Khilafah dan Jihad Urgensi Pembebasan Al Quds

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
WhatsApp
Twitter
Telegram
Threads
Khilafah dan Jihad Urgensi Pembebasan Al Quds

“Bersatu, Bergerak, Tegakkan Khilafah!”

Yel-yel penyeru jihad pemersatu umat islam. Melambangkan semangat membara…Akidah barometer persatuan umat…Yakin pada An-Nashir, umat Islam bangkit..Mengembalikan
wibawanya ke penjuru dunia…

Al Quds merupakan kompleks yang berada di Yerusalem. Di situ
bermukim entitas zionis laknatullah. Kaum muslim hari ini buta sejarah, mereka
menyuarakan “Free Palestina” tetapi tanpa keilmuan. Bagaimana kita
menyuarakan “Penjajahan Harus Dihapuskan” jika tidak memahami akar
permasalahannya? Untuk memahami Palestina sebuah negara atau bukan saja masih
ambigu.

Secara de facto, negara Palestina itu tidak ada. Karena,
wilayah yang tidak dihuni entitas Yahudi adalah penduduk Tepi Barat (West Bank)
dan Jalur Gaza. Namun ketika kita ingin ke Masjidil Aqsa harus dapat izin
entitas Zionis Yahudi dan menggunakan paspor Israel, bukan Palestina. Padahal
West Bank dan Gaza tidak berada di Wilayah Yerusalem.

Serakah, kejam, dan bengis wajah sesungguhnya zionis
laknatullah. Harapan seluruh umat Islam pastinya menyongsong kemenangan!
Manusia mana yang ikhlas melihat saudaranya disiksa, dijajah, di genosida,
dirudal, dibantai? Esensi seluruh umat Islam adalah saudara. Rasulullah pernah
bersabda, ketika menggambarkan umatnya adalah satu tubuh satu bagian.
Dianalogikan ketika gigi sakit, kepala ikut pusing, badan ikut lemas, mata
menangis, dan anggota tubuh lainnya merasakan sakit. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tampak dari platform Instagram siyasiyun.media memosting
para demonstran di Yogyakarta. Menyuarakan aspirasinya, kekesalannya,
amarahnya, menumpahkan kesedihannya atas penjajahan di negeri yang di berkahi.
Ustadz Doniriw salah satu demonstran dengan pekik mengatakan, “Takbir!!!
Allahu Akbar!!” seakan meyakinkan langkah ini harus  diteruskan sampai zionis penjajah enyah dari
muka bumi ini! (Yogyakarta, 03/06/24)

Senada dengan aksi heroik bela Palestina di depan Kedubes AS
menyuarakan hal yang serupa bahwa khilafah dan jihad fisabilillah adalah solusi
hakiki untuk Al Quds. (Siyasiyun.media, 08/06/24)

Ironisnya, di tengah “All Eyes Of Raffah” masih
ada segelintir umat Islam mati rasa. Melihat nyawa berjatuhan bahkan video
viral terkait anak dengan badan tanpa kepala, ya sebatas iba dan mengecam.
Mereka berdiri atas nama kemanusiaan, donasi, doa, dan boikot itu pun musiman!
Bahkan ada sekelompok remaja sedang makan disalah satu restoran cepat saji yang
haus darah anak Palestina dengan mengatakan 
daging, darah, dan tulang anak Palestina yang di nikmati.  Esensi dari persaudaraan umat Islam mulai
kabur bahkan di beberapa kalangan telah hilang. (Banjarmasinpost.co.id,
10/06/24)

Realitas ini relate dengan sabda Rasulullah bahwa manusia di
akhir zaman itu banyak tapi ibarat buih di dalam lautan karena terjangkit virus
Al Wahn (Hubbud dunya wa karohiyatul maut), artinya cinta dunia dan matiphobia.
Perkataan Rasulullah tidak pernah meleset, dan terbukti realitas hari ini
seperti apa? Virus ini di tandai dengan seseorang ketika sudah mulai mengadopsi
pemikiran liberal, dan memiliki paradigma sekuler.

Paradigma sekuler ketika manusia membuat aturan sendiri
untuk hidup. Peran agama di pisahkan dalam mengatur segala lini kehidupan.
Termasuk tata kelola negara tidak di atur dengan agama sehingga lahirlah
pemikiran bebas landas tanpa batas (liberal). Tidak ada standar jelas untuk
acuan taraf berpikir seseorang. Barometer khair syarr (baik buruk) perbuatan
manusia menjadi rancu karena tidak melibatkan Sang Khaliq di dalam  kehidupan. Agama dijadikan sebagai zona untuk
mengatur ibadah ritual saja, misalnya: sholat, zakat, puasa, dsb.

Dr. Riyan M.Ag. seorang pengamat politik Islam mengatakan
bahwa Indonesia memiliki ideologi demokrasi berasaskan sekularisme. Sungguh
gamblang, apabila manusia hari ini bahkan sesama muslim pro zionis laknatullah.
Inilah impact yang nyata dari sebuah ideologi dalam mempengaruhi paradigma
seseorang.

Untuk mewujudkan tuntutan para demostran tentu harus
menempuh langkah yang jelas dan tepat. Menurut Syekh Prof. Dr. Abdul Fatah
Al-Awaisi, seorang Profesor Spesialis keilmuan tentang Al-Quds mengatakan ada
tiga tahapan dalam pembebasan Al Quds;

1. Pembebasan pemikiran (At Tahrir At Tafkiiri)

2. Persiapan Politik

3. Persiapan Militer

Formasi kaum muslim yang terpecah belah hari ini merupakan
bagian dari tahapan pertama. Problem yang harus segera diuraikan dan diberantas
sampai ke akar-akarnya agar bisa level up. Kericuhan dan kegaduhan sekarang
berawal dan bersarang ada pada isi kepala kita atau pemikiran kita dan penting
banget memperhatikan segala sesuatu 
informasi yang akan dicerap oleh otak. Dianalogikan, ketika informasi
salah, berpikir salah, pemahaman salah, tentu kita akan bereaksi dan beraksi
sama salahnya, dan itu realitas hari ini.

Pembebasan pemikiran sudah ditaklukkan, goals pada tahapan
pertama adalah belajar, belajar, dan belajar. Bagaimana kita akan membebaskan
tanah yang diberkahi ini, jika hakikat ilmu serta ma’rifah tentang Al Quds saja
nol?

Semangat perjuangan akan muncul ketika kita sudah
mendapatkan strong why terlebih dahulu. Ini juga senada dengan firman Allah
SWT, beramal dengan ilmu. Berhubung ilmu tidak diwariskan maka harus
diperjuangkan. Para ulama sepakat bahwa, “Ilmu itu merupakan pemimpin amal
serta amalan itu mengikuti ilmu.”

Kalau keilmuan atau ma’rifah sudah sampai ke seluruh umat
Islam, lanjut ke tahap kedua. Pembebasan politik, pastinya mereka berkumpul
untuk membuat satu strategi dalam melakukan pembebasan karena sudah punya satu
frekuensi. Memikirkan bersama bagaimana strategi dan caranya. Dan tentunya,
membuat strategi yang dibimbing oleh para ulama.

Tahap terakhir, persiapan militer. Seperti yang dituntut
dalam aksi heroik bela Palestina, bahwasanya Jihad dan Khilafah adalah solusi
tuntas untuk genosida hari ini. Ketika umat sudah mengetahui strong why terkait
alasan mendasar kenapa harus berjuang untuk Palestina, dalam artian keilmuan
dan ma’rifah tentang Al Quds sudah mumpuni, umat sadar dan butuh hidup di bawah
naungan sistem politik Islam atau Khilafah. Dengan rangkaian panjang, jihad
bisa di kerjakan ketika Islam di terapkan ke seluruh elemen. Artinya Khilafah
diterapkan di muka bumi ini, baru lah seorang Khalifah menyeru pasukan militer
untuk jihad fisabilillah.

Berjuanglah dan berkontribusi sesuai passion pribadi
masing-masing, baik memiliki jabatan dan kekuasaan atau tidak, teruslah
berjuang. Jangan biarkan Palestina menderita dan menunggu terlalu lama. Jadilah
pelengkap puzzle yang hilang, karena kita bagian sumbangsih kebangkitan umat,
untuk bebaskan Al Quds.

Wallahu’alam Bissowab.

Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak., Penulis Ideologis

Views: 0

TintaMedia.Com : Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TULISAN TERBARU

SEDANG TRENDING

MENANGKAN OPINI ISLAM

JADWAL SHOLAT DI KOTA ANDA