengan pemenuhan yang menyeluruh. Pemenuhan
kebutuhan itu harus sampai pada tataran terpenuhinya kebutuhan perempuan
seperti dalam hal makanan, pakaian hingga tempat tinggal yang layak. Jadi, ibu bukan
dieksploitasi untuk meningkatkan ekonomi negara.

Dalam
naungan sistem Islam ini, bekerja bagi seorang perempuan hanyalah sebuah pilihan
bukan tuntutan keadaan seperti yang terjadi saat ini. Islam justru menjamin kebutuhan
pokok perempuan dengan mekanisme kewajiban nafkah pada suami, ayah atau kerabat
laki-laki bila tidak ada suami atau ayah. Namun jika mereka semua ada tetapi
tidak mampu mencari nafkah atau mereka para pencari nafkah tadi sudah tidak ada
lagi, maka jaminan langsung yang akan diberikan oleh negara. Dan negara akan memberikan
santunan setiap bulannya, yang bisa mencukupi kebutuhan asasiyah para perempuan dalam kondisi tersebut.

 

Syekh Taqiyuddin
an-Nabhani dalam kitab Nizham al-Ijtima’i fi al-Islam menyatakan bahwa dalam
rumah tangga, Allah memberikan peran bagi suami sebagai pemimpin rumah tangga
yang wajib memimpin, melindungi dan menafkahi anggota keluarganya. Sedangkan
peran istri sebagai ibu dan pengurus rumah tangga, bertanggung jawab mengatur rumahnya
di bawah kepemimpinan suami.

Inilah cara Islam
memuliakan dan melindungi perempuan. Bukan dengan menjadikan mereka sebagai
pencari nafkah dengan berpartisipasi dalam sektor ekonomi, akan tetapi caranya
dengan mengembalikan perempuan pada fungsi utama sebagai pendidik generasi dan pengurus
rumah.

Islam
memberikan tanggung jawab pada seorang ibu untuk menjaga kehamilan, menyusui,
mengasuh dan mendidik anak serta mengatur rumah suaminya pada seorang ibu.
Dalam Islam tidak ada beban bagi seorang perempuan untuk bekerja keras menyejahterakan
ekonomi keluarga, karena hal itu merupakan tanggung jawab laki-laki yakni suami
dan wali.

Islam tidak
melarang perempuan bekerja, tetapi mereka boleh bekerja hanya untuk mengamalkan
ilmu dan untuk kemaslahatan umat. Tetapi dengan catatan selama tanggung jawab mereka
sebagai istri dan ibu tetap terlaksana dengan baik. Hanya dengan kembali kepada
sistem Khilafah, maka kaum ibu akan mendapatkan kesejahteraan dan kemuliaan
yang hakiki.

Oleh: Gusti Nurhizaziah

Aktivis Muslimah


 

Views: 0

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA