FDMPB: Persatuan Umat Menjadi Pesan Penting Peristiwa Hijrah Rasulullah

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menyatakan pesan penting dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah atas perintah Allah adalah pesan persatuan umat.

“Di antara pesan penting dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah atas perintah Allah adalah pesan persatuan umat,” ujarnya kepada Tinta Media, Ahad (29/6/2025).

Pasalnya, menurutnya, salah satu peristiwa penting dalam sejarah hijrah adalah ketika Rasulullah SAW menyatukan kaum muhajirin dan anshar. “Bahkan, saat daulah Madinah telah tegak, perbedaan keyakinan antara Muslim, Yahudi, dan Majusi pun bisa hidup harmonis di bawah aturan syariat Islam,” bebernya.

Ia berharap, hal itu semestinya mengingatkan umat Islam akan karakternya sebagai umat yang satu (ummat[an] wahidah), sebagaimana pernah ditegaskan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW. dalam Piagam Madinah.
”Ini adalah piagam perjanjian dari Muhammad SAW antara orang-orang Muslim dan Mukmin dari Quraisy dan Yatsrib serta orang-orang yang menyusul mereka, bergabung dengan mereka dan berjihad dengan mereka. Sesungguhnya mereka adalah satu umat (ummat[an] wahidah), berbeda dengan manusia lainnya,” ucapnya membacakan sebagian isi Piagam Madinah yang terdapat dalam kitab Shafiyurrahman Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hlm. 153; Abul Hasan Ali An-Nadwi, Ma Dza Khasir al-‘Alam bi-[I]nhithath al-Muslimin, hlm. 176.

Ahmad juga membeberkan, di antara pelajaran penting hijrah Rasulullah adalah misi persatuan, yakni dengan mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan landasan akidah Islam.

“Persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah awal Islam, terutama dalam konteks Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M,” tuturnya.

Muhajirin lanjutnya, adalah kaum muslimin yang hijrah dari Mekah ke Madinah atas perintah Allah, karena mengalami tekanan, siksaan, dan boikot ekonomi dari kaum kafir Quraisy.

“Sedangkan kaum Anshar adalah Penduduk asli Madinah (dulu bernama Yatsrib), yang terdiri dari dua suku utama: Aus dan Khazraj, yang telah memeluk Islam sebelum Hijrah. Perbedaan suku di antara mereka disatukan dengan ikatan akidah Islam,” jelasnya.

Ketika Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya tiba di Madinah lanjutnya, para Muhajirin datang dalam keadaan miskin, kehilangan harta dan tempat tinggal, sehingga membutuhkan dukungan moral dan material untuk memulai kehidupan baru.

“Diantara contoh persaudaraan itu adalah antara Abdurrahman bin Auf (Muhajirin) dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ (Anshar) yang terjadi pada tahun ke-1 hijrah,” bebernya.

Di antara tujuan persaudaraan, jelasnya, yakni menumbuhkan solidaritas dan empati antarsesama Muslim. ”Tujuan lainnya adalah upaya menguatkan barisan umat Islam di Madinah dalam menghadapi ancaman dari luar (Quraisy) maupun dari dalam (munafik dan Yahudi),” tukasnya.

Terakhir, ia membeberkan dampak positif mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. ”Pertama, meningkatnya persatuan dan stabilitas umat Islam di Madinah. Kedua, mewujudkan masyarakat Islam pertama yang kuat. Ketiga, menjadi model ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) yang menginspirasi generasi Muslim berikutnya,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Views: 24

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA