Tinta Media – Definisi mimpi di siang bolong sedang terjadi pada pemimpin tertinggi negeri
ini. Berambisi dengan target kemiskinan ekstrem habis di tahun 2024. Tidak
salah bila banyak pengamat dan ahli ekonomi menganggap target ini hanya sebagai
legacy si Dia berhasil. Selain banyak pihak ragu akan kemampuannya, di atas
program-program pengentasan kemiskinan yang sudah dijalankan, dalam
pelaksanaannya selalu tidak tepat sasaran.
Untuk angka kemiskinan ekstrem yang masih ada di atas 2% penduduk Indonesia dan
bisa menjadi 0% di tahun 2024 sangat tidak realistis. Organisasi Internasional
dengan program SDG’s nya saja, menargetkan penghapusan kemiskinan ekstrem baru
bisa terealisasi di tahun 2030. Tak habis pikir bagaimana target
ini akan berhasil dalam waktu hanya beberapa bulan dari sekarang.
Kemiskinan Ekstrem Buah Kapitalis
Bukan main tidak manusiawi kapitalis memperlakukan manusia. Untuk standar PBB
orang miskin ekstrem adalah orang dengan penghasilan di bawah $1,9, setara
dengan Rp 21.000. BPS sendiri lebih kejam lagi dengan memberi standar
penghasilan bagi orang miskin ekstrem hanya di angka Rp 11.000. Saya
membayangkan mampukah para petinggi negeri hidup dengan penghasilan
sebesar itu? Penghasilan sebesar itu, membeli nasi di warteg adalah mimpi,
membeli beras dengan lauknya adalah kemewahan.
Sistem kapitalis bertabiat melahirkan kemiskinan ekstrem karena tertutupnya
akses mereka mendapatkan penghasilan. Misalnya orang-orang miskin ini ingin
bertani, tanah sudah dikuasai mafia tanah. Pupuk juga sudah dimonopoli kapitalis
hingga tak terjangkau, begitupun benih. Dan terlebih masalahnya, yang masuk
dalam kategori miskin ekstrim adalah orang-orang yang lemah. Orang tua renta,
perempuan, dan penduduk yang tinggal jauh di pelosok. Bantuan yang diberikan
dalam bentuk bantuan modal, atau subsidi meskipun pemerintah berkoar-koar telah
menghabiskan anggaran yang besar, tetap saja tidak menyelesaikan masalah
kemiskinan. Pantas bila lembaga penanggulangan kemiskinan memprediksi angka
kemiskinan akan naik di tahun 2024 karena kondisi ekonomi negeri semakin
memprihatinkan.
Kebijakan tambal sulam dan berdiri hanya sebagai regulator bukan sebagai
pengurus rakyatnya, negeri dengan sistem kapitalis tak akan pernah mampu
menyelesaikan kemiskinan dengan predikat apapun.
Konstruksi Islam Menyelesaikan Kemiskinan
Dalam Islam, kondisi miskin bukan dihitung dari angka-angka, tetapi karena
kondisi yang sebenarnya. Seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhannya telah
dianggap sebagai fakir miskin. Dan Islam menyelesaikan secara integral. Dari
aspek penanganan yang bisa diselesaikan oleh individu hingga negara.
Islam memastikan kebutuhan manusia terpenuhi. Baik kebutuhan primernya
sebagai individu seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan. Keamanan,
kesehatan, dan pendidikan juga menjadi perhatian Islam.
Politik ekonomi Islam akan menjadikan manusia mudah untuk memenuhi kebutuhan
dan sekunder tersier
Dalam Islam, setiap lelaki yang sudah mukallaf dan mampu diwajibkan bekerja.
Bagi perempuan dan orang-orang yang lemah, ada jaminan nafkah. Jika dia tidak
memiliki suami atau keluarga yang mampu memenuhi nafkahnya, maka negara
bertanggung jawab akan nafkahnya. Selain itu negara menyediakan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Negara memastikan semua warga negara mampu mengakses alat produksi dengan
pengaturan kepemilikan sesuai syariat Islam. Individu-individu dalam sistem
Islam dipersilahkan untuk mengelola faktor produksi yang diijinkan oleh syariat
untuk dimiliki individu. Misalnya dengan menghidupkan tanah mati untuk menjadi
lahan pertanian.
Solusi Islam untuk mengatasi kemiskinan bersifat integral, bukan abal-abal. Dan
siapa yang berani mengatakan ilusi, karena telah terbukti selama 14 abad mampu
mensejahterakan bumi.
Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Sahabat Tinta Media
Views: 0