Tambang Nikel, Ancaman Serius bagi Raja Ampat

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads

Tinta Media – Menanggapi kehebohan di jagat maya terkait keberadaan tambang nikel di Raja Ampat, Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menilai keberadaan tambang nikel merupakan ancaman serius bagi wilayah Raja Ampat.

“Nah, di situlah ironisnya, tambang nikel ini justru sedang jadi ancaman serius buat wilayah Raja Ampat hari ini. Padahal ini adalah kawasan global dan destinasi wisata bawah laut terpopuler,” tuturnya dalam video Raja Ampat Dalam Sorotan, Kamis (12/6/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Ia menyebutkan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) melalui Deputi Penegakan Hukum (Gakkum) sedang bersiap untuk ambil jalur hukum atas dugaan berbagai pelanggaran hukum ini.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelusuran dari Greenpeace tahun lalu, menemukan adanya aktivitas tambang di lima pulau kecil di wilayah Raja Ampat yaitu pulau Gag, Pulau Kawe, Pulau Manuran, Pulau Batang Pele dan Pulau Manyaifun. “Pulau-pulau ini termasuk kategori pulau kecil yang semestinya tidak boleh ditambang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,” ungkapnya.

“Analisis Greenpeace menunjukkan bahwa aktivitas tambang di ketiga pulau tersebut telah menyebabkan kerusakan lebih dari 500 hektar hutan dan vegetasi alami. Dokumentasi di lapangan juga memperlihatkan adanya limpasan tanah yang mengalir ke pesisir sehingga menimbulkan sedimentasi yang membahayakan terumbu karang serta ekosistem laut di raja Ampat,” bebernya.

Ia mengatakan bahwa anggota DPR Daniel Johan juga sudah teriak-teriak, tidak ada kompromi untuk tambang nikel di Raja Ampat. Menteri Pariwisata Widianti Putri juga sudah mengingatkan bahwa ekspansi tambang nikel telah membuat masyarakat maupun pemerhati lingkungan khawatir dengan kondisi Raja Ampat sebagai salah satu destinasi pariwisata prioritas Indonesia yang memegang sejumlah status seperti Kawasan Konservasi Perairan Nasional dan bahkan Pusat Terumbu Karang Dunia. “Lah, kalau laut sama hutannya rusak, siapa yang mau liburan ke sana?” tukasnya.

“Pendapatan ratusan miliar dari pariwisata bahari Raja Ampat bisa langsung ambruk,” imbuhnya.

Menurutnya, nikel memang penting buat transisi energi hijau dan industri kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Tetapi tidak harus mengorbankan lingkungan dan pulau-pulau kecil yang rentan itu. “Apa kita rela melihat Raja Ampat yang mungkin ada di bucket list liburan kita rusak berantakan,” tukasnya.

Ia mengingatkan bahwa kerusakan ekosistem laut dan darat di Raja Ampat, dampaknya bisa puluhan tahunan bahkan lebih, untuk memulihkannya sulit sekali untuk pulih. “Ini adalah ujian bagi komitmen kita terhadap pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Ia mempertanyakan keberpihakan rakyat Indonesia. “Apakah mengamini aktivitas tambang nikel di Raja Ampat atau sampaikan agar pemerintah mau mengoreksi kebijakan demi keberlanjutan ekosistem di masa depan?” tanyanya.

“Tentu pilihan ada di tangan kita,” tandasnya.[] Ajira

Views: 19

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA