Tinta Media – Tersebar video dua orang ibu mencabuli anak mereka sendiri
yang masih berusia dini. Ibu berinisial AK mencabuli anaknya yang berusia 10
tahun dan R mencabuli anaknya yang berusia 5 tahun. Keduanya mengaku disuruh
oleh seorang kenalan di Facebook bernama Icha Shakila. Icha mengiming-imingi
kedua ibu tersebut dengan pekerjaan dan sejumlah uang apabila mereka berani
mencabuli dan mendokumentasikan perbuatan bejat mereka. (kompas.com 13/6)
Pihak kepolisian telah melakukan pengecekan psikis kepada
salah satu ibu berinisial R dan dinyatakan bebas dari gangguan mental apa pun.
Kepolisian akan melanjutkan proses hukuman bagi ibu tersebut dan menjerat
dengan pasal pornografi, pasal perlindungan anak, dan pasal informasi dan
transaksi elektronik. (kompas.com 11/6)
Menjadi ibu adalah tugas mulia yang diberikan Allah pada
perempuan melalui rezeki buah hati. Ini tak hanya sematan belaka untuk
perempuan yang punya putra. Namun, ibu adalah sekolah pertama bagi
anak-anaknya.
Ibu memiliki belas kasih dan penuh kelembutan dalam
membesarkan anaknya. Secara fitrah, ibu akan selalu menjaga dan membesarkan
anaknya dengan baik.
Namun, dalam sistem yang tak lagi manusiawi saat ini, fungsi
ibu terkikis sedikit demi sedikit. Ibu tidak dipandang sebagai profesi mulia,
tetapi dipandang sebelah mata dan tidak dilindungi.
Negara Gagal Melindungi
Tidak dapat dimungkiri bahwa negara memiliki andil besar
dalam menjaga seluruh elemen masyarakat, termasuk keluarga, mulai dari
pemenuhan kebutuhan pokok hingga stabilitas keluarga.
Yang menjadi motif dari perilaku keji kedua ibu di atas
adalah faktor ekonomi. Mereka membutuhkan uang dan pekerjaan sehingga rela
melakukan hal keji yang diperintahkan oleh oknum.
Dalam kehidupan saat ini, negara tidak lagi berfungsi
sebagai pengurus dan penjaga rakyat. Negara tidak mampu menjamin kesejahteraan
bagi masyarakat. Negara tidak mengelola kekayaan Indonesia untuk dikembalikan
pada masyarakat, melainkan berbagi jatah dengan swasta dan sibuk memperkaya
kantong pribadi.
Akibatnya, keluarga harus berjibaku memenuhi kebutuhan
sendiri. Di satu sisi, lapangan pekerjaan sulit didapatkan, di sisi lain
harga-harga meningkat. Tak hanya para ayah, akhirnya ibu yang seharusnya fokus
menjadi pendidik ikut turun tangan mencari pendapatan.
Ibu yang kehilangan fungsi suami sebagai qowwam (pemimpin)
bagi keluarganya, akhirnya lebih berjibaku untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Kondisi tersebut sesungguhnya merupakan ancaman nyata bagi para ibu
sendiri karena sedikit demi sedikit menggerus fitrah ibu.
Ditambah ketaatan individu yang kian melemah karena serangan
informasi dan pengaruh media dari luar, akhirnya kita temukan fenomena-fenomena
di luar nalar manusia, seperti ibu yang tega mencabuli anaknya, banyaknya ibu
yang terserang baby blues dan tega menyakiti anak, ibu membunuh anaknya
lantaran depresi tidak mampu membiayai, dan masih banyak lagi.
Negara Islam Menjaga
Negara adalah junnah atau perisai bagi rakyat. Politik
dimaknai sebagai mengurus urusan umat. Oleh karena itu, negara Islam melindungi
rakyat dari berbagai ancaman dan mengayomi segala urusan masyarakat.
Salah satu cara negara menjaga masyarakat adalah dengan
menerapkan seluruh syariat secara praktis. Islam menganggap kebutuhan primer
bagi individu adalah sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan, dan
pendidikan. Semuanya wajib dijamin oleh negara pemenuhannya.
Jika masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan primernya, maka
tidak merdeka pemikirannya. Hal ini karena pemikiran masyarakat terbelenggu
dengan urusan pemenuhan kebutuhan.
Karena itu, negara harus menjamin setiap keluarga mampu
mengakses kebutuhan hidup mereka. Dengan demikian, ibu bisa mengoptimalkan
perannya dalam keluarga, yaitu mendidik anak-anak dan membesarkan dengan baik.
Dalam negara Islam, ibu juga akan terjaga kesehatan
mentalnya dengan peningkatan ketakwaan individu dan hidup di tengah masyarakat
yang bertakwa. Masyarakat yang bertakwa mampu menjadikan individu ikut bertakwa
karena terpengaruh oleh mayoritas.
Selain itu, masyarakat yang bertakwa akan memahami bahwa
peran ibu sebagai pendidik generasi adalah profesi yang amat mulia dan wajib
disokong.
Yang perlu diingat, bahwasanya sistem yang dibuat oleh
manusia tidak akan pernah memanusiakan manusia. Manusia punya keterbatasan daya
pikir dan pengetahuan untuk menalar apa yang baik dan buruk untuk dirinya.
Sementara, sistem yang dibuat oleh Sang Pencipta adalah sistem yang mampu
meletakkan manusia seusai fitrahnya.
Allah-lah yang menciptakan, maka Dialah yang paling mengerti
akan ciptaan-Nya dan paling berhak mengatur sesuai kemaslahatan bagi
ciptaan-Nya sendiri.
Oleh: Qathratun, Ketua @geosantri.id
Views: 0